Jokowi: Jangan lihat eksekusi mati, lihat korban narkoba

Adelia Putri

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jokowi: Jangan lihat eksekusi mati, lihat korban narkoba
Jokowi tak gentar dengan tekanan luar untuk hentikan hukuman mati. Ia berdalih, lihat korban kejahatan narkoba dan keluarga mereka.

JAKARTA, Indonesia — Presiden Joko “Jokowi” Widodo kembali menegaskan bahwa keputusannya untuk meneruskan hukuman mati terhadap pengedar narkoba punya alasan kuat.

Dalam wawancaranya dengan Radio Elshinta pada Selasa, 17 Maret, Jokowi menjawab beberapa pertanyaan terkait isu-isu hangat saat ini, termasuk mengenai eksekusi hukuman mati.

Selama beberapa bulan terakhir, Jokowi mendapatkan serangan dan tekanan publik mengenai eksekusi hukuman mati terutama pada para pengedar narkoba, baik yang berkewarganegaraan Indonesia maupun asing.

Ia mengakui adanya tekanan-tekanan tersebut, namun menegaskan bahwa tidak ada yang mampu memengaruhinya.

“Kalau tekanan, saya harus ngomong apa adanya. Ada tekanan dari negara-negara lain, (Persatuan Bangsa-Bangsa) PBB, human rights (organization). Ya kita kasih penjelasan,” ujarnya. 

(BACA: Jokowi: Jangan intervensi hukuman mati)

Kalaupun eksekusi belum dilakukan, menurut Jokowi, itu bukan karena tekanan-tekanan yang dialamatkan kepadanya.

“Nggak ada. Ini karena ada persiapan yang harus dilakukan. Bukan urusan saya, tapi Jaksa Agung,” jelas Jokowi mengenai persiapan teknis pelaksanaan hukuman mati. Sebelumnya dikabarkan 12 terpidana akan dieksekusi bulan ini. Dua di antaranya, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang tergabung dalam kelompok Bali Nine, sudah dipindahkan ke Pulau Nusakambangan, tempat eksekusi akan diadakan, pekan lalu.

“(Mengenai negara-negara yang berusaha membebaskan warganya) Bagi saya itu wajar. Itu kewajban negara manapun, tapi ini kedaulatan hukum kita,” sambung Jokowi.

(BACA: Komisaris Tinggi HAM PBB desak Indonesia hentikan hukuman mati)

Bagi pihak-pihak yang masih menentang keputusannya untuk meneruskan hukuman mati bagi pengedar narkoba, Jokowi punya alasan yang kuat.

“Jangan hanya melihat masalah eksekusi hukuman mati. Lihat fakta yang ada: 4,5 juta anak-anak kita harus direhabilitasi, 1,2 juta di antaranya sudah tidak bisa direhabilitasi. Ada 18 ribu yang mati karena narkoba setiap tahun, artinya 50 orang setiap hari,” tegasnya. 

(BACA: Indonesia uses faulty drug stats to justify death penalty)

“Jangan lihat yang dieksekusi, lihat korbannya, lihat keluarganya. Kalau sudah lihat mereka, tempat-tempat rehabilitasi, mereka yang terkena hepatitis, HIV, yang sudah tidak bisa apa-apa, baru orang bisa lihat betapa jahatnya pengedar narkoba,” lanjut Jokowi

“Jadi, buat saya, tidak ada ampunan terhadap pengedar narkoba,” tandasnya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!