Dukung AIIB, Jokowi mendayung di antara dua karang

Haryo Wisanggeni

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dukung AIIB, Jokowi mendayung di antara dua karang
Jokowi berpendapat bahwa kehadiran Bank Dunia, IMF, dan ADB tidak cukup dan diperlukan alternatif baru. Apakah ini indikasi bahwa Indonesia dukung lahirnya AIIB?

JAKARTA, Indonesia — Dalam pidato pembukaan Konferensi Asia Afrika 2015 di Jakarta, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengemukakan urgensi untuk melakukan reformasi terhadap sistem perekonomian global, Rabu, 22 April.

Inklusivitas adalah kunci

“Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF), dan Asian Development Bank (ADB) adalah pandangan usang yang perlu dibuang,” kata Jokowi.

“Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa hanya diserahkan kepada ketiga lembaga keuangan internasional itu.

“Kita wajib membangun sebuah tatanan ekonomi baru yang terbuka bagi kekuatan-kekuatan ekonomi baru. Kita mendesak dilakukannya reformasi arsitektur keuangan global untuk menghilangkan dominasi kelompok negara tertentu atas negara-negara lain”, lanjutnya.

(LIVE BLOG: Konferensi Asia Afrika 2015)

Jika Jokowi berpendapat bahwa kehadiran Bank Dunia, IMF, dan ADB tidaklah cukup dan diperlukan alternatif baru, apakah ini mengindikasikan bahwa Indonesia mendukung lahirnya Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang belakangan muncul memainkan peran tersebut?

AIIB, kuda hitam dari timur

Bagi yang belum pernah mendengarnya, AIIB adalah bank pembangunan baru di kawasan Asia.

AIIB ini akan memiliki fungsi yang kurang lebih sama seperti Bank Dunia, IMF, dan ADB, yaitu menghadirkan sumber pendanaan bagi proses pembangunan negara-negara yang ada dalam naungannya. Seperti tercermin dari namanya, adalah pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus utama AIIB.

Dimotori oleh Tiongkok, AIIB diresmikan pada tanggal 24 Oktober 2014. Saat itu, tercatat 21 negara tercatat sebagai negara pendiri.

Kehadiran AIIB sesungguhnya relevan. Publikasi dari World Economic Forum (WEF) menyebutkan bahwa hingga tahun 2020 mendatang, masih terdapat kekurangan sebesar 8 trilliun dolar AS untuk membiayai kebutuhan pembangunan infrastruktur di Asia.

Relevansi ini belakangan membuat sejumlah kekuatan perekonomian dunia mulai merapat ke AIIB. Tersebut nama Rusia, Korea Selatan, dan Inggris di antaranya.

Yang mengejutkan, di antara negara-negara yang merapat, terdapat pula negara yang secara tradisional adalah sekutu Amerika Serikat.

Negeri Paman Sam, sejak awal gagasan pembentukan AIIB mengemuka, merupakan penentang utamanya. Amerika Serikat khawatir bahwa AIIB akan membuat Tiongkok semakin leluasa untuk menggoyang dominasi global mereka.

Mendayung di antara dua karang

Indonesia telah menyatakan komitmen untuk berperan aktif di AIIB. Ditambah dengan pernyataan Jokowi, apakah ini berarti Indonesia berpihak kepada AIIB dan Tiongkok, alih-alih Amerika Serikat?

Ekonom Universitas Indonesia Berly Martawardaya berpendapat bahwa penilaian tersebut berlebihan. “Yang sedang dilakukan Jokowi adalah mendayung di antara dua karang, sesuai dengan narasi politik dan ekonomi Indonesia sejak dahulu” ujar Berly.

Lebih jauh Berly mengelaborasi bahwa Indonesia hingga saat ini masih berkontribusi di Bank Dunia, IMF, dan ADB. Dengan juga bergabung bersama AIIB, Indonesia dapat tampil sebagai kekuatan untuk menyeimbangkan tensi global yang meninggi karena pembentukan AIIB.

Dari kacamata internal, menurut Berly, bergabungnya Indonesia dengan AIIB juga relevan dengan komitmen pemerintahan baru untuk menggenjot pelaksanaan berbagai proyek pembangunan infrastruktur. Dibutuhkan sumber pendanaan baru yang sangat besar untuk melakukan hal tersebut di mana AIIB dapat menjadi salah satu alternatifnya. — Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!