SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
Mereka nilai Islamku,
Dari kelalaianku menunaikan hal-hal fardu, seperti mengerudungi kepalaku.
Mereka nilai Islamku,
Karena di awal kepala dua ini belum ada cincin di jari manisku, di mana-mana gadis-gadis sebayaku bakal menjadi ibu. Sementara itu aku sibuk berhijrah kesana-kemari, tanpa peduli akan fitnah.
Mereka menilai Islamku,
Layaknya mereka kaki tangan Nabi dan pesuruh Allah sendiri.
Mereka akan terus menilai Islamku, Islammu,
Kemudian mencibirnya.
Kemudian menghakiminya dengan firman-firman Allah yang mereka rasa berpihak kepada moralnya yang bersih.
Sementara itu, aku menengok ke angkasa. Aku tahu Ia tersenyum kepada kami semua. Seperti banyak makna kehidupan ini yang belum sempat kami cerna namun sudah ditelan bulat-bulat.
—Rappler.com
Ayu Meutia adalah seorang copywriter di sebuah agensi kreatif independen di Jakarta dan pencinta puisi. Kunjungi buah pemikirannya di adjoemoetia.blogspot.com.
Tulisan ini adalah bagian dari Cerita Ramadan.
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.