Jalan mulus Pembayun gantikan Sri Sultan HB X

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jalan mulus Pembayun gantikan Sri Sultan HB X
Kemungkinan besar Yogyakarta akan punya raja baru, kali ini bukan laki-laki, tapi putri pertama Sultan Hamengkubuwono X, Pembayun.

JAKARTA, Indonesia Sri Sultan Hamengku Buwono X mengeluarkan Sabda Raja kedua di Siti Hinggil Keraton Yogyakarta, pukul 11 siang, Selasa, 5 Mei 2015. Dalam sabdanya, Sultan mengangkat putri pertamanya Gusti Kanjeng Ratu Pembayun sebagai putri mahkota penerus tahta kerajaan Yogyakarta.

Menurut seorang abdi dalem yang tak mau disebutkan namanya, pembacaan Sabda Raja kedua itu berlangsung tertutup. Hanya keluarga dan abdi dalem keraton yang menghadirinya. Awak media pun tak diizinkan meliput.

“Ada peresmian gelar Mangkubumi (putri mahkota) bagi putri pertama Sultan dari sebelumnya bergelar Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun menjadi GKR Mangkubumi,” tuturnya di Keraton Yogyakarta, seperti dikutip dari Metronews. 

Sementara itu, Raden Wedono Ngabdul Sadak, salah seorang abdi dalem yang bertugas di Masjid Panepen, mengatakan poin utama dalam Sabda Raja yaitu mengganti nama GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi dan sekaligus mengangkat sebagai putri mahkota. “Ganti nama GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi,” katanya. 

Isyarat dari Keraton 

Pernikahan adat Jawa putri ke-empat Sultan Hamengkubuwon X, Gusti Kanjeng Ratu Hayu dan Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro di Yogyakarta, 23 Oktober 2013. Foto oleh Bimo Satria/EPA

Sabda yang dikeluarkan oleh Sultan bukan yang pertama. Proses untuk menyiapkan jalan bagi Pembayun menjadi orang nomor satu di keraton sudah berlangsung sejak 3 tahun lalu. 

Awalnya Sultan mengeluarkan Sabda Raja, perintah tertinggi seorang raja, pada 10 Mei 2012 mengenai keistimewaan Yogyakarta. 

Ketika itu Sultan menyatakan bahwa Keraton Yogyakarta dengan Kadipaten Pakualaman merupakan dwi tunggal. Kerajaan Mataram Islam ini memiliki adat istiadat, budaya, serta tata hukum dan pemerintahan sendiri yang tetap mengayomi nusantara.

Sabdatama tersebut kemudian memperoleh dukungan besar hingga akhirnya Undang-Undang Keistimewaan (UUK) disahkan sebagai dasar hukum untuk memberi hak khusus bagi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Pada 6 Maret tahun ini, Sultan kembali mengeluarkan sabdatama berupa 8 poin penting yang berisi tentang suksesi di keraeton.

Titah tertinggi ini diperuntukkan bagi internal keraton, yang intinya melarang siapapun untuk membicarakan soal sukses Keraton Yogyakarta.

(BACA: Sabdatama dan peluang pemimpin perempuan di Keraton Yogyakarta

Lalu pada 1 Mei 2015, Sultan mengeluarkan Sabda Raja pertamanya. Ia berganti nama. Antara lain: 

  • Pertama, penyebutan nama Buwono akan diganti Bawono. 
  • Kedua, Sultan tidak akan menggunakan gelar Khalifatullah.
  • Ketiga, penyebutan Kaping Sedasa di belakang nama Sri Sultan anak diganti menjadi Kaping Sepuluh.
  • Keempat, Sri Sultan akan mengubah perjanjian antara pendiri Mataram Ki Ageng Giring dengan Ki Ageng Pemanahan.
  • Dan yang terakhir, Sri Sultan akan menyempurnakan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun.

Untuk apa penggantian nama ini? Tidak ada keraton yang mau buka mulut terkait hal ini. 

Hingga pada akhirnya, Sabda Raja kedua keluar Selasa kemarin. 

Pembayun dobrak tradisi keraton 

Dugaan bahwa Pembayun akan dijadikan penguasa Yogya makin kuat setelah ia diangkat jadi Putri Mahkota pada Selasa kemarin. Ia akan menjadi penguasa perempuan pertama di Yogya. 

Sebelumnya, Yogya selalu dipimpin oleh seorang laki-laki. Seperti yang dituturkan Gusti Bendara Pangeran Harya (GBPH) H Prabukusumo, ajudan sekaligus adik Sultan. Dari abad ke abad, aturan di Keraton memang hanya memungkinkan laki-laki jadi raja. 

Mengapa harus laki-laki?

“Gelar dan nama Sultan itu sudah merujuk untuk seorang laki-laki. Asma Dalem ‘Hamengku Buwono’ itu menunjukkan laki-laki. Sultan itu Sulthon yang berarti imam, dan imam adalah seorang laki-laki. Gelar Khalifatullah itu berarti umat laki-laki yang diberi perintah oleh Allah menjadi khalifah di dunia ini untuk mendakwahkan Islam,” terang Prabukusumo.

Prabukusumo menambahkan, “Gelar Sayyidin Panatagama memiliki arti seorang pemimpin laki-laki yang menata agama apapun. Jadi, meski kerajaan Islam, umat agama lain tak perlu takut karena pemimpin Islam perlu berlaku adil, arif, dan bijaksana bagi semuanya. Selain dari gelar dan nama, dari ampilan dalem dan pusaka sudah jelas bahwa Sultan harus seorang laki-laki.”

Namun gelar Khalifatullah dan Sayyidin sudah dicabut oleh Sultan lewat Sabda Raja pada 1 Mei lalu. Apakah ini berarti sudah tak ada halangan bagi Pembayun untuk jadi orang nomor satu di Yogyakarta? —dengan laporan dari Mawa Kresna/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!