Pilkada Tangsel 2015: Wilayah belum bertuan, penuh potensi kejutan

Haryo Wisanggeni

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pilkada Tangsel 2015: Wilayah belum bertuan, penuh potensi kejutan
Inilah profil Tangsel dan kandidat wali kotanya serta hitung-hitungan peluang menang mereka
JAKARTA, Indonesia (UPDATED) — Enam hari lagi, dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2015, warga Kota Tangerang Selatan akan memilih wali kotanya.
Pilkada Tangsel akan diramaikan oleh tiga bakal pasangan calon. Wali kota petahana Airin Rachmy Diany kembali maju menggandeng wakilnya saat ini, Benjamin Davnie. 
Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ada di belakang pasangan Airin-Davnie.
Menantang mereka, ada pasangan Ikhsan Modjo-Li Claudia Chandra yang diusung Partai Demokrat dan Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), serta Arsid-Elvier Ariadiannie Soedarto Poetri yang mengantongi dukungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Hati Nurani Rakyat (Hanura). 
Berikut profil Tangsel dan para calon wali kotanya: 
1. Ikhsan Modjo-Li Claudia Chandra
Sebelum terjun ke panggung politik, Ikhsan dikenal luas sebagai seorang ekonom, akademisi, dan konsultan.
Saat menjadi politisi, doktor ekonomi dari Monash University, Australia, ini memutuskan untuk menjadikan Partai Demokrat sebagai kendaraan politiknya. Hingga saat ini ia masih aktif sebagai salah satu ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partai yang dipimpin oleh mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini. 
Ikhsan maju dalam Pilkada Tangsel 2015 dengan Li Claudia Chandra sebagai pendamping. Perempuan yang akrab disapa Alin ini pada pemilihan legislatif (Pileg) 2014 lalu sempat maju sebagai calon anggota DPR RI dari daerah pemilihan Banten III. Namun ia belum berhasil melenggang ke Senayan. 
2. Arsid-Elvier Ariadiannie Soedarto Poetri 
Berhadapan dengan Airin dalam Pilkada Tangsel bukan hal baru bagi Arsid. Ia sudah  pernah melakukannya pada 2011 bersama penyanyi dan komedian Andre “Stinky” Taulany. 
Meski sudah pernah dikalahkan, Arsid tak jera untuk kembali menantang Airin. Salah satu yang diandalkan Arsid untuk meraup suara adalah ketokohannya di kalangan masyarakat Betawi di Tangsel. 
Kali ini, Arsid menggandeng Elvier Ariadiannie, direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Buah Hati Ciputat dan kader Partai Hanura yang senasib dengan Alin, juga merupakan caleg yang gagal terpilih pada pileg tahun lalu.
Nama Elvier muncul di detik-detik terakhir masa pendaftaran setelah kader PDI-P, Intan Nurul Hikmah, tak jadi maju mendampingi Arsid. 
3. Airin Rachmy Diany-Benjamin Davnie
Airin adalah wali kota petahana dan sebagai adik ipar dari mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, ia adalah bagian dari dinasti keluarga Haji Chasan Sochib yang secara tradisional memiliki pengaruh besar di Provinsi Banten.
Di luar aktivitasnya sebagai wali kota, Airin yang saat ini berusia 39 tahun merupakan Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Tangsel. Ia terpilih dalam musyawarah yang digelar Juni lalu. 
Sedangkan wakilnya, Benjamin Davnie, adalah seorang birokrat. Ia merintis karir sejak tahun 1980-an sebagai pegawai di Pemerintah Kabupaten Tangerang hingga menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA) pada 2005.
Pada 2011, Benjamin digandeng oleh Airin dalam Pilkada Tangsel sebagai calon wakil wali kota. 
Batu sandungan Airin dan Ikhsan
Survei Lembaga Survei Kebijakan Publik (LSKP) yang dirilis pada April 2015 menunjukkan bahwa tingkat popularitas dan elektabilitas Airin masih tinggi.
Namun demikian, ia memiliki satu lubang yang kerap menjadi sasaran tembak lawan politik maupun pendukung mereka, yaitu kasus korupsi yang menimpa suaminya, Tubagus Chaeri Wardhana atau Wawan. 
Bersama sang kakak, Ratu Atut, Wawan telah divonis bersalah dalam kasus penyuapan terkait sengketa Pilkada Lebak di Mahkamah Konstitusi (MK).
Dalam kasus yang juga menyeret mantan Ketua MK Akil Mochtar ini, ia divonis 5 tahun penjara, lalu belakangan diperberat oleh Mahkamah Agung (MA) menjadi tujuh tahun. 
Wawan juga masih berstatus sebagai tersangka dugaan korupsi dalam pengadaan alat kesehatan di Kota Tangerang Selatan. Dalam kasus yang disebut terakhir ini, Airin telah beberapa kali diperiksa sebagai saksi. 
Menurut aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) Aradilla Caesar, sebenarnya secara normatif tak ada yang salah dari majunya Airin. Meskipun demikian, ia meminta mantan peserta ajang Puteri Indonesia ini untuk mempertimbangkan aspek moral dan etika.
“Secara normatif hukum, sah-sah saja beliau maju karena sampai sekarang belum terbukti bersalah, jadi tersangka saja belum,” kata Caesar pada Rappler pada 30 Juli lalu.
“Itu dalam konteks normatif hukum, tapi kalau dalam konteks moral dan etika, mestinya beliau tidak maju. Jangan sampai nanti ketika terpilih menjadi terpenjara oleh kasus yang melibatkannya,” ujar Caesar lagi. 
Jika Airin dibebani kasus korupi sang suami, langkah Ikhsan Modjo menuju Tangsel satu berpotensi tersandung cuitannya sendiri. Belum lama ini beredar gambar cuitan tak senonoh Ikhsan melalui akun Twitter-nya yang ditujukan kepada Gubernur DKI Jakarta, Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama.

 


 

Dalam situasi ini, apakah berarti pasangan Arsid-Elvier yang akan diuntungkan?

Menurut pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya, persoalannya tak sesederhana itu.

“Pertarungan pilkada itu tidak linear dengan pertarungan isu atau kampanye negatif. Bisa jadi Arsid lebih bersih dari kampanye negatif, tapi ini kan hanya bagian kecil dari pertarungan memperebutkan suara di Tangsel,” kata Yunarto pada akhir Juli lalu.

Tangsel belum bertuan

Bicara hitung-hitungan peluang menang, menurut Yunarto, Tangsel masih dapat dikategorikan “wilayah belum bertuan” di mana persaingan antar pasangan calon akan berlangsung ketat. Pasalnya, masing-masing pasangan memiliki keunggulannya masing-masing.

“Tangsel, meskipun urban, tapi masih masuk wilayah Banten, di mana Airin memiliki basis massa tradisional di sana, itu harus diakui. Tapi di sisi lain, Ikhsan Modjo bisa tampil sebagai akademisi dan tokoh alternatif di kalangan middle class,”ujar Yunarto.

Menurut Yunarto, kelas menengah yang sensitif dengan isu korupsi akan cenderung memilih tokoh yang tidak memiliki beban masa lalu.

“Ikhsan Modjo harus memanfaatkan hal ini,” katanya. 

“Sementara itu, baik pasangan Airin dan Benjamin maupun Arsid dan Elvier telah sama-sama memiliki investasi elektoral di Tangsel karena petahana dan yang satu sudah pernah maju. Ini tidak dimiliki Ikhsan Modjo dan Alin,” kata Yunarto.

“Masih sangat mungkin terjadi kejutan,” ujarnya lagi. Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!