Pencarian AirAsia QZ8501: Pertunjukan kepemimpinan

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pencarian AirAsia QZ8501: Pertunjukan kepemimpinan

AFP

Tiga hari berhasil menemukan petunjuk dan memulai evakuasi, tercepat dalam sejarah SAR pesawat. Saatnya mendorong regulasi yang menjamin keselamatan penerbangan.
             

Hari yang menguras emosi. Bersyukur karena akhirnya tim Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) berhasil menemukan serpihan pesawat AirAsia kode penerbangan QZ8501. Pesawat ini hilang tiga hari lalu (28/12) dalam penerbangan dari Surabaya ke Singapura. Total ada 162 penumpang dan kru di pesawat naas itu. Sedih tak kepalang dan duka cita mendalam bagi keluarga penumpang dan awak pesawat. Siang tadi tim Basarnas juga berhasil menemukan tiga jenazah.             

Bisa dikatakan, proses menemukan serpihan pesawat dan lokasi jatuhnya pesawat QZ8501 bakal menjadi proses SAR tercepat di dunia. Tiga hari ini, melalui beragam bentuk media, termasuk informasi di media sosial, kita mengikuti proses pencarian yang dilakukan tim terpadu yang dikoordinasikan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Kepala Basarnas, Marsekal Madya FHB Sulistyo. Kita juga menyaksikan kepedihan dan rasa kehilangan yang tak terperi dari keluarga mereka yang ada di pesawat AirAsia QZ8501 yang terbang Minggu pagi lalu.                 

Kita juga merasakan marah, sedih, dan kesal atas pemberitaan media massa yang tidak menunjukkan rasa empati kepada keluarga penumpang dan awak pesawat. Pemberitaan yang mengesampingkan penerapan etika jurnalistik.                

Perkembangan berita pencarian pesawat Air Asia dapat diikuti laman Rappler Indonesia melalui tautan ini. 

Saya ingin menyoroti menonjolnya unsur kepemimpinan dan tanggung jawab yang ditunjukkan oleh sejumlah figur publik dalam proses pencarian yang menguras segala kemampuan energi, pikiran, dan kemampuan membangun kerjasama.  

Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Wapres JK menunjukkan kepemimpinan dengan turun langsung memonitor proses pencarian. Mereka tidak hanya berkunjung ke pusat komando di kantor Basarnas pusat, juga terbang ke Bandara Juanda untuk melihat perkembangan di pusat krisis dan bertemu dengan keluarga penumpang dan awak pesawat. 

Presiden Jokowi langsung terbang ke lokasi di Pangkalan Bun melihat proses evakuasi badan pesawat dan jenazah dari pesawat Hercules, sore tadi, Selasa (30/12), kemudian bertemu keluarga di pusat krisis Bandara Juanda untuk menyampaikan duka cita.  

Presiden memerintahkan agar fokus tim pencari mulai malam ini adalah evakuasi korban secepat mungkin. Kendalanya adalah cuaca dan ombak setinggi 2-3 meter. Duet Jokowi dan JK memerintahkan semua kekuatan TNI, Polri, SAR dibantu tim negara sahabat untuk menemukan pesawat ini.

Kerja Basarnas patut diacungi jempol. Selain mampu menjalankan operasi pencarian yang efektif dan cepat, komunikasi kepada publik melalui media dilakukan secara rutin. Profesional. Sesi konferensi pers dilakukan teratur. Ada orang-orang dalam tim yang selalu bisa diwawancarai media untuk informasi perkembangan pencarian. 

Bisa dikatakan, ini operasi SAR yang paling transparan yang saya ketahui. Penanganan pusat krisis yang profesional. Saya mengikuti secara seksama beragam krisis di negara lain, termasuk hilangnya dua pesawat Malaysia Airlines kode penerbangan MH370 dan MH17. Tidak bisa dibandingkan pola tragedinya. Tapi pola layanan informasi kepada publik dan keluarga tergolong baik.

Walikota Surabaya Tri Rismaharini menunjukkan kepemimpinan dan tanggung jawab dengan terus mendampingi keluarga penumpang, sejak pagi hingga malam selama tiga hari ini. Dia menyiapkan semua fasilitas yang dibutuhkan di pusat krisis, termasuk tadinya berencana memindahkan keluarga dan pusat krisis ke sebuah hotel agar lebih nyaman. Keluarga memilih tetap di bandara.  

Sore ini saya membaca bahwa Bu Risma membuka informasi pihaknya sudah menyiapkan 80an mobil ambulans sejak kemarin, yang disimpan di sebuah tempat tak jauh dari bandara. Sengaja disembunyikan agar tidak membuat keluarga panik.  Risma mengantisipasi keberhasilan proses SAR. Semua penumpang, dalam kondisi apapun akan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara di Surabaya. Sebuah antisipasi yang keren dari seorang kepala daerah.

Pendiri dan kepala eksekutif AirAsia, Tony Fernandes, sore ini menyatakan, sebagai pemimpin perusahaan itu, dia siap bertanggungjawab atas peristiwa yang terjadi, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa para penumpang, pula awak pesawatnya. 

“Meskipun penyelidikan mengenai penyebab musibah belum tuntas, sejauh ini cuaca buruk disebut sebagai penyebab utama, tetapi saya siap bertanggungjawab,” demikian kata Tony Fernandes dalam jumpa pers di pusat krisis Bandara Juanda, setelah bertemu dengan Presiden Jokowi dan keluarga penumpang.

AirAsia Group chief executive officer Tony Fernandes waits prior to attending a press conference concerning missing AirAsia flight QZ8501 at the crisis-center set up at Juanda International Airport in Surabaya on Dec. 29, 2014. Photo by Manan Vatsyayana/AFP

Sejak hari pertama Tony Fernandes hadir langsung di pusat krisis. Tony berjanji bersikap terbuka atas semua proses penyelidikan yang akan dilakukan terkait dengan musibah yang menimpa salah satu armada AirAsia Indonesia.

Tentu saja saya tidak menafikan peran dan bantuan nelayan lokal, dan semua pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam proses pencarian. Para kepala staf, komandan lapangan dari Angkatan Laut dan Angkatan Udara, ahli dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), serta Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang sejak awal terlibat dalam operasi pencarian yang masif. 

Tapi, bicara soal kepemimpinan, nama-nama yang saya bahas di atas, secara personal maupun kelembagaan, nampak menonjol peran kepemimpinannya.

Sedih atas kehilangan yang dirasakan keluarga penumpang dan awak pesawat. Tapi juga bersyukur dan bangga atas pencapaian kerja keras menemukan pesawat QZ8501. Reputasi baik yang bakal diingat dan dijadikan referensi oleh semua pihak.

Yang kini kita tunggu dan amati adalah pelajaran dari musibah ini. Perbaikan dalam regulasi dan implementasinya yang menjamin keselamatan penerbangan. Keselamatan penumpang. Ini ujian kepemimpinan dan tanggung jawab bagi Jokowi dan JK. Juga Menteri Perhubungan.  

Industri penerbangan swasta kita dikuasai oleh well-connected business persons. Seolah tak terjangkau. Tak mengherankan jika Administasi Penerbangan Federal (FAA), menempatkan industri penerbangan kita dalam kategori 2, satu klasifikasi dengan negara seperti Ghana dan Bangladesh dari sisi keamanan penerbangan. Tulisan di Washington Post ini menggambarkan ruwet dan bahayanya situasi industri penerbangan di Indonesia. Ini tautannya 

Apakah musibah yang menimpa 162 keluarga dan awak AirAsia QZ8501 bakal menjadi pelajaran dan cambuk kuat bagi otoritas di Indonesia, untuk memperbaiki aspek keselamatan penerbangan kita di semua lini?

Kita menunggu tindakan kepemimpinan Jokowi, JK, dan Jonan dalam tiga bulan ke depan. Jangan sampai ibarat keledai, terjatuh lagi di lubang yang sama, untuk kedua kali. Mahal bayarannya. Nyawa manusia. —Rappler.com

Uni Lubis, mantan pemimpin redaksi ANTV, nge-blog tentang 100 Hari Pemerintahan Jokowi. Follow Twitter-nya @unilubis dan baca blog pribadinya di unilubis.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!