Pertumbuhan ekonomi melambat, waktunya realistis

Haryo Wisanggeni

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pertumbuhan ekonomi melambat, waktunya realistis

EPA

Pengamat berpendapat bahwa target pertumbuhan ekonomi yang tidak realistis bisa menciderai kredibilitas pemerintah

JAKARTA, Indonesia — Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menyampaikan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2015 tumbuh 4,71% year on year (secara tahunan) atau menurun sebesar 0,18% dibandingkan kuartal sebelumnya.

“Pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor Indonesia seperti Tiongkok, harga minyak yang masih rendah dan kinerja ekspor impor yang menurun, ketiga hal itu yang mempengaruhi kinerja ekonomi dari Januari hingga Maret 2015,” ujar Suryamin sebagaimana dikutip oleh Antara pada Selasa, 5 Mei 2015.

Bukan kejutan

Melambatnya laju pertumbuhan ekonomi seperti yang sedang dialami Indonesia sesungguhnya telah diperkirakan oleh Bank Dunia beberapa waktu yang lalu.  

Dalam laporannya berjudul “World Bank East Asia and Pacific Economic Update” yang terbit pada April lalu, pertumbuhan ekonomi akan sedikit melemah di negara-negara berkembang kawasan Asia Timur dan Pasifik tahun ini.

(BACA: Bank Dunia: Peluang reformasi fiskal Asia Timur)

Secara rata-rata, angkanya akan menurun sebesar 0,2% menjadi 6,7% dari 6,9% pada 2014.

Sesuai dengan keterangan Suryamin, hal ini salah satunya banyak dipengaruhi oleh melambatnya perekonomian sang lokomotif kawasan, Tiongkok.

Negeri tirai bambu pada 2015 ini ekonominya diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 7%, menurun dari tahun lalu yang mencapai 7,4%.

Saatnya realistis?

Tahun ini sendiri target pertumbuhan ini yang dicanangkan pemerintah sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara perubahan (APBN-P) 2015 adalah 5,7%.

Hasil kajian unit Riset dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (RPM FEB UI) menganggap bahwa angka ini sudah tidak realistis  dan memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 hanya akan mencapai 5,15% saja.

Senada, Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil juga pesimis bahwa target pertumbuhan 5,7% akan dapat dicapai.

Menghadapi situasi ini, Manajer RPM FEB UI Fithra Faisal berharap pemerintah segera merevisi besaran target pertumbuhan ekonomi.

Fithra berpendapat bahwa target tidak realistis, yang akan terus-menerus tidak tercapai, dapat memiliki potensi untuk menciderai kredibilitas pemerintah di hadapan masyarakat dan pelaku pasar.

Tujuh persen kian jauh

Bahkan sejak masih berkampanye dan belum menjadi presiden, Jokowi sejak awal telah menetapkan target bahwa perekonomian Indonesia selama masa pemerintahannya harus tumbuh hingga 7%.

Dengan situasi hari ini, masihkah ada harapan?

Merujuk pada laporan The archipelago economy: Unleashing Indonesia’s potential dari McKinsey Global Institute pertumbuhan ekonomi sebesar 7% bagi Indonesia sebenarnya bukan misi yang sama sekali mustahil, namun ada syarat yang sangat berat yaitu peningkatan produktivitas buruh sebesar 60% dari besaran rata-ratanya pada dekade 2000-2010.— Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!