Mixed Martial Arts

Hadapi ketidakpastian ekonomi, pemerintah genjot daya saing industri

Haryo Wisanggeni

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Hadapi ketidakpastian ekonomi, pemerintah genjot daya saing industri

EPA

Ketidakpastian dipicu oleh pergerakan dua poros perekonomian dunia yang belakangan ini berlawanan arah.
JAKARTA, Indonesia —Menghadapi kondisi perekonomian yang suram dan tidak pasti, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengingatkan pemerintah untuk justru menggenjot daya saing industri. 
“Sekarang saatnya pemerintah meningkatkan daya saing industri, lakukan penyesuaian teknologi agar ekspor kita tidak hanya tergantung pada sumber daya alam mentah,” kata Agus dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis 27 Agustus 2015. 
Untuk dapat melakukan hal tersebut, Agus menyoroti sejumlah persoalan klasik yang harus dibenahi oleh pemerintah.
“Kita perlu menjaga kemandirian ekonomi, terutama dalam energi dan pangan. Tapi tidak mandiri sempit ya, misalnya melarang impor. Pemerintah juga harus memperkuat modal dasar pembangunan, terutama dalam bidang infrastruktur dan pengembangan SDM,” katanya.
Ekonom dan Rektor Universitas Paramadina Firmanzah sepakat dengan pernyataan Agus. Memperkuat daya saing industri dalam negeri menurutnya harus menjadi prioritas pemerintah saat ini, apalagi di tengah situasi perekonomian global yang penuh ketidakpastian.
“Perekonomian kita bergerak seirama dengan perekonomian global. Nah ke depan saya melihat masih akan banyak ketidakpastian, karena saat ini terdapat dua vektor yang berlawanan arah. Amerika yang sedang pulih ekonominya dan Tiongkok yang mengalami perlambatan,” kata Firmanzah. 
“Saat ini yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan daya saing industri kita.”
Terkait potensi krisis, mantan staf khusus presiden bidang perekonomian era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini juga meminta masyarakat agar tak khawatir. 
“Memang mengatakan bahwa perekonomian kita baik-baik saja itu tidak pada tempatnya. Tapi kita tidak akan krisis seperti 98. Faktor fundamentalnya berbeda,” ujarnya. 
Dikepung luar dalam
Belakangan, kondisi perekomian global memang tak menggembirakan. Akhir pekan lalu, The Guardian melansir bahwa pasar saham global tengah berada dalam kondisi terburuknya sepanjang tahun ini, dipicu oleh perlambatan ekonomi Tiongkok — yang berujung devaluasi Yuan — dan terus menurunnya harga minyak dunia.
Meskipun belakangan muncul sinyal positif pasca rebound yang dialami indeks Dow Jones, secara umum pasar masih bersikap hati-hati karena menunggu sikap dua poros ekonomi dunia, Amerika Serikat dan Tiongkok, terhadap situasi perekonomian global terkini.
Sementara itu di dalam negeri, laju pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus tertekan dan pasar industri lokal terancam oleh makin kompetitifnya produk ekspor Tiongkok pasca devaluasi Yuan. — Rappler.com
Baca juga:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!