Pejabat FIFA ditangkap FBI, bagaimana di Indonesia?

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pejabat FIFA ditangkap FBI, bagaimana di Indonesia?
Penangkapan pejabat FIFA oleh kepolisian Swiss yang bekerja sama dengan FBI menunjukkan bahwa organisasi sepak bola bisa ditindak jika melanggar hukum positif.

JAKARTA, Indonesia — Sejumlah pejabat federasi sepak bola dunia (FIFA) ditangkap oleh biro detektif Amerika Serikat (AS) yang bekerja sama dengan kepolisian Swiss, Rabu 25 Mei 2015. Mereka ditangkap dalam kasus korupsi sebesar USD 100 juta. Mereka juga dijerat kasus penyuapan dan pencucian uang dalam kaitan penyelenggaraan Piala Dunia 2018 dan 2022. 

Penangkapan tersebut benar-benar memukul wajah FIFA. Sebab, tak tanggung-tanggung, operasi penangkapan dilakukan saat mereka hendak menggelar kongres ke-65. Presiden FIFA saat ini, Sepp Blatter, disebut sedang berjuang untuk kembali meraih jabatan dalam periode kelima kekuasaannya di FIFA. Pesaingnya dalam kongres kali ini hanya satu, yakni Pangeran Ali bin al-Hussein dari Yordania.

Berikut ini daftar nama pejabat yang ditangkap berdasarkan berita dari New York Time.

  1. Jeffrey Webb, presiden asosiasi sepak bola Amerika Tengah dan Karibia (Concacaf).
  2. Jack Warner, pengganti Jeffrey Webb.
  3. Eugenio Figueredo, executive committee asosiasi sepak bola Uruguay
  4. Eduardo Li, presiden federasi sepak bola Costa Rica.
  5. Julio Rocha, pejabat FIFA
  6. Rafael Esquivel, presiden federasi sepak bola Venezuela
  7. Jose Maria Marin, mantan presiden federasi sepak bola Brasil,
  8. Nicolas Leoz, mantan presiden federasi sepak bola Amerika Selatan
  9. Alejandro Burzaco, pejabat eksekutif FIFA
  10. Aaron Davidson, pejabat eksekutif FIFA
  11. Hugo Jinkis, pejabat eksekutif FIFA
  12. Mariano Jinkis, pejabat eksekutif FIFA

Para pejabat yang tertangkap tersebut akan diekstradisi ke Amerika Serikat dan dijerat dengan pasal korupsi federal seperti pencucian uang, penipuan, dan pemerasan. Selain itu, mereka juga dijerat dalam perkara manipulasi dalam pengelolaan hak siar, royalti, dan pemilihan tuan tumah Piala Dunia. Praktek korupsi tersebut terjadi secara terstruktur sepanjang 20 tahun terakhir.

Sejumlah spekulasi muncul bahwa masih ada satu pejabat lagi yang seharusnya ditangkap. Tuduhan ini mengarah kepada Blatter. Namun, belum ada tanggapan dari FBI. Blatter juga tidak mundur dari jabatannya dan dari pencalonan. 

Proses penangkapan para pejabat tersebut tidak terlalu sulit. Mereka didatangi FBI dan kepolisian di hotel bintang lima di Zurich, Baur au Lac Zurich. FBI tak terlalu kesulitan menangkap mereka karena Amerika Serikat memiliki kerjasama ekstradisi dengan Swiss.

Penangkapan tersebut menunjukkan bahwa hukum positif tetap bisa digunakan untuk menjerat pejabat asosiasi sepak bola. Zuhairi Misrawi, salah seorang anggota Tim Transisi menuding FIFA menjadi tempat persembunyian mafia. 


Di Indonesia, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi mengatakan bahwa gerakan pembenahan tata kelola sepak bola nasional sejatinya berangkat dari ketaatan terhadap hukum.

Sebelum membekukan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 17 April 2015 lalu, dia mendesak  organisasi pimpinan La Nyalla Mattalitti itu untuk merampungkan masalah pajak, kontrak pemain, dasar hukum pendirian klub, dan gaji yang menunggak. Jika tak diselesaikan, tak ada kompetisi. (BACA: Menpora Imam Nahrawi melawan belut-belut sepak bola)

Puncaknya, Menpora dan Badan Organisasi Profesional Indonesia (BOPI) menyatakan menunda kickoff  hingga akhirnya membekukan PSSI.

Masalahnya, Menpora bukan penegak hukum. Dia tidak memiliki kewenangan untuk menangkap penunggak gaji, pelanggar kontrak, dan pengemplang pajak—jika itu benar seperti yang dia tuduhkan, kecuali jika dia melaporkan dulu ke Bareskrim Mabes Polri. 

Wakil Ketua PSSI Erwin Budiawan saat dihubungi via BlackBerry Messenger  mengaku sudah mendengar kabar penangkapan pejabat FIFA itu. “Sebagai anggota FIFA, kami mendukung pemberantasan pelanggaran tersebut. Ketentuan itu juga masuk dalam kode etika FIFA,” kata Erwin.

Saat ditanya, jika penegak hukum mengusut perkara yang sama di PSSI apakah Erwin siap? Pesan di BlackBerry Messenger yang terkirim tidak dia jawab — Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!