Di Brisbane, Jokowi dukung tujuan G20

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pidato Jokowi yang menyiratkan keinginan kuat untuk reformasi birokrasi mendapat sambutan baik dari kepala negara yang hadir.

 PM Australia Tony Abbott (kiri) menyalami Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo saat penerimaan tamu dalam KTT G20 di Brisbane, Australia, pada 15 November 2014. Foto oleh EPA

Presiden Joko “Jokowi” Widodo memulai debutnya sebagai salah satu pemimpin negara anggota kelompok G20 dengan menggarisbawahi dukungan atas tujuan pembentukan G20. 

“Pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif adalah tujuan G20. Kami akan mendukung dengan cara pelibatan kelompok menengah bawah dan kelompok berpenghasilan rendah untuk ikut menjadi pilar pembangunan,” kata Presiden Jokowi saat menyampaikan pidatonya, Sabtu (15/11), di Brisbane, Australia. 

Pidatonya dalam acara retreat kepala ekonomi G20, juga menyinggung keberhasilan Indonesia dalam delapan tahun terakhir mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,8 persen per tahun. Angka pertumbuhan itu dicapai atas kontribusi kelompok menengah Indonesia yang jumlahnya 25 persen dari populasi. (BACA: Pidato lengkap Jokowi di G20)

Secara tidak langsung, di forum G20 yang anggotanya menguasai 80 persen dari ekonomi dunia itu, Presiden Jokowi mengakui keberhasilan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menjaga momentum pertumbuhan positif, saat ekonomi dunia melambat, dan sempat dihajar tsunami krisis finansial di AS pada 2008. Krisis ini yang membuat pertemuan kepala pemerintahan G20 menjadi agenda rutin.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro ketika saya kontak, Sabtu siang, mengatakan fokus utama Indonesia dalam pertemuan G20 adalah mendorong pembangunan infrastruktur yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan dengan dukungan keuangan global.

Tak heran, setelah menceritakan sukses saat menjadi Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, di acara G20 Jokowi kembali menjanjikan kemudahan perizinan investasi. “Enam bulan dari sekarang Indonesia akan memiliki sistem perizinan investasi yang terintegrasi,” kata Jokowi. Dia mendapat kesempatan bicara setelah Perdana Menteri India Narendra Modi. 

Kedua pemimpin, Jokowi dan Modi, punya kesamaan karena pernah memimpin di tingkat daerah. Modi pernah menjadi Menteri Utama Gujarat.

Pidato Jokowi yang menyiratkan keinginan kuat untuk reformasi birokrasi mendapat sambutan baik dari kepala negara yang hadir.

Di KTT Asia Timur, di Myanmar sebelumnya, Jokowi menyampaikan penjelasan soal poros maritim. Dia mendukung implementasi Declaration of the Conduct of Parties in South China Sea dan Code of Conduct in South China Sea. Dua dokumen ini disiapkan di era pemerintahan Presiden SBY. 

(BACA: Doktrin Jokowi, Indonesia poros maritim dunia)

Sebagai pendatang baru di ketiga forum internasional itu, Presiden Jokowi menggunakannya untuk memperkenalkan diri dan menyampaikan fokus pemerintahannya.

Pemimpin negara lain menggunakan G20 sebagai ajang menekan pihak lain. Misalnya AS dan negara Eropa seperti Jerman dan Inggris yang menekankan perlunya G20 berkomitmen atas Global Green Climate Change Fund. Dana ini ditujukan membantu negara miskin beradaptasi terhadap perubahan iklim. 

AS berkomitmen menempatkan dana senilai US$3 miliar, sedangkan Jerman dan Inggris masing-masing sekitar $1 miliar. Perdana Menteri Australia Tony Abbott sejauh ini menolak ide menempatkan dana itu.

Di Brisbane juga terjadi debat antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan PM Inggris David Cameron. Intinya, negara barat dan AS menekan Rusia agar keluar dari Ukraina. G20 juga menyampaikan komitmen kerjasama global perangi wabah virus Ebola yang sudah memakan korban jiwa lebih dari 5.000 orang, paling banyak di Afrika.

Profesor Ian Goldin dari Universitas Oxford, yang pernah menjadi penasihat Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, mengatakan, tantangan globalisasi di tengah kondisi serba terkoneksi via Internet adalah: Krisis finansial, pandemi virus mematikan, serangan siber, bahaya migrasi, dan perubahan iklim. 

“Debat mencari solusi atas tantangan tata dunia baru diperlukan baik di level nasional maupun global,” kata Ian Godin di bukunya, Divided Nations. Forum G20 nampaknya mencoba menjawab itu. —Rappler.com

Uni Lubis, mantan pemimpin redaksi ANTV, nge-blog tentang 100 Hari Pemerintahan Jokowi. Follow Twitter-nya @unilubis dan baca blog pribadinya di unilubis.com.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!