Indonesia

Penyalahgunaan Petral berujung pembubaran

Haryo Wisanggeni

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Penyalahgunaan Petral berujung pembubaran

EPA

Petral akhirnya bubar. Inikah pintu gerbang menuju Pertamina yang lebih efisien?

JAKARTA, Indonesia — Pertamina Energy Trading Ltd. (Petral) akhirnya resmi dibubarkan pada Rabu, 13 Mei 2015.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, mengatakan bahwa pembubaran ini salah satunya merujuk pada rekomendasi dari Tim Reformasi Tata Kelola Migas.

Rekomendasi yang dimaksud Sudirman dapat ditemukan dalam tulisan atas nama Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang dipublikasikan di blog milik sang ketua, Faisal Basri.

Di sana, terdapat kisah tentang awal perjalanan Petral dan berbagai temuan mereka tentang anak perusahaan PT Pertamina (Persero) ini yang berujung pada keluarnya rekomendasi pembubaran.

Awal perjalanan

Kiprah Petral dimulai di tahun 1969 ketika Pertamina dan sekelompok investor dari Amerika Serikat mendirikan Petra Group yang terdiri dari Petra Oil Marketing Corporation Limited, perusahaan Bahama yang berkantor di Hong Kong dan Petra Oil Marketing Corporation, perusahaan asal Amerika Serikat.

Petra pada awalnya difungsikan oleh Pertamina sebagai unit bisnis untuk memasarkan minyak mentah dan berbagai produk turunannya milik Pertamina di pasar negeri Paman Sam.

Pada September 1998, Pertamina mengambil alih seluruh saham Petra Group. Lalu pada Maret 2001, atas persetujuan pemegang saham, Petra Group berubah nama menjadi Pertamina Energy Trading Limited (Petral).

Petral berfungsi sebagai operator bagi aktivitas jual-beli dan pemasaran Pertamina di luar negeri. Yang terakhir disebut pada awalnya jauh lebih dominan mengingat di masa lalu Indonesia merupakan pengekspor netto (net exporter) minyak bumi dan masih menjadi anggota Organisasi Negara–Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Malfungsi Petral

Setelah status Indonesia berubah menjadi importir Netto (net importer), Petral kemudian bertransformasi menjadi “agen” bagi pengadaan bahan bakar minyak (BBM) impor.

Untuk dapat menjalankan fungsi ini dengan baik menurut kajian Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Petral idealnya membangun kapasitas sebagai unit “market intelligence” Pertamina.

Sederhanya Pertamina semestinya dapat mengandalkan Petral dalam proses pengumpulan dan analisis berbagai informasi di pasar minyak mentah dunia serta lobi bisnis agar Pertamina mendapatkan BBM impor dengan harga dan kualitas optimal.

Faktanya, Petral hanya berperan administrator tender pengadaan BBM impor dan tidak secara langsung berinteraksi dengan vendor.

Hal ini menurut Tim Reformasi Tata Kelola Migas akhirnya membuat Petral hanya menjadi price taker bagi harga minyak di Platts Window Market serta tidak memiliki kekuatan untuk ikut membentuknya.

Padahal berdasarkan Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2005 harga tersebut memiliki peran krusial sebagai salah satu faktor penentu utama bagi harga keekomomian BBM di tanah air.

Demi efisiensi

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, melalui pesan pendek, menjelaskan kepada Rappler bahwa pembubaran Petral memang harus dilakukan, agar Pertamina dapat meningkatkan efisiensinya.

“Pertamina ingin tumbuh menjadi perusahaan yang terpercaya dan efisien. Fungsi dan manfaat Petral akan lebih efisien jika dilakukan oleh Pertamina sendiri,” jelas Dwi.

Analis Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Imaduddin Abdullah sepakat dengan premis di atas.

Menurut Imaduddin, berbagai studi termasuk dari Tim Reformasi Tata Kelola Migas telah menunjukkan bahwa Pertamina memang perlu membubarkan Petral demi efisiensi.

Namun demikian, ia juga mengingatkan bahwa cita-cita luhur ini hanya dapat dicapai jika Pertamina berkomitmen untuk menjalankan proses bisnisnya secara transparan.

“Percuma saja kalau setelah Petral tidak ada, muncul perantara-perantara baru yang membuat rantai distribusi tetap panjang,” ujarnya — Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!