Apakah ‘Black Mass’ tanda kebangkitan karier Johnny Depp?

Shinta Setiawan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Apakah ‘Black Mass’ tanda kebangkitan karier Johnny Depp?
Johnny Depp membuktikan dirinya masih punya kemampuan akting mumpuni dan membuat penonton benar-benar takut

Apakah Anda kenal dengan Ichabod Crane? Bagaimana dengan Edward Scissorhands? Willy Wonka? Kalau Jack Sparrow? Jika Anda tahu beberapa nama tersebut, tentu Anda ingat kalau semua tokoh ini diperankan oleh aktor terkenal, Johnny Depp. 

Sejak debutnya di tahun 1984 lewat film horor legendaris, A Nightmare on Elm Street, Johnny Depp sudah menjalani karier yang penuh warna. Ia telah membuktikan bahwa dirinya punya kemampuan akting yang prima dengan meraih nominasi untuk penghargaan aktor terbaik melalui film-film seperti Finding Neverland (2004), Benny & Joon (1993), serta Ed Wood (1994).

Depp juga banyak terlibat dalam film-film laris. Tidak semua aktor bisa menyombong kalau mereka pernah membintangi film yang pendapatannya tembus 1 miliar dolar Amerika Serikat. Tapi, Depp tidak hanya punya satu, ia punya dua film super laris lewat Alice in Wonderland (2010) dan Pirates of the Caribbean: Dead Man’s Chest (2006).

Meski telah membuktikan bahwa dirinya adalah aktor serba bisa, penonton sepertinya paling mengingat sosok Depp sebagai aktor yang kerap berakting menjadi karakter eksentrik. Kolaborasi Depp dengan sutradara Tim Burton merupakan salah satu penyebab utama kenapa sang aktor bisa memenuhi filmografinya dengan berbagai peran ajaib.

Burton yang punya ciri khas dengan film-filmnya yang gelap – baik secara tema, visual, maupun humor – sangat cocok bekerja sama dengan Depp yang nyaman berperan sebagai tokoh aneh dengan kostum nyentrik dan riasan tebal.

Kolaborasinya dengan Burton membuahkan 8 film, yaitu Edward Scissorhands (1990), Ed Wood (1994), Sleepy Hollow (1999), Charlie and the Chocolate Factory (2005), Corpse Bride (2005), Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street (2007), Alice in Wonderland (2010), serta Dark Shadows (2012).

Sebagian besar film-film ini menguntungkan secara finansial dan dipuji kritikus. Peran-peran tersebut juga mengantarkan Depp pada film-film lain yang juga punya kemiripan, meski bukan disutradarai Burton.

Selama beberapa dekade, ini adalah ceruk yang dikuasai Depp dan tidak bisa ditiru aktor lain. Tetapi, kesuksesan tersebut bukan tanpa efek negatif. Bertahun-tahun hadir sebagai karakter-karakter fantastis, penonton mulai lupa bahwa Depp sebenarnya bisa akting tanpa harus mengandalkan gimmick.

Alhasil, karya Depp sebagai tokoh berkostum mulai dianggap menjemukan. Beberapa film yang menampilkan Depp sebagai pemeran utama seperti Dark Shadows, The Lone Ranger (2013), dan Mortdecai (2015) rontok di pasaran.

Tapi, tahun ini Depp ternyata menyimpan sebuah kejutan. Black Mass, drama kriminal yang disutradarai oleh Scott Cooper, menghadirkan Depp sebagai teror menakutkan dalam sosok Whitey Bulger. 

James Joseph “Whitey” Bulger, Jr. adalah mantan pemimpin mafia Irlandia di Boston yang punya catatan kejahatan sangat panjang. Ia terlibat dalam pemerasan, pencucian uang, peredaran narkoba, dan 19 kasus pembunuhan. 

Depp yang berperan sebagai Bulger dalam Black Mass harus mengubah penampilannya dengan rambut pirang yang telah menipis, serta lensa kontak berwarna biru yang membuatnya terlihat ekstra bengis.

Hasilnya? Kritikus tak lagi melihat bahwa makeup merupakan inti dari akting Depp. Kali ini, tampilannya justru memperkuat bukti bahwa sang aktor masih punya kemampuan akting mumpuni — dan bisa membuat penontonnya benar-benar takut.

Black Mass yang diputar di Venice Film Festival dan Telluride Film Festival awal bulan ini sudah memperoleh ulasan perdananya. Variety, The Guardian, The Hollywood Reporter, The Wrap, dan banyak media lain memuji penampilan Depp dalam film ini.

Scott Foundas dari Variety bahkan menyebut bahwa aktingnya sebagai Bulger adalah yang terbaik sepanjang kariernya.

Dalam ulasannya, Foundas menulis bahwa, “Depp tak hanya memenuhi tantangan ini, menghadirkan akting terbaik sepanjang kariernya sebagai seorang pria yang mungkin lebih mudah untuk diperankan sebagai karikatur dari sosok yang mengerikan (seperti Jack Nicholson dalam The Departed), tapi alih-alih ia muncul sebagai figur kompleks dengan karisma yang tak dapat disangkal, yang menarik para kriminal dan penegak hukum dalam pengultusan dari kepribadiannya yang sosiopat.” 

Tentu saja, dengan ulasan positif semacam ini, pembicaraan mengenai kans Depp sebagai penantang di musim penghargaan tahun depan turut mengemuka. Tapi, seberapa besar kemungkinan tersebut? Melihat kompetisi yang ada tahun ini, Depp punya kesempatan, meski tidak besar.

Tetapi, sebagai pembuka, para penggemarnya tentu gembira melihat bahwa ketika Depp dianggap semakin tidak relevan, ia justru hadir dengan sebuah pembuktian yang membuatnya kembali jadi sorotan.

Apakah ini adalah tanda kembalinya Depp menjadi aktor papan atas yang disegani, tak hanya karena film-film larisnya, tapi juga karena aktingnya yang tajam? Mungkin saja. Tapi, apakah akurat untuk menyebut Black Mass sebagai kebangkitan akting Depp?

Walaupun makeup dan kostum sering membuat penonton luput menyadari bahwa Depp sebenarnya selalu memberi sentuhan berbeda pada setiap karakter ganjil yang diperankannya, perlu diingat bahwa Depp tidak pernah benar-benar dianggap sebagai titik lemah dari film-filmnya yang flop.

Selalu ada masalah yang lebih besar di belakang layar, atau memang pada dasarnya, film yang dibintanginya punya cerita yang buruk. 

Tapi, naratif “comeback” memang lebih mudah untuk dijadikan kerangka untuk bercerita mengenai Depp dan Black Mass di akhir tahun ini. Apalagi, ketika nominasi bergengsi untuk aktor terbaik adalah taruhannya.

Kebangkitan karier yang dialami bintang-bintang seperti Matthew McConaughey dan Michael Keaton merupakan sesuatu yang begitu menarik untuk disaksikan, karena itu perbincangan semacam ini bagi Depp merupakan sesuatu yang mudah untuk memikat perhatian publik. 

Sayangnya, kita pun tidak bisa buru-buru mencari pembuktian bahwa ini adalah awal perjalanan baru dalam karier Depp. Untuk menunggu hentakan selanjutnya dari Depp, penonton harus sedikit bersabar. Proyek sekuel Alice Through the Looking Glass serta Pirates of the Caribbean: Dead Men Tell No Tales sudah menunggunya.

Jadi, untuk sementara, Depp harus kembali memerankan karakter-karakter yang telah membuatnya begitu terkenal dan bergelimang uang.

Black Mass akan dirilis di bioskop September ini. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!