SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Nama suku Uighur mengemuka dalam penyelidikan aparat keamanan di Thailand, terkait ledakan bom di Bangkok pada 17 Agustus lalu.
Untuk pertama kalinya setelah peristiwa yang menggegerkan Thailand, dan mengguncang ekonomi dan pariwisata di negeri Gajah Putih itu, polisi menyebut kewarganegaraan tersangka.
“Pelaku berkewarganegaraan Turki,” kata juru bicara kepolisian Thailand, Prawut Thavornsiri.
Nama tersangka pelaku adalah Emrah Davutoglu. Warga Turki ini dituduh memiliki “bahan-bahan untuk perang”.
Pekan lalu polisi juga menahan “warga asing” sebagai tersangka pelaku bom Bangkok.
Penyelidikan tentang siapa pelaku dan apa motifnya memang berjalan lambat.
Media lokal mengabarkan bahwa polisi menduga bom Bangkok terkait dengan rivalitas politik yang sengit, atau dilakukan oleh kriminal yang terorganisir, militan Islam, pembangkang di kawasan selatan negeri monarki itu, sampai simpati kepada pengungsi dari suku Uighur dari Tiongkok.
Uighur adalah suku terbesar di provinsi Xinjiang, yang mayoritas beragama Islam. Penduduk Tiongkok yang kini tercatat 1,4 miliar orang mayoritas adalah dari suku Han yang beragama Konghucu dan Buddha. Mayoritas korban tewas di Bangkok adalah turis asal Tiongkok.
Bulan Juli tahun ini, Thailand mendeportasi 109 warga berkebangsaan Uighur ke Tiongkok. Tindakan ini memicu protes ratusan orang di depan kedutaaan Thailand di Istanbul, Turki.
Mereka mengecam tindakan Thailand itu, karena warga Uighur yang dipulangkan dikhawatirkan akan menghadapi penyiksaan dan penindasan saat kembali ke kampung halaman mereka di Xinjiang, Tiongkok. Banyak warga Uighur yang memilih mengungsi ke Turki.
Pemerintah pusat Tiongkok dan pemerintah lokal di Xinjiang tengah mencermati ancaman terorisme yang terjadi di Xinjiang, atau dilakukan oleh warga yang berasal dari Xinjiang.
“Lulusan kami menjadi inti dari penyebaran ajaran agama Islam, yang mengajarkan damai dan semua hal-hal baik. Ini juga acara untuk membendung masuknya gerakan ekstrimis ke anak-anak muda di Xinjiang,” kata Alim Abdulrahman, Wakil Presiden Islamic Institute di Xinjiang, kepada sejumlah jurnalis dari Indonesia dan Malaysia, awal Agustus lalu.
“Kami, di Xinjiang, sebenarnya adalah korban dari aksi terorisme juga,” kata Alim.
Alim berasal dari suku Uighur, suku terbesar di Xinjiang, yang biasanya memeluk agama Islam.
Saat bulan Ramadan tahun ini, di media sosial bertebaran informasi soal larangan bagi warga Muslim di Xinjiang untuk menjalani ibadah puasa. Ini menimbulkan debat dan kritik keras kepada pemerintah Tiongkok.
Otoritas Xinjiang membantah informasi itu. Mereka sebaliknya mengatakan warga Muslim di provinsi yang berbatasan dengan 8 negara itu bebas berpuasa dan menjalankan ibadah.
Baru-baru ini ada 4 orang asli Uighur dipenjara oleh polisi di Indonesia karena ingin bertemu dengan kelompok ekstrim di Indonesia. Mereka dicurigai bergabung dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). —Rappler.com
BACA JUGA:
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.