Dilema investasi swasta untuk Timur Indonesia

Haryo Wisanggeni

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dilema investasi swasta untuk Timur Indonesia

EPA

Kamar Dagang dan Industri siap fasilitasi masuknya investasi swasta dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi di kawasan Indonesia Timur. Namun hal ini tidak akan mudah.

JAKARTA, Indonesia —Kamar Dagang dan Industri (KADIN) menyatakan kesiapannya mendorong realisasi kerjasama bisnis dan investasi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) antara pemerintah dan investor swasta, Senin, 25 Mei. 

Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Koordinator Wilayah Timur Annar Salahuddin dalam acara Trade and Investment Forum: East Indonesian Regions Kadin Indonesia di Hotel Borobudur, Jakarta. 

“Kita ingin alih teknologi ke kawasan timur dipercepat, demikian juga keterampilan dan kewirausahaan disana terus kita dorong,” kata Annar.

Meskipun demikian, ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Imaduddin Abdullah menilai langkah KADIN ini tidak sepenuhnya solutif.

“Belum ada insentif memadai bagi pihak swasta untuk masuk ke Indonesia timur. Biaya produksi mereka bisa membengkak. Coba saja kita bandingkan harga semen di Jakarta dengan di Papua misalnya. Sedangkan variabel lain seperti suku bunga, tidak berubah,” kata Imaduddin

Timur yang tertinggal

KTI yang terdiri dari sejumlah provinsi di kepulauan Maluku, pulau Nusa Tenggara, Papua, dan Sulawesi kerap digambarkan sebagai kawasan yang “tertinggal”.

Pada kenyataannya, sejumlah data memang merepresentasikan hal ini. Kontribusi KTI terhadap perekonomian Indonesia masih relatif rendah. Di sisi lain, angka kemiskinan di sana juga relatif tinggi.

Kontribusi Kawasan Indonesia Timur bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sumber: INDEF

Persentase penduduk miskin di Kawasan Indonesia Timur terhadap jumlah totalnya di Indonesia. Sumber: INDEF

Berangkat dari kenyataan ini, KADIN berinisiatif menyelenggarakan Trade and Investment Summit: East Indonesia Regions.

Acara ini merupakan media untuk berbagi informasi di antara pemangku kepentingan dalam proses pengembangan bisnis dan investasi di Kawasan Timur Indonesia.

“Kita akan fasilitasi perusahaan-perusahaan di berbagai sektor prioritas industri untuk mendapatkan informasi atas potensi program dan proyek pembangunan yang ingin dilaksanakan” Kata Annar di sela acara.

Negara harus hadir

Bila mendorong investasi swasta tak sepenuhnya solutif untuk menjawab persoalan ekonomi Kawasan Indonesia Timur, lalu apa jawabannya?

Imaduddin menggarisbawahi pentingnya kehadiran negara. “Negara harus hadir terlebih dahulu, membangun kesiapan Kawasan Timur Indonesia sehingga akhirnya memiliki iklim investasi yang kondusif” ujar master di bidang studi pembangunan ini. 

Kesiapan yang dimaksud Imaduddin tidak terbatas hanya pada kesiapan fisik seperti infrastruktur tapi juga mencakup kemampuan masyarakatnya untuk menghasilkan nilai tambah perekonomian yang lebih tinggi.

“Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) dibangun salah satunya untuk menghubungkan perekonomian Surabaya dan Pulau Madura. Tapi karena masyarakat Madura belum siap, tujuan ini belum tercapai,” kata Imaduddin.. —  Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!