Dua mantan pelatih mengaku jadi saksi ‘match fixing’ sepak bola

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dua mantan pelatih mengaku jadi saksi ‘match fixing’ sepak bola
Polisi tak tinggal diam dengan laporan BS soal dugaan pengaturan skor. Kapolri meminta masyarakat yang memiliki tambahan informasi segera melapor.

 

JAKARTA, Indonesia — Setelah laporan pria berinisial BS ke Bareskrim Mabes Polri soal pengaturan pertandingan atau match fixing, dua pelatih buka suara soal praktik rekayasa pertandingan. Hasil pertandingan sudah diketahui sebelum laga digelar.

Dua mantan pelatih itu adalah Agus Yuwono dan Gunawan. Agus sebelumnya pernah menangani Persegres Gresik United sedangkan Gunawan di Persipur Purwodadi. Mereka membeberkan kesaksiannya pada Rabu malam, 17 Juni 2015, di Jakarta. 

Mereka mengaku pernah bersinggungan langsung dengan pelaku rekayasa pertandingan. Rekayasa tersebut sebagai bagian dari praktik sindikat judi sepak bola.

Agus memang bukan nama baru di kasus match fixing. Namanya banyak terdengar karena mengaku dihubungi langsung oleh perantara bandar judi, yakni BS alias Bambang Suryo. Bahkan, rekamannya sudah banyak beredar di masyarakat.

(BACA: Serba lemah usut pengaturan skor PSSI)

Dalam testimoni yang difasilitasi oleh tim Advokasi #IndonesiaVSMafiaBola di daerah Senopati, Jakarta, Agus kembali membongkar kisahnya. Tapi, kali ini dia lebih detil menceritakan permintaan perantara bandar untuk mengatur skor.

Yang terakhir adalah saat dia melatih Gresik United pada 2014 lalu. Saat itu, timnya akan berhadapan dengan Persik Kediri dan Barito Putra di laga level teratas sepak bola Indonesia, Indonesia Super League (ISL) 2014. Ada dua kali percobaan penyuapan. 

“Pertama, sebelum laga melawan Persik Kediri. Saya didatangi oleh seseorang dan ditawari uang Rp 200 juta. Syaratnya, mau mengikuti keinginan dia untuk mengatur pertandingan. Saya bilang, tidak. Ini pertandingan pertama, saya harus menang,” tutur Agus. 

Lantas, apa jawab orang tersebut? “Dengan gampangnya dia ngomong, tidak akan menang. Sebab, semua sudah diatur. Eh, beneran. Pertandingan hasilnya memang sesuai dengan keinginan bandar, nggak menang. Skornya 1-1. Saya bilang ke dia, ‘Kamu apakan tim saya ini?’ Dia bilang, ‘Kalau sudah diatur, ya kamu tak bisa apa-apa’,” kata Agus.

Begitu juga di laga kedua melawan Barito Putra. Orang misterius itu berkata kepada Agus bahwa hasilnya akan seri. Agus ditawari untuk bekerja sama tapi menolak.

“Orang ini bilang, hasilnya mau seri. Saya tidak mau. Saya ditawari Rp 200 juta asal mau mengikuti tawaran itu. Tapi, tetap saya tidak mau. Ternyata, kok bisa kami dikerjai dan hasilnya sama dengan kemauan bandar 2-2,” tutur Agus. 

Kesaksian Gunawan tak kalah mengejutkan. Itu dia ketahui saat menangani Persipur Purwodadi di ajang level kedua sepak bola Indonesia, Divisi Utama, pada 2013. Klub bahkan hidup dari duit hasil match fixing

Yang menikmati tak hanya pemain, tapi juga orang dalam klub. Bahkan, kelakuan Persipur itu sudah jadi rahasia umum. Klub-klub yang bertanding dengan Persipur sudah mengetahuinya.

“Saat itu kondisi klub susah semua, termasuk Persipur, semua menikmati uang match fixing itu. Pada saat itu Persipur mendapatkan sekitar Rp 400 juta sekali pertandingan. Pemain bisa mendapatkan Rp 10 sampai Rp 15 juta,” kata Gunawan membeberkan.

Gunawan menyebut ada seorang warga Malaysia yang menjadi aktor rekayasa pertandingan. Dia terlibat dalam jaringan bandar judi sepak bola. Namanya, Jawahir Saliman. Gunawan mengaku beberapa kali bertemu Jawahir di Malaysia. Lelaki yang akrab dipanggil Sam itu, kata Gunawan, adalah mafia sepak bola kelas kakap. “Dia ini yang merusak sepak bola Indonesia,” kata Gunawan.

Gunawan sebenarnya sudah lama ingin membongkar masalah ini. Karena itu, dia pun mengontak Djamal Azis, Executive Committee PSSI saat itu. Sayang, kata dia, Djamal tak terlalu antusias. 

“Saya hubungi via telepon. Saya ngomong, ‘Bang tolong panggil manajer Persipur Purwodadi, saya, dan juga pemain terkait pengaturan skor.’ Dia menjawab, ‘Iya, iya’. Sampai 3 kali saya hubungi dia terus, tidak ada tanggapan,” kata Gunawan.

Namun, baik Agus maupun Gunawan mengaku tak memiliki bukti yang kuat. Alasannya, setiap transaksi kebanyakan dilakukan dengan uang tunai. Karena itu, niat mereka untuk melaporkan ke kepolisian juga mentah. Tapi, mereka siap jika Polri meminta mereka sebagai saksi. 

“Saya tidak akan bisa menunjukan bukti. Harapan saya match fixing ini tamat ada ending-nya dan semuanya terbongkar. Kami siap menjadi saksi,” tegas Gunawan.  

Kapolri siap usut dugaan ‘match fixing’

INDONESIA KALAH. Para pemain Indonesia lesu setelah kalah dalam semifinal melawan Thailand dalam SEA Games di Singapura, 13 Juni 2015. Foto oleh Wallace Woon/EPA

Sementara itu, Kepala Kepolisian RI (Kapolri) Jenderal Badrodin Haiti meminta masyarakat melapor kepada kepolisian jika memiliki data dugaan match fixin sepak bola.

“Kalau ada yang punya informasi terkait pengaturan pertandingan. Jangan ragu, berani laporkan ke kepolisian,” kata Badrodin, Rabu.

Badrodin menjamin kepada para pelapor akan mendapatkan pengamanan dan perlindungan. “Kami jamin. Pasti akan kami lindungi si pelapor ini,” kata Badrodin. 

Soal tangkap menangkap pengaturan pertandingan, Badrodin mengaku pernah melakukan penangkapan dalam kasus yang sama dengan pihak kepolisian Spanyol. Dari kerja sama itu, pelaku match fixing yang sedang berada di Indonesia bisa ditangkap dan langsung diserahkan ke kepolisian Spanyol.

“Kami sudah pernah menangani kasus seperti ini. Kalau ada bukti, laporkan. Pasti ditindaklanjuti,” kata Badrodin. 

Kapolri berjanji pihaknya akan menindaklanjuti dengan melakukan penyelidikan. Tapi, sebelum melangkah ke tahap itu, pihaknya akan memastikan ada unsur pidana terlebih dulu dalam kasusnya.

“Jangan sampai ini hanya menjadi isu-isu saja yang simpang siur di masyarakat. Buktikan, laporkan, akan kami tindak lanjuti,” kata Badrodin. 

Nyawa BS terancam
Di lain pihak, salah seorang pengacara tim Advokasi #IndonesiaVSMafiaBola, M. Isnur, mengaku sengaja menyimpan rapat data diri BS. Dia masih tahap melengkapi data yang diminta oleh kepolisian.

Dia khawatir jika muncul di depan publik, BS bisa menjadi target. “BS sekarang diancam. Bukan hanya dia tapi keluarganya. Kenapa dia tidak bisa muncul? Biar kondisi ini seperti ini dulu, tidak jelas siapa dia,” kata Isnur. 

Lelaki yang juga pengacara publik dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta itu mengakui BS ada dalam perlindungan mereka. Peran BS sangat kuat dalam upaya membongkar jaringan mafia pengatur pertandingan dari tahun 2000 sampai 2015 di sepak bola nasional.

Kesediaan BS menjadi saksi pelaku yang melaporkan diri, kata Isnur, meyakinkan dan karena itu wajib diamankan. BS sendiri juga terancam pidana jika nantinya terbukti dan semuanya terbongkar. 

“Tapi demi sepak bola Indonesia yang lebih baik, BS merasa bersalah. Maka dia berani mengorbankan dirinya,” ucap Isnur. –Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!