Preview Liga Inggris 2015-2016: Ramai-ramai keroyok Chelsea

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Preview Liga Inggris 2015-2016: Ramai-ramai keroyok Chelsea

EPA

Liga Inggris musim ini bakal lebih ketat. Sang juara bertahan Chelsea bakal sulit mengulangi prestasi musim lalu.

Liga Inggris alias Premier League musim 2015-2016 bakal kick-off pada 8 Agustus. Bagaimana peta perburuan gelar juara kali ini?

Musim lalu, gelar kelima Premier League terasa begitu mudah diraih Chelsea. Mereka sudah ditahbiskan menjadi juara meski masih tersisa tiga laga lagi. Beberapa pihak menyebut Chelsea juara karena klub-klub penantang gelar lainnya sedang drop 

Arsenal (seperti biasa) didera badai cedera, Manchester United masih transisi di periode perdana manajer Louis van Gaal, dan performa Manchester City yang tidak konsisten.

Sementara itu, Liverpool (jika klub ini boleh dianggap penantang gelar — atau mungkin lebih tepatnya penghalang gelar) semakin loyo setelah ditinggalkan Luis Suarez ke Barcelona. 

Tapi, musim ini bakal lebih sulit bagi Chelsea. Tiga tim besar membuat banyak perubahan signifikan dalam komposisi pemainnya. Pada saat yang sama, Chelsea seperti lesu darah di bursa transfer pemain. 

Manchester United paling ambisius

Rekrutan baru Manchester United, Bastian Schweinsteiger, saat melawan San Jose Earthquake dalam pertandingan persahabatan di California, AS, 21 Juli 2015. Foto oleh EPA

Manchester United bisa disebut yang paling banyak menambah personil. Mereka mendatangkan empat pemain anyar, yakni gelandang Bastian Schweinsteiger, fullback Matteo Darmian, winger Memphis Depay, dan gelandang Morgan Schneiderlin. 

(BACA: Bukan lagi ‘panic buying’ Meneer Louis Van Gaal)

Skema permainan Van Gaal juga mulai stabil. Dalam 4 laga pra-musim, klub berjuluk Setan Merah tersebut meraih tiga kemenangan dan hanya sekali kalah. Mereka menang atas Club America (1-0), San Jose Earthquakes (3-1), Barcelona (3-1), dan kalah dari Paris Saint-Germain (0-2). 

Banyak yang berharap United musim ini sudah kembali ke jalur juara. Apalagi, musim lalu mereka finis di posisi empat besar klasemen akhir. Padahal, saat itu mereka masih berada di masa transisi di bawah kepemimpinan manajer anyar Van Gaal.  

Namun, keraguan muncul karena sampai sekarang klub dengan koleksi gelar juara Premier League terbanyak itu belum mendapatkan striker top. Sempat ada kabar bahwa Zlatan Ibrahimovic akan merapat untuk menjadi menjadi bagian dari barter kepindahan Angel Di Maria. 

Tapi, hingga Premier League tinggal hitungan hari, pemain berpaspor Swedia itu tak menunjukkan batang hidungnya di Old Trafford, markas United. 

Praktis United hanya mengandalkan Wayne Rooney. Depay juga sebenarnya bisa ditempatkan sebagai ujung tombak. Namun, Van Gaal juga perlu kedalaman skuat untuk mengarungi 38 pertandingan sepanjang musim. Pelapis Rooney pun praktis hanya Javier Hernandez, pemain yang musim lalu “diasingkan” ke Real Madrid karena dianggap bukan bagian dari skema Van Gaal. 

Karena itu, mulai muncul keraguan bahwa United bakal menjadi penantang serius gelar juara. Kecuali jika mereka bisa memboyong striker top di menit-menit akhir bursa transfer.

Kedalaman skuad Manchester City 

Sergio Aguero dari Manchester City saat merayakan gol melawan Queens Park Rangers dalam pertandingan Liga Inggris, 10 Mei 2015. Foto oleh EPA

Sementara itu, Manchester City kembali melakukan pembelian besar-besaran.

Kali ini winger Liverpool Raheem Sterling didatangkan ke Etihad Stadium, markas City. Tanpa kehadiran Sterling, City sebenarnya sudah memiliki skuat yang dalam. Mereka memiliki banyak pilihan stok penyerang, mulai dari Edin Dzeko, Sergio Aguero, hingga Wilfried Bony.  

Dan semuanya sangat produktif.  

Aguero yang banyak beroperasi di sayap bisa ditempatkan sebagai pucuk serangan jika Dzeko absen. Sedangkan Sterling bisa mengisi posisi kedua sayap di belakang striker tunggal. Skuat yang gemuk membuat klub asuhan Manuel Pellegrini itu bisa konsisten sepanjang musim. 

Kalaupun barisan penyerang macet, lini kedua bisa melapisi dengan baik. Mereka juga berbahaya. Bahkan, David Silva yang notabene seorang gelandang menjadi pencetak gol terbanyak musim lalu setelah Sergio Aguero dengan total 12 gol. 

Bahkan, dalam dua musim terakhir City menjadi tim paling produktif di Premier League dengan 179 gol.

Salah satu faktor kegagalan musim lalu adalah barisan bek yang mudah ditembus. Selain itu, performa mereka juga tidak konsisten. Mereka juga kerap lebih banyak mengandalkan peran sentral Yaya Toure. Jika Pellegrini bisa membenahi hambatan besar klub tersebut, bukan tidak mungkin City bisa bablas juara. 

Arsenal mulai adaptif

Laga Community Shield antara Chelsea dan Arsenal Minggu, 2 Agustus lalu menunjukkan mentalitas baru Arsenal. Klub berjuluk The Gunners itu berhak atas trofi Community Shield setelah menang 1-0 via gol Alex Oxlade-Chamberlain di menit ke-24. 

(BACA: Arsenal 1-0 Chelsea: Kemenangan tanpa jabat tangan)

Arsenal bermain berbeda dari biasanya. Klub asuhan Arsene Wenger itu biasanya mengusung permainan menyerang yang cepat. Namun, saat melawan Chelsea mereka bermain lebih bertahan. Bahkan, setelah unggul pun mereka memilih banyak bertahan. 

Pemain Arsenal merayakan kemenangan usai mengalahkan Chelsea dalam laga Community Shield, 2 Agustus 2015. Foto oleh EPA

Buktinya, penguasaan bola mereka kalah dengan Chelsea (59 persen). Ini sesuatu yang jarang terjadi. Mourinho sampai sewot dan berkata, “Arsenal bermain bertahan dan meninggalkan filosofi permainan mereka di kamar ganti”.  

Skuad Arsenal yang sebagian besar dihuni para pemain muda kini mendapat suntikan pemain senior. Dia adalah kiper asal Chelsea Petr Cech. Cech yang telah mengoleksi 4 medali Piala FA, 4 kali juara Premier League, dan satu Liga Champions bisa menyuntikkan semangat bagi para pemain Arsenal yang jauh dari mental juara. Kehadiran pemain 33 tahun itu bisa meningkatkan motivasi pemain terhadap perburuan gelar. 

Chelsea tak lagi jor-joran di bursa transfer 

Gelandang Chelsea Eden Hazard merayakan gol yang ia cetak saat melawan Crystal Palace dalam laga Liga Inggris, 3 Mei 2015. Foto oleh EPA

Kegairahan menyambut kompetisi seperti tak terlihat di Chelsea. Jose Mourinho musim ini tak banyak mendatangkan rekrutan baru. Satu-satunya nama anyar yang masuk adalah Radamel Falcao. 

Striker Kolombia itu datang bukan sebagai bomber andalan. Bersama Loic Remy, dia melapisi striker utama Diego Costa. Setelah cedera lutut, Falcao memang irit gol. Musim lalu bersama United dia hanya empat kali menembus gawang. 

Masalahnya, cedera hamstring Costa kerap kambuh. Dan setiap kali dia absen, Chelsea cukup sulit untuk mencetak gol. Laga Community Shield melawan Arsenal menjadi contoh yang tepat. Tanpa Costa Chelsea harus berjuang mati-matian untuk hanya bisa mencetak satu gol. 

Meski sudah memasukkan Remy dan Falcao, tak ada gol yang berhasil diciptakan hingga wasit Anthony Taylor meniup peluit akhir. 

Statistik Falcao dan Costa memang cukup jauh. Konversi gol Costa jauh lebih tinggi.  

Dengan ketergantungan yang tinggi terhadap Costa, Chelsea tak memiliki pelapis yang selevel. Mereka terancam tergelincir jika striker berpaspor Spanyol itu absen. Skuat yang terlalu ramping bisa mengganggu konsistensi Chelsea. Terutama setelah Premier League melewati masa boxing day alias laga yang digelar saat perayaan Natal. Sebab, para pemain mulai banyak yang mengalami kelelahan. 

Mourinho bukannya tanpa buruan. Mereka sedang mengincar bek tengah Everton John Stones. Tapi proses transfernya maju mundur. Everton tak bersedia meski Chelsea ngotot. 

Barisan pertahanan memang masalah bagi Chelsea. Mereka perlu menambah pemain untuk mendapatkan kedalaman skuat yang cukup. Sebab, bek tengah Chelsea sudah senior. Terry berusia 34 tahun sedangkan Gary Cahill 30 tahun. Memang, ada Kurt Zouma yang masih belia. Tapi Mourinho tentu tak ingin mempercayakan level tinggi laga Premier League sepenuhnya kepada pemain asal Perancis tersebut. 

Meskipun begitu, Chelsea tetap sebagai “the team to beat” di ajang perburuan gelar Premier League 2015-2016. Para pemburu gelar juara harus bisa mengalahkan klub London barat tersebut untuk bisa meraih mahkota.

Meski pincang di lini depan, Chelsea terbukti tangguh di lini belakang. Doktrin pertahanan Mourinho benar-benar dipahami skuat The Blues di musim keduanya di Chelsea setelah out dari Real Madrid. Tiga tim penantang juara wajib mengalahkannya. 

Chelsea juga masih menjadi favorit utama juara. Justru dengan tidak adanya perubahan skuat membuat soliditas mereka terjaga. Berbeda dengan United atau City yang mengalami beberapa perubahan. Lantas, siapa jagoan kamu? –Rappler

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!