fashion shows

Juventus vs Real Madrid: Adu cerdik dua ‘allenatore’

Ahmad Santoso

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Juventus vs Real Madrid: Adu cerdik dua ‘allenatore’

EPA

Bermain di depan pendukung sendiri, statistik mencatat Juventus memang tak terkalahkan. Namun Real Madrid berada satu kelas di atas mereka.

Tahun ini adalah tahun kelima Real Madrid secara berturut-turut melenggang ke semifinal Liga Champions. Namun sepanjang 2011 hingga 2013, Real selalu gagal melangkah ke final. Secara bergiliran Barcelona, ​​Bayern Munich, dan Borussia Dortmund menghambat Real untuk lolos ke final. Beruntung luka itu berhasil diobati saat merengkuh La Decima (gelar kesepuluh) Piala Champions pada musim lalu.

Musim ini keberuntungan itu bisa diulang. Tapi, upaya untuk melakukannya tak mudah. Sebab, Real harus melawati hadangan Juve yang sedang naik daun di pentas Eropa. Mereka bisa mencapai babak semifinal untuk kali pertama dalam tujuh tahun. Namun, banyak yang menganggap apa yang didapat Juve tidak spesial. Meski mampu menyabet scudetto Serie-A dalam empat musim berturut-turut, Si Nyonya Tua —Julukan Juve— dianggap sebagai tim terlemah daripada semifinalis lainnya. 

Sergio Ramos kembali jadi gelandang bertahan

Bermain di depan pendukung sendiri, statistik mencatat Juve tak terkalahkan. Namun lawan yang mereka hadapi kelasnya berada di atas mereka. Menghadapi Dortmund dan Monaco, Juve hanya bisa menang selisih satu gol. Atletico Madrid malah bisa mencuri satu poin di sana. Karena itulah, Real diperkirakan tak sulit untuk bisa mendulang poin penuh di Juventus Arena.

Meski begitu allenatore Real Madrid Carlo Ancelotti akan menghadapi ujian sulit mengingat dinamo penggerak lini tengah, Luka Modric, lagi-lagi absen. Daripada mempercayai Asier Illaramendi atau Sami Khedira, Ancelotti lebih memilih menggeser bek tengah Sergio Ramos sebagai gelandang bertahan. Eksperimen ini cukup sukses jika berkaca dari dua kemenangan dramatis atas Atletico di perempat final Liga Champions dan Sevilla di La Liga akhir pekan lalu. Bek timnas Spanyol ini memerankan hasil yang baik saat defense maupun attack.  

Jumlah rata-rata intercept (memotong umpan lawan) Ramos mencapai 3,3 per laga. Angka ini merupakan yang terbanyak di antara keseluruhan pemain Real dan Juve. Dari sini kita bisa melihat bahwa Ramos lihai melihat ruang untuk memotong passing gelandang lawan kepada penyerang. Tekel Ramos pun mencapai 2,4 tekel per laga, lebih tinggi ketimbang Pepe atau Raphael Varane.

Sebagai seorang gelandang bertahan, selain kontribusi terhadap pertahanan, mereka harus memiliki kemampuan menyerang atau mengontrol permainan. Ramos memiliki itu. Rata-rata jumlah passing Ramos saat ini adalah 65,5 umpan per laga, lebih baik ketimbang Modric yang hanya mencatat 63 umpan per laga. Di Real, Ramos hanya kalah dari Toni Kroos dan Isco. 

Jika menilik statistik tersebut, memasang kembali Ramos sebagai gelandang bertahan sangat tepat. Sebagai catatan, Juve di era Massimiliano Allegri tidaklah sama dengan Juve di era pelatih Antonio Conte. Peralihan 3-5-2 menjadi 4-3-1-2 membuat Juve tak lagi dominan menyerang dari sayap dengan mengandalkan bola-bola crossing

Kini Juve cenderung attack langsung ke tengah memanfaatkan bola-bola pendek atau through ball. Memakai Ramos untuk menghentikan Andrea Pirlo adalah opsi yang tepat. 

Memakai 4-4-2 sebagai antisipasi absennya Benzema

Pelatih Real Madrid Carlo Ancelotti menyelamati pemainnya saat melawan Sevilla di La Liga, 2 Mei 2015. Foto oleh EPA

Striker Karim Benzema dipastikan absen melawan Juve. Meski begitu, Ancelotti kini bisa menurunkan Gareth Bale. Berdasarkan bocoran yang didapatkan Marca, masalah ini akan membuat Ancelotti lebih memilih memakai formasi 4-4-2 ketimbang 4-3-3. 

James Rodriguez dan Isco akan diplot sebagai gelandang sayap, sedangkan Toni Kroos dan Ramos memadat di tengah. Di lini depan, duet Ronaldo dan Bale akan dipasang. 

Berdasarkan laga melawan Sevilla lalu, dua pemain ini akan lebih cenderung bermain melebar ke sayap jika dipasang bersamaan. Ruang kosong di tengah ini yang biasanya dimanfaatkan oleh James, Isco atau Kroos. Hal ini dibuktikan dengan jumlah attempt para gelandang yang lebih banyak ketimbang penyerang.

Namun, skema ini memaksa Real memanfaatkan potensi kedua full-back untuk agresif menyerang. Kritik tajam diajukan pada Marcelo saat melawan Sevilla. Bek asal Brasil ini cenderung malas naik. Wajar saja jika Marca memberitakan, melawan Juve nanti Ancelotti akan lebih memilih Fabio Coentrao ketimbang bek asal Brasil tersebut.

Pilih formasi yang mana, Allegri?

Formasi 3-5-2 adalah pattern Conte yang selalu melekat di Juventus selama ini. Namun para kritikus menilai formasi ini yang jadi sebab kegagalan Juve di pentas Eropa. Bayang-bayang ini yang nyatanya masih dirasakan oleh Massimiliano Allegri, pelatih pengganti Conte.

Di musim ini, Allegri jarang memakai pola 3-5-2 di Liga Champions. Kalaupun dipakai, hasilnya selalu negatif. Mereka kalah dua kali dan seri satu kali. Ini menunjukkan adanya tren di Juve bahwa formasi 3-5-2 dijadikan sebagai formasi bertahan. Hal ini terjadi saat Juve bertandang ke markas Atletico Madrid dan AS Monaco. Pola 3-5-2 dengan mudah berubah jadi 5-3-2.

Tetapi patut diingat bahwa Juve bermain di kandang sendiri. Mereka butuh gol kandang untuk mempermudah saat bertandang ke Stadion Santiago Bernabeu pada leg kedua nanti. Bermain bertahan tentu akan merugikan kecuali jika Juve sudah unggul. Karena itu, tak menutup kemungkinan transformasi 4-3-1-2 akan berganti jadi 3-5-2 saat laga berlangsung malam nanti.

Beberapa akun Twitter fans Juve (@juventusfcen) memprediksi Allegri akan memakai pola 4-3-1-2 dengan memasang Roberto Pereyra sebagai penyerang lubang di belakang Fernando Llorente dan Carloz Tevez. Hanya tinggal menarik Pereyra/Pirlo dan memasukan Andrea Barzagli, Juve langsung bisa memainkan pola 3-5-2. 

Defense harus menjadi sorotan Juve ketika menghadapi Christiano Ronaldo. Dari dua game di babak penyisihan grup Liga Champions musim lalu, Ronaldo mampu membuat tiga gol, satu assist, dan 11 shoots. 

Absennya Benzema membuat duet bek tengah, Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci, khawatir. Hanya saja posisi Bale-Ronaldo yang versatile, otomatis membuat dua punggawa timnas Italia itu harus menerapkan penjagaan man to man marking. Kecepatan Ronaldo–Bale yang gemar melebar, menyisir sayap dan melakukan cutting inside membuat dua full-back Juventus, Patrick Evra dan Lichsteiner, leluasa membantu serangan. 

Sangat menarik untuk mengetahui taktik apa yang akan dilakukan oleh Allegri. Menyerang balik atau menyerang total? Hal serupa juga dialami Real. Apakah Ancelotti akan memberikan lawan kesempatan menyerang, atau melakukan pressing ketat dan mengurung total?

Tak ada yang tahu. Yang jelas, sebagai sesama pelatih asal Italia, negeri yang dikenal gila taktik, laga sengit antara dua allenatore Italia Allegri versus Ancelotti menarik untuk disimak. 

Ahmad Santoso adalah seorang wartawan yang berdomisili di Surabaya. Ia peduli pada isu sepakbola, olahraga, politik, sejarah, dan budaya.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!