Kapolda dan Pangdam Jaya minta tokoh ormas tenangkan massa

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kapolda dan Pangdam Jaya minta tokoh ormas tenangkan massa
“Sumbunya dinyalakan, panjang, pada akhirnya petasan itu meledak. Oleh karena itu, kita semua harus bertanggung jawab untuk memadamkan sumbu tadi."

JAKARTA, Indonesia—Panglima Kodam Jaya Mayjen Agus Sutomo dan Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengumpulkan dan meminta tokoh agama di Jakarta untuk menenangkan massanya, agar tidak terpancing kerusuhan di Tolikara, Papua. 

“Kesepakatan kita bersama dengan kejadian di Tolikara, kita menyikapinya harus cerdas, bijak, arif dan mengedepankan kekeluargaan,” kata Agus usai pertemuan dengan Musyawarah Pimpinan Daerah, Selasa, 21 Juli 2015.

“Yang kedua kita terus membangun tolerasi sesama umat beragama. Apapun agamanya, kita harus bersatu menjaga keutuhan NKRI.”

Pangdam mengibaratkan beberapa insiden kerusuhan berbau SARA tersebut seperti petasan, dan kejadian di Tolikara adalah sumbunya. “Sumbunya dinyalakan, panjang, pada akhirnya petasan itu meledak. Oleh karena itu, kita semua harus bertanggung jawab untuk memadamkan sumbu tadi,” katanya. 

Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian membenarkan pernyataan Pangdam. “Kami memberikan pemahaman kepada masyarakat kepada tokoh-tokoh tadi karena beliau-beliau ini memiliki massa yang besar,” kata Tito.

“Jadi kami harapkan agar beliau juga bisa menyampaikan ke massa dan memiliki setting pemikiran yang sama, mindset yang sama dalam menyikapi permasalahan Tolikara.”

Sebagai mantan Kapolda Papua selama dua tahun, Tito juga membantu Pangdam menjelaskan kondisi di Papua.  “Saya meyakini bahwa peristiwa yang ada di sana bukan masalah agama secara umum,” katanya. 

“Saya sangat tahu persis (mereka) itu sangat moderat dan sangat toleran dalam keagamaan. Belum pernah ada konflik agama di situ.”

(BACA: JK: Pembakaran musala di Papua berawal dari pengeras suara)

Jakarta barometer pergerakan 

Lalu mengapa Jakarta harus ikut waspada? Menurut salah satu peserta dari Gerakan Islam Reformis Jakarta Adang Tea bahwa Jakarta adalah barometer pergerakan. 

“Kondusifnya Indonesia ini karena Jakarta kondusif. Ketika Jakarta tidak kondusif, maka bagian dari daerah lain tidak kondusif. Karena itu, Kapolda meminta pada tokoh ulama dan kyai di Jakarta agar membuat Jakarta lebih kondusif,” katanya. 

Tokoh Front Pembela Islam (FPI) wilayah Jakarta Fahrurrozi juga mengatakan bahwa pertemuan tadi menekankan agar tokoh masyarakat berjanji ikut mengamankan Jakarta. 

“Harus kondusif, harus ada kerja sama dengan aparat, memberikan informasi yang benar, dan jangan bikin statement yang mengakibatkan adanya kecemburuan sehingga terjadi pergolakan,” katanya. 

Waspada, kelompok radikal bisa dimanfaatkan

Sementara itu, Kapolda Tito menambahkan bahwa insiden di Tolikara juga bisa memicu kemarahan kelompok radikal lainnya untuk melakukan aksi pembalasan yang mengarah pada terorisme. 

“Ingat, dalam peristiwa tahun 2000 ada peledakan gereja dulu, itu dia membalas peristiwa Ambon pada saat Lebaran,” katanya. 

“Oleh karena itu, kami sepakat, semua pihak untuk meredam massa masing-masing untuk tidak mengambil tindakan-tindakan atau statement yang provokatif, yang tidak menguntungkan,” katanya lagi.  

Di sisi lain, kata Tito, aparat menjanjikan pengamanan di gereja-gereja. 

Siapa pihak ketiga yang mencari keuntungan?  

Tito juga mengatakan polisi sedang mendalami dugaan keterlibatan pihak lain selain GIDI dalam insiden ini. 

“Kemungkinan adanya pihak lain yang mengambil keuntungan ini. Di Papua itu ada beberapa kelompok yang menginginkan kemerdekaan, saya tahu, semua juga sudah tahu,” kata Tito.

Salah satu rencana kelompok ini adalah menciptakan konflik dan mengangkat isu Hak Asasi Manusia. 

“Oleh karena itu penyidikan sedang berjalan. Semua pihak mendukung untuk proses hukum. Siapa yang salah harus diproses, karena ini negara hukum,” katanya lagi. 

(BACA: Siapa bermain di insiden Tolikara?)

Perwakilan dari Forum Kerukunan Umat Beragama Taufiq Rahman, membenarkan bahwa Kapolda menyebut ada oknum yang diduga menyusup ke perkumpulan Gereja Injil di Indonesia. “Ada pokoknya yang jadi pimpinan mereka di situ,” katanya.  

Adang Tea menambahkan, oknum tersebut ingin memecah belah Papua dari NKRI.

(BACA: Tokoh penting di Papua diduga rencanakan kerusuhan Tolikara)

Pangdam juga sependapat dengan Tito. “Mereka maunya membuat skenario ini, maunya kejadian di mana-mana,” katanya. 

“Tadi saya bilang petasannya akan meledak. Kalau meledak itu yang mereka inginkan Indonesia akan jatuh di mata dunia, ekonomi kita juga akan jatuh, timbul kerusuhan di mana-mana. Oleh karena itu kita harus menyatukan kekuatan bersama-sama menyikapi ini,” katanya lagi. —Rappler.com 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!