SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
YOGYAKARTA, Indonesia — Mary Jane Fiesta Veloso, terpidana mati asal Filipina, tampak sumringah mengenakan kebaya di peringatan Hari Kartini, Selasa, 21 April 2015.
“Nama saya Mary Jane. Saya dari Filipina. Terima kasih,” kata Mary Jane di podium sebelum memperagakan busana di tengah ruangan.
Rambut ikal panjangnya tergerai, tak disanggul a la Kartini, namun dia terlihat pantas mengenakan kebaya ungu dengan kain putih. Kebaya itu dimilikinya sejak tahun lalu, digunakan untuk perayaan Hari Kartini dan Hari Ibu.
Di tangan kirinya ia memakai jam tangan berwarna ungu. Dua cincin emas tersemat di jari manis kedua belah tangannya. Sedangkan di tangan kanan ia memakai gelang kayu berwarna cokelat, seperti gelang yang banyak dijual di Malioboro.
Selesai memperagakan busananya, Mary Jane kembali ke tempat duduk belakang. Meski wartawan sangat antusias ingin berbicara dan memfotonya, mereka tidak bisa mendekati Mary Jane.
(BACA: Mary Jane’s sons to Jokowi: ‘Release our innocent mom’)
Acara Kartini di LP Wirogunan
Peragaan busana yang dijalani Mary Jane adalah bagian dari peringatan Hari Kartini di Lembaga Permasyarakatan Wirogunan, Yogyakarta. Sejak pagi hari, warga binaan — sebutan LP untuk tahanan dan narapidana mereka — mengikuti beragam lomba, dari menghias tumpeng, menyanyi, hingga peragaan busana.
Acara dimulai pukul 8, tapi Mary Jane sendiri baru muncul pukul 9, diiringi dua orang, seorang petugas penjara, dan seorang yang tampak seperti temannya. Dia lalu duduk bersama tahanan perempuan lainnya. Ia tertawa ketika teman-temannya maju mengikuti lomba menyanyi.
Meski awalnya, kehadirannya tak terlalu diperhatikan, ketika salah seorang wartawan menyadari bahwa dia adalah Mary Jane, mereka mengarahkan lensa-lensa ke arahnya. Beberapa maju dan memotretnya.
Ia rupanya jengah dengan perhatian bertubi-tubi padanya. Setengah jam duduk di depan, Mary Jane pindah ke belakang. Tak dinyana, ia menangis sejenak di belakang.
“Dia enggak enak sama teman-temannya, ‘kok saya terus yang difoto’,” kata Kepala LP Wirogunan Zaenal Arifin.
Fasih berbahasa Indonesia
Setelah 5 tahun di tahanan, Mary Jane lancar memahami dan berbicara dalam Bahasa Indonesia. Tak hanya Bahasa Indonesia, dia pun lancar berbahasa Jawa.
“Sekarang ambil fotonya, ya, Mbak?” tanya jurnalis Rappler.
“Iya, boleh,” kata jawabnya. Bahkan logatnya tak terdengar seperti orang asing.
Situasi ini berbeda dengan 5 tahun lalu, ketika dia tidak bisa menjelaskan langsung mengapa dia membawa 2,6 kilogram heroin di dalam koper yang dibawanya. Dia tidak bisa menjelaskan apa yang menjadi alibinya, bahwa dia diminta saudara seraninya untuk membawa koper tersebut ke Indonesia tanpa mengetahui isinya. Penerjemah yang ada pun tidak bisa menerjemahkan dengan baik, sehingga ditengarai ada kesalahpahaman terjadi.
Tidak jelas apakah Mary Jane memiliki kemampuan Bahasa Inggris. Dalam persidangan, disebutkan dia hanya bisa berbicara dalam Bahasa Tagalog. Yang jelas, bertentangan dengan cita-cita emansipasi Kartini, Mary Jane tidak berpendidikan baik. Lahir dari keluarga miskin, ia hanya bersekolah sampai kelas satu di sekolah menengah. Dia menikah muda dan memiliki dua orang anak.
Masalah bahasa ini kemudian yang diduga pengacara membuat dia dijatuhi hukuman mati. Pertanyaan hakim dijawab dengan salah. Semua upaya untuk membatalkan hukuman tidak berhasil. Yang terakhir, upaya untuk meminta peninjauan kembali ditolak oleh Mahkamah Agung. Pengacaranya berencana akan kembali mengajukan peninjauan kembali.
Pengajuan grasi ke Presiden Joko “Jokowi” Widodo juga ditolak. (BACA: Jokowi on pleas for Mary Jane: Respect our laws)
Tidak jelas kapan eksekusi dilakukan
Sampai sekarang, belum ada rencana kapan memindahkan Mary Jane ke Nusakambangan. Surat keputusan dari MA belum sampai ke LP.
“Pengadilan (PN Sleman) nanti yang kirim suratnya ke sini,” kata Zaenal.
Surat keputusan itu, yang Mary Jane bisa pahami bila diterimanya, akan mengantarkan dia pindah dari LP ke Nusakambangan, menanti sekelompok regu tembak memisahkannya dari keluarganya untuk selamanya. — Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.