Lagi, mantan model tawarkan rumah bonus istri di Malang

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Lagi, mantan model tawarkan rumah bonus istri di Malang
Indira mengaku tak pernah dengar iklan jual rumah bonus istri ala Wina Lia di Yogyakarta.

MALANG, Indonesia – “Dijual cepat rumah permata jingga 1,7m+prabotan+bonus istri kalo cocok, hub 0812xxxxxxxx”.

Begitulah bunyi iklan baris yang dimuat di salah satu harian lokal yang tersebar di Jawa Timur edisi Kamis, 28 Mei 2015. Rappler beberapa kali mencoba menghubungi nomor tersebut namun selalu tak tersambung.

Namun si pemasang iklan sekaligus pemilik rumah mengklaim telah ada sekitar 200 calon pembeli yang menyatakan berminat untuk menawar dan membeli rumah itu, satu hari sejak iklan termuat.

Adalah Indira Astarisa, 40 tahun, seorang warga kota Malang yang menjual rumah dan menawarkan diri sebagai bonus istri.

Awalnya ia mengaku terkejut karena tak menyangka kawannya, Lia Safira, bakal secepat itu memasang iklan jual rumah bonus istri. “Jadi saya kaget waktu dia mengabarkan pada saya. Katanya sudah ada 200 orang yang berminat membeli rumah ini,” kata Indira kepada wartawan di kediamannya, Jumat, 29 Mei. 

Jual rumah Rp 1,7 miliar

Rumah yang dijual adalah rumah dengan luas tanah 135 meter persegi dan luas bangunan 66 meter persegi. Rumah dengan dua kamar itu dibeli pada tahun 2005 dengan harga Rp 450 juta dan lunas terbayar setelah diangsur selama dua tahun. 

Profesi Indira sebagai seorang model lokal di Malang, sekaligus pemilik butik bernama Dorothee Butik dan konsultan kecantikan, mampu menghidupi dia dan anak tunggalnya dengan layak, meskipun telah bercerai dengan mantan suaminya pada tahun 2000. Kala itu, anak laki-lakinya yang bernama Arya Tereoga Gimbaralam, masih berusia empat tahun. 

Iklan baris jual rumah bonus istri di Malang yang dimuat pada 28 Mei 2015. Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

Indira mengaku terpaksa menjual rumahnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga, sekaligus mengembangkan usaha butiknya. 

“Ini karena tuntutan hidup, untuk memenuhi kebutuhan kuliah anak saya dan usahanya. Dia punya usaha jualan sandwich dengan jasa menghantarkan pesanan,” aku Indira. 

Menurutnya, harga yang dipatok sebesar Rp 1,7 miliar bukanlah harga yang fantastis. Dia menyebut, harga tanah per meter persegi saat ini di sekitar kediamannya mencapai Rp 8 juta. 

Jika menggunakan standar harga itu, maka harga tanah saja mencapai Rp 1,08 miliar. Harga Rp 1,7 miliar didapat pembeli untuk rumah dengan dua kamar, tanah, sekaligus seluruh perabotnya, dan bonus Indira Astarisa sebagai istri — jika cocok.

“Saya mencari pembeli rumah dan suami, tapi jika dia lebih berminat pada rumah saya dan harganya cocok tidak masalah. Artinya kami bukan jodoh,” katanya.

Dia mengaku, ide menjual rumah plus bonus dirinya sebagai istri muncul dari seorang kawannya, Lia Safira. Sebelumnya, upaya menjual rumah dengan harga yang sama belum sukses ditawar pembeli. 

Indira mengaku tak pernah tahu tentang seorang wanita bernama Wina Lia yang juga menawarkan rumahnya sekaligus mencari suami, dengan domisili di Yogyakarta. Kabar Wina lebih dahulu populer sebelumnya. 

“Saya tidak pernah tahu itu,” katanya.

(BACA: House for sale in Indonesia comes with free wife)

Walaupun caranya diakui tergolong unik, namun Indira tidak menerima respon negatif dari orang-orang terdekatnya. Anaknya yang kini berusia 19 tahun hanya berpesan agar ibunya berhati-hati.

Ditawar ratusan Orang

Berbekal iklan baris di harian lokal, Indira mengaku sudah banyak peminat yang menghubungi nomor yang tertera di iklan baris tersebut.

“Sudah ada 200 sampai 300 orang yang berminat hanya dalam satu hari saja,” katanya. 

Menurutnya, mereka datang dari berbagai tempat, mulai dari Surabaya, Lampung, Jakarta, hingga Singapura dengan penawaran terendah sebesar Rp 1,5 miliar dan penawaran tertinggi Rp 1,6 miliar. 

“Ini karena tuntutan hidup, untuk memenuhi kebutuhan kuliah anak saya dan usahanya.”

Pengusaha dari Lampung disebutnya sebagai penawar tertinggi dan memiliki latar belakang yang pas dengan kriteria yang dicari. Calon pembeli itu juga mengaku sedang mencari istri karena menduda.

“Dia duda, istrinya sudah meninggal dan ingin tinggal di Malang,” kata Indira. 

Meskipun dia mengaku belum pernah berjumpa langsung dengan si penawar itu, ia mengatakan masih akan menunggu jika ada pembeli yang menawar hingga Rp 1,7 miliar untuk rumahnya. 

Wanita kelahiran Jombang itu mengaku tidak mempermasalahkan bentuk fisik ataupun wajah suaminya nanti. Dia hanya memasang tiga kriteria untuk calon suaminya, yaitu duda, lajang tua, dan tidak mencari istri muda atau poligami. 

“Saya tak mau dimadu,” katanya.

Pengiklan serupa sebelumnya, Wina Lia, hampir menemukan kabar baik ketika ada duda yang tertarik membeli rumahnya, hingga belakangan diketahui bahwa ia masih terbelit kasus perceraian dengan istrinya saat ini.

(BACA: Indonesian man buys house gets free wife)

Pakai kuasa jual rumah

Untuk menghindari masalah di depan hukum, Indira sengaja menguasakan penjualan rumahnya pada kuasa hukum khusus. Wanita yang awam dengan hukum itu mengaku tak ingin terbelit permasalahan nantinya. Kuasa hukumnya akan mulai bekerja jika ada pembeli yang serius berminat untuk menawar dan membeli rumah itu. 

“Prosesnya nanti dia akan menyaring mana pembeli yang serius untuk melakukan negosiasi lanjutan dengan saya,” kata Rully Sugino, kuasa jual rumah Indira Astarisa.

“Saya mencari pembeli rumah dan suami, tapi jika dia lebih berminat pada rumah saya dan harganya cocok tidak masalah. Artinya kami bukan jodoh.”

Menurut Rully, sampai saat ini belum ada satu pembeli pun yang sampai dalam tahap serius untuk membeli rumah beserta isinya, sekaligus memboyong Indira sebagai istri. “Kalau ada yang serius akan kami bawa masuk ke dalam rumah untuk melihat kondisi rumah dan perabotnya,” katanya.

Pengurus Real Estate Indonesia (REI) Jawa Timur menyebut hal yang dilalukan Indira adalah salah satu bahasa marketing untuk memikat pembeli pada harga psikologis. Harga yang lebih mahal dari harga pasaran merujuk pada harga normal di kawasan itu, senilai Rp 8 juta per meter persegi untuk tanah dan Rp 4 meter persegi untuk bangunan.  

“Dengan harga cluster terbaru di perumahan itu saat ini, rumahnya memiliki harga sekitar Rp 1,2 miliar untuk tanah dan bangunannya. Harga Rp 1,7 m adalah bahasa marketing ditambah harga psikologis pembeli,” kata Heri Mursyid, pengurus REI DPD Jawa Timur.

Dalam jual beli secara normal, harga psikologis diakuinya ada, tetapi besarannya antara lima hingga 10% dari harga normal. Harga itu akan dibayar jika pembeli benar-benar merasa cocok dengan rumah yang ditawar. 

“Mungkin cocok karena dekat taman, atau bentuknya, dan hal lain yang mempengaruhi psikologis pembeli,” kata Heri.

Maka jika ada pembeli yang mau mengambil rumah Indira dengan harga Rp 1,7 miliar, menurut Heri, akan terlaksana, bila pembeli memang merasa cocok dengan bonus istri seperti yang terpampang dalam iklan itu.

“Kalau merujuk harga pasarnya ada di kisaran Rp 1,2 miliar, tapi kalau secara psikologis cocok dengan pemilik rumah, maka pembeli pasti mau membayar senilai harga itu,” ujarnya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!