Etalase ekonomi kreatif: Syuting film di Pasar Santa

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Etalase ekonomi kreatif: Syuting film di Pasar Santa
Pasar tradisional bisa dikembangkan sebagai etalase ekonomi kreatif. Etalase Indonesia. Ada 5.000 pasar yang menjadi pekerjaan rumah pemerintahan Jokowi-JK.

Sesekali boleh menulis yang ringan ya, untuk catatan 100 Hari Pemerintahan Presiden Jokowi dan Wapres JK.  Kemarin, saya diberi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa menikmati ulang tahun. Sudah tua. Sedikit lagi sudah setengah abad, semoga Allah SWT berikan umur, kesehatan, dan rezeki untuk lebih lama bersama-sama anak, suami, ayah, adik-adik, teman-teman tercinta. Mendapat kesempatan bermanfaat bagi makhluk lain. Mengapa makhluk? Ya termasuk fauna. Jumat dan Sabtu saya lewatkan di Tambling Wildlife Nature Conservation melihat rehabilitasi Harimau Sumatera yang jumlahnya di Indonesia tinggal 500an ekor. Ceritanya akan saya bagi minggu depan.            

Semalam saya mensyukuri tambah umur dengan berdoa dan tumpengan bersama teman-teman dan pengunjung Pasar Santa. Kalau menggunakan istilah Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, “Pasar Gaul Santa”. Pasar ini diramaikan oleh ratusan kios yang dikelola anak-anak muda yang kreatif dan ingin belajar memulai bisnisnya. Dari kuliner, distro, pernik kerajinan, mebel, hingga vynil alias piringan hitam (by the way, semalam ada midnight sale vinyl di 15 kios. 15! Itu kios terbanyak di satu lokasi untuk jualan vinyl).            

Cerita Pasar Santa sudah banyak. Silahkan ketikkan kata ini di mesin pencari, beragam artikel bisa dinikmati. (BACA: 8 alasan seru habiskan akhir pekan di Pasar Santa).

Kemarin sore saat saya tiba di Pasar Santa, di depan kios Read & Eat, kios yang saya buka untuk tempat nongkrong teman-teman, ada syuting sebuah film yang disutradarai Fajar Nugros. Nugros, sutradara muda yang tengah menanjak, saya kenal sejak lima tahun terakhir, melalui media sosial. Saya senang melihat perkembangan karirnya.  Istrinya, Susanti Dewi adalah produser yang tengah menanjak pula. Pasangan suami istri ini tengah memproduksi sebuah film yang diangkat dari biografi Fira Basuki, seorang penulis dan pemimpin redaksi majalah perempuan. Bintang utamanya pasangan Rio Dewanto dan Atiqah Hasiholan, dua bintang film yang tengah menanjak namanya.            

Menjadi lokasi produksi film. Begitulah perkembangan terbaru Pasar Santa. Way to go, menjadi etalase “ekonomi kreatif Indonesia”.  Awal Juni tahun ini, saat masih bekerja sebagai pemimpin redaksi di ANTV, sebuah tv nasional, kami memproduksi program Calon Wakil Presiden Turun ke Pasar. Pak Jusuf Kalla dan Pak Hatta Rajasa kami ajak merekam dialog mengenai visi dan misi pasangan mereka dalam pemilihan presiden 2014 di tengah lokasi pasar basah, di lantai dasar Pasar Santa. Program Capres-Cawapres Turun ke Pasar adalah trademark divisi pemberitaan ANTV sejak 2009. Kebetulan, saya yang mencetuskan ide ini. Saya melihat talkshow pemilu kebanyakan diadakan di studio atau hotel, dan menyasar kaum lelaki. Padahal pemilih perempuan sama pentingnya. Pasar adalah etalase perempuan kreatif. Perempuan pejuang ekonomi rakyat.            

Ketika memproduksi Cawapres Turun ke Pasar, saya dapati kondisi Pasar Santa yang redup. Jumlah pedagang tidak penuh (saya bandingkan dengan pasar lain yang sering saya kunjungi seperti Pasar Tebet). Suasana di pasar yang terletak di kawasan cukup elit di tengah kota Jakarta ini lesu. Pasar Santa yang sebenarnya menyediakan semua kebutuhan hidup warga, dari sembilan bahan pokok sampai peralatan listrik, bangunan, hingga toko pakaian, dan belasan tukang jahit, kalah bersaing dengan kepungan tempat belanja modern dan bersih, berpenyejuk udara pula, yang ada di sekitar kawasan Kebayoran Baru.            

Sebuah kios kreatif di Pasar Santa. Foto oleh Uni Lubis

Kemudian saya mengetahui bahwa sekitar Juni pula, sekelompok anak muda, Ve Handojo dan kawan-kawan, mendirikan A Bunch of Caffein Dealer. ABCD. Cikal bakal pasar gaul yang kini sedang happening di ibukota Jakarta, dan menginspirasi pengelola pasar lain melakukan hal serupa. Kini, seluruh kios Pasar Santau sudah terisi.  Malam minggu seperti semalam, mungkin seribuan pengunjung menikmati menjadi #anakpasar, bersama pengelola yang berharap #rejekianakpasar. Kontras dengan suasana sampai tiga bulan lalu.  Selama tujuh tahun ratusan kios di lantai atas Pasar Santa kosong melompong. Cocok untuk syuting program ekspedisi alam gaib. Spooky.            

Pada 1 November, kami di Pasar Santa mengadakan acara re-launching. Tidak hanya untuk pasar gaul di lantai atas, tapi keseluruhan pasar mulai dari pasar tradisional. Semangatnya saling mendukung dan maju bersama. Menteri Perdagangan Rachmat Gobel dan Menteri Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (UMKM) IGN Puspayoga hadir dan melewatkan malam yang ceria bersama ribuan pengunjung. Tak kurang dari 2,5 jam kedua pejabat itu di pasar, ngobrol santai, kulineran, bahkan cukur rambut di kios yang baru dibuka malam itu juga!            

“Seminggu jadi menteri, kepala saya puyeng. Banyak masalah. Baru malam ini saya bisa ketawa enak, nih. Saya dapat banyak inspirasi. Solusi.  Kalian, anak-anak muda luar biasa. Kreatif.” Itu hanya sebagian kecil dari komentar Mendag Rachmat. Sebagai yang termasuk paling tua, dan kebetulan didapuk jadi ketua panitia re-launching oleh adik-adik  #anakpasar, saya sepakat. Mereka, para pionir pasar gaul itu, memang kreatif. Berpikir out of the box, risk-taker, influencer.             

Simak kisah anak-anak muda yang mendirikan usaha kurir bersepeda, Westbike, ini di sini.

Sekarang, cerita Pasar Santa adalah sebuah lintasan penting dalam sejarah industri kreatif Indonesia. Sebuah contoh, kolaborasi antara kekuatan media sosial sebagai medium promosi dengan aksi bisnis nyata. Kecil-kecilan. Tapi nyata. Ini bukan sekedar clicktivism. Sebagian dari teman-teman pengelola kios di sana, saya tahu kian menjadikan bisnis di Pasar Santa sebagai kegiatan utama. Proses itu sedang terjadi. Setiap kali ada kios yang berhasil “sold out” dagangan, mereka akan berteriak mengumuman dan teman-teman lain akan menyambut gegap-gempita.  Alhamdulillah! Sold out. Rejeki anak pasar. Rejeki anak sholeh!            

Tidak peduli agama yang mereka anut. Ini spiritnya.        

Mengenai potensi pasar mendukung pengembangan start-up, Anda bisa menonton video wawancara saya dengan mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pangestu yang saya ajak ke Pasar Santa, dua pekan sebelum akhir kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tonton videonya di sini.

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel yang punya program revitalisasi 5.000 pasar selama lima tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo mengatakan akan menjadikan Pasar Santa sebagai salah satu inspirasi pengembangan pasar di kabupaten-kabupaten. “Saya ingin agar Kemendag dan perusahaan daerah pengelola pasar mengidentifikasi pasar mana di setiap kabupaten yang bisa dikembangkan menjadi pasar seperti ini. Memberikan ruang bagi kios-kios yang bisa digunakan anak-anak muda belajar bisnis. Memulai proses menjadi wirausaha,” kata Rachmat. Ini antara lain berita dari kunjungan Mendag dan Menkop UMKM ke Pasar Santa. 

Meskipun catatan ringan, tapi di tulisan ini saya menyelipkan salah satu tantangan terbesar dalam pemerintahan Jokowi-JK. Membangun ekonomi rakyat, antara lain melalui mengembangkan kegiatan usaha di pasar-pasar.    

Presiden Jokowi menjadi masyhur namanya karena keberhasilannya menata pasar di Solo. Kini pemerintahannya punya 5.000 pasar yang harus dibenahi. Jumlahnya dikurangi satu. Karena di Pasar Santa, sekelompok anak-anak muda sudah punya solusi, mengembangkan secara mandiri, bekerjasama dengan pengelola pasar. Setidaknya sampai kini, dan semoga berkelanjutan.           

Tahun ini saya bersyukur, menikmati doa bersama keluarga dan teman saat bertambah umur di pasar. Ini #rejekianakpasar juga. Selamat hari Minggu. —Rappler.com

Uni Lubis, mantan pemimpin redaksi ANTV, nge-blog tentang 100 Hari Pemerintahan Jokowi. Follow Twitter-nya @unilubis dan baca blog pribadinya di unilubis.com.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!