Menjadi Pelindung Anak, akhiri siklus kekerasan terhadap anak

ATA

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menjadi Pelindung Anak, akhiri siklus kekerasan terhadap anak
Portal pelindunganak.org ditujukan untuk cegah kekerasan terhadap anak Indonesia.

JAKARTA, Indonesia — Hasil studi Lembaga Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) Hidden in Plain Sight menunjukkan bahwa 40% anak berusia 13-15 tahun mengalami kekerasan fisik sedikitnya satu kali dalam setahun.

Data Kekerasan tersebut juga terjadi di Indonesia.

Tapi ini baru data kekerasan fisik, data lain seperti kekerasan seksual dan emosional belum terungkap. Mengapa? Karena kekerasan terhadap anak masih dianggap tabu, apalagi di Indonesia. 

Demi memutus rantai kekerasan terhadap anak, UNICEF Indonesia meluncurkan portal Perlindungan Anak, Selasa, 11 Agustus 2015, bertepatan dengan puncak peringatan Hari Anak Nasional.

“Berbicara tentang atau mengambil tindakan terhadap kekerasan pada anak di Indonesia bisa menjadi hal yang sulit jika isu itu dianggap tabu,” kata Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia Gunilla Olsson, Selasa.

Kampanye Pelindung Anak menggarisbawahi bagaimana setiap orang di Indonesia dapat memainkan peran kunci dalam mencegah perlakuan salah terhadap anak.

Diharapkan, jika masyarakat melihat kekerasan terjadi terhadap anak-anak, dapat langsung melaporkan melalui portal pelindunganak.org. Kampanye ini mengusung slogan: “Semua anak adalah anak kita.”

“Pelindung Anak akan mendorong masyarakat untuk membantu melindungi anak-anak mereka melalui tradisi Indonesia yaitu gotong royong. Kita semua harus bekerja sama untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak,” kata Gunilla.

Mengapa kita harus peduli?

Menurut Gunilla, penderita kekerasan fisik di masa kanak-kanank nantinya bisa menjadi pelaku saat ia beranjak dewasa.

“Anak korban kekerasan fisik, seksual, dan emosional lebih berisiko melakukan kekerasan saat mereka dewasa. Hal ini mengakibatkan siklus kekerasan lintas generasi,” kata Gunilla dalam siaran pers yang diterima Rappler. 

Lalu bagaimana cara untuk mematahkan siklus kekerasan? 

Semua bermula dari lingkungan. Dibutuhkan keyakinan bahwa semua orang dewasa adalah “orang tua” bagi semua anak. Semua pihak harus terlibat untuk melindungi anak dari kekerasan saat masa pertumbuhan. 

“Jika diperlukan satu desa untuk membesarkan anak, maka juga diperlukan satu desa untuk melindungi anak,” kata Gunilla. 

Menurutnya, mengakhiri kekerasan terhadap anak tidak hanya membantu anak-anak Indonesia tetapi juga membantu perekonomian negara.

“Karena kekerasan pada anak dapat memiliki konsekuensi kesehatan, sosial, dan ekonomi seperti masalah kesehatan mental, meningkatnya risiko penyakit kronis dan pencapaian profesional yang lebih rendah saat dewasa,” katanya. 

Apa kata Presiden Jokowi? 

Sementara itu, dalam peringatan Hari Anak Nasional yang digelar di Istana Bogor hari ini, Presiden Joko “Jokowi’ Widodo menekankan pentingnya perlindungan terhadap anak-anak Indonesia, secara mereka adalah masa depan bangsa.

Menurut Jokowi, yang paling penting adalah membangun budaya dan nilai untuk melindungi anak. 

“Siapa yang melakukan itu bukan hanya pemerintah, bukan hanya sekolah, tapi juga keluarga, tapi juga lingkungan masyarakat,” kata Jokowi. 

Jika upaya untuk menanamkan nilai-nilai itu dilakukan, maka anak-anak yang dibesarkan kelak punya karakter, kepribadian, dan jati diri yang baik.

Jika Anda ingin bergabung menjadi Pelindung Anak, kunjungi situsnya di pelindunganak.org. Semakin banyak yang melindungi, semakin jauh kekerasan dari anak-anak kita.—Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!