Menolak lupa, sastrawan Joko Pinurbo baca puisi di makam Udin

Mawa Kresna

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menolak lupa, sastrawan Joko Pinurbo baca puisi di makam Udin
Dalam puisi berjudul 'Ziarah Udin', Joko Pinurbo menceritakan kecintaan Udin terhadap profesinya, meski akhirnya harus ditebus dengan nyawa.

YOGYAKARTA, Indonesia — Sastrawan Joko Pinurbo membacakan puisi yang diciptakannya khusus untuk almarhum wartawan Fuad Muhammad Syafruddin, atau yang akrab dipanggil Udin, di depan makamnya, Senin, 17 Agustus 2015. 

Puisi tersebuat dibuat khusus oleh Jokpin, sapaan sang sastrawan, untuk dibacakan dalam Napak Tilas dan Ziarah Udin yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta.

“Puisi ini saya buat khusus untuk ziarah Udin sore ini. Udin ini adalah ikon perjuangan para jurnalis. Dia bekerja melampaui batasnya, dia bekerja dengan rasa cinta,” kata Jokpin sebelum membacakan puisi.

Dalam puisi yang berjudul Ziarah Udin itu, Jokpin menceritakan kecintaan Udin terhadap profesinya meski akhirnya harus ditebus dengan nyawa.

“Kemerdekaan itu, Udin, harta cinta yang harus kau tebus dengan kematianmu,” kata Jokpin membacakan dua baris pertama puisinya.

Kematian Udin pun digambarkan dalam puisi Jokpin telah membebaskan orang-orang dari belenggu tirani. Hal tersebut tampak dalam penggalan bait kedua yang dibacakan oleh Jokpin.

“Kematian tak memisahkan kau dengan kami, para pewarta yang menyalakan kata, di lorong-lorong yang tak terjangkau cahaya. Kematianmu telah membuka pintu yang terkunci tirani, oleh gentar dan takut kami,” ucapnya.

Usai membacakan puisinya, Jokpin meletakan puisi tersebut di atas makam Udin, sebagai penanda jika dia pernah datang menemui Udin.

“Puisi ini saya tulis dengan tulisan tangan, mungkin cuma satu, dua, atau tiga puisi yang saya tulis dengan tangan. Saya akan meletakkan puisi ini di atas makam sebagai tanda saya pernah datang,” ungkapnya usai membaca puisi.

Selain Jokpin, sejumlah aktivis dan jurnalis juga membacakan puisi dalam ziarah tersebut. Salah satunya jurnalis Tempo Anang Zakaria yang aktif di AJI Yogyakarta. Dalam kesempatan tersebut, ia membacakan puisi karya Wiji Thukul yang berjudul Sajak Suara.

Dalam ziarah tersebut tampak hadir istri Udin, Marsiyem. Saat mendengar puisi-puisi yang dibacakan, Marsiyem tampak menangis karena masih ada yang peduli dengan tragedi yang menimpa suaminya.

“Saya berterima kasih, karena teman-teman semua masih peduli dan menyuarakan supaya kasus ini tidak dilupakan dan bisa dituntaskan,” ungkapnya. 

Berikut isi lengkap puisi Jokpin untuk Udin:

Ziarah Udin 

Kemerdekaan itu, Udin, harta dan cinta

yang harus kau tebus dengan kematianmu.

Kemerdekaan itu rubrik rindu

yang mewartakan kabar baik darimu.

Kemerdekaan itu kami yang berdiri di sekelilingmu

untuk memandang matamu yang bersih dan berani

 

Kematian tak memisahkan kau dengan kami,

para pewarta yang menyalakan kata

di lorong-lorong yang terjangkau cahaya.

Kematianmu telah membuka pintu yang terkunci

oleh tirani, oleh gentar dan takut kami.

 

Menulislah terus, Udin, menulislah

di kolom sunyi di relung hari dan hati kami.

Menulislah di sela lelah dan gundah kami.

 

Kematian tak memisahkan kau dengan kami

sebab pada tinta yang melumuri tangan kami

masih menyala merahmu, masih tercium darahmu.

 

—Rappler.com

BACA JUGA: 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!