Agenda bos IMF Christine Lagarde di Indonesia

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Agenda bos IMF Christine Lagarde di Indonesia

AFP

Direktur Pengelola IMF Christine Lagarde akan berdialog dengan mahasiswa Universitas Indonesia siang ini


Siang ini, Selasa, 1 September, Direktur Pengelola Dana Moneter Indonesia (IMF) Christine Lagarde akan berbicara di depan mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.   

Dalam kunjungan ke Indonesia, Lagarde akan bertemu dengan Presiden Joko “Jokowi” Widodo, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Ia juga akan menghadiri seminar bertajuk Masa Depan Keuangan Asia di Bank Indonesia besok, Rabu, 2 September.  

“Seminar ini sudah direncanakan lama, tidak ada kaitannya dengan situasi yang tengah dialami Indonesia,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Mari Elka Pangestu.

Mari, mantan Menteri Perdagangan dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), akan menjadi moderator dalam dialog antara Christine Lagarde dengan mahasiswa UI.   “Dialog ini memberikan kesempatan kepada Managing Director IMF, Christine (Lagarde), untuk memyampaikan pandangannya mengenai situasi ekonomi global,” kata Mari kepada Rappler Indonesia, Selasa.

Rappler akan melakukan laporan langsung Twitter, di akun @RapplerID.

Lagarde berkunjung ke Indonesia sebelum menuju Turki untuk menghadiri Pertemuan Puncak Kelompok G-20.  “Forum dengan mahasiswa juga menjadi kesempatan bagi Christine untuk mendapatkan masukan balik dari mahasiswa mengenai situasi ekonomi dan peran IMF,” kata Mari.

Spekulasi mengenai tujuan kedatangan bos IMF mengemuka dalam beberapa hari terakhir, sejak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot sampai di atas Rp 14.100 per dolar AS.  

Publik Indonesia masih trauma dengan peran IMF ketika terjad krisis ekonomi dan moneter tahun 1998, ketika Direktur Pengelola IMF saat itu, Michael Camdessus, memaksa Indonesia meneken Letter of Intent (LoI), yang berisi persyaratan ketat bagi kebijakan ekonomi yang harus diterapkan di Indonesia.

Tak lama setelah meneken LoI itu, Presiden Suharto terpaksa lengser.

Presiden Jokowi berkali-kali meyakinkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia pada krisis 1998 dan 2008 jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Kemarin, Senin, 31 Agustus, saat bertemu dengan redaktur ekonomi di Istana Negara, Jokowi kembali menyampaikan hal yang sama. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!