6 macam teman yang patut diblokir dari media sosial

Priyo Hoetomo

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

6 macam teman yang patut diblokir dari media sosial
Apakah kamu juga punya pengalaman serupa?

 

Media sosial bagi saya adalah inovasi Internet yang mampu mempererat tali silaturahmi. Lewat media ini, saya bisa tahu kabar kawan lama yang sekarang sudah entah ada di mana, atau bahkan mendapat sahabat yang sama sekali tidak pernah bertatap muka di kehidupan nyata.

Di samping segala kebaikan yang dibawa oleh online social media seperti Facebook, Twitter, Path, BBM, LINE, atau lainnya, media ini juga menyimpan bahaya laten gara-gara ulah para penggunanya sendiri.

Tidak jarang orang-orang pengguna social media bertindak kurang bijak dengan posting berbagai hal yang kurang patut menjadi konsumsi publik. Mereka seakan tidak sadar bahwa sekali saja tombol “post” diklik, maka hal tersebut akan selamanya ada di Internet.

Perilaku ini membuat timeline di Facebook, Twitter, Path, LINE, dan social media lainnya yang saya miliki sering berisikan hal-hal yang malah membuat kurang nyaman untuk dibaca.

Daripada saya menjadi tidak enak hati membaca timeline sendiri, saya memutuskan untuk “mengistirahatkan” pertemanan saya dengan beberapa orang itu.

Setidaknya ada 6 jenis teman yang saya putuskan untuk disembunyikan dari timeline saya, yaitu:

  • Pakar politik dadakan. Teman ini adalah pendukung setia salah satu figur, partai, atau doktrin politik tertentu. Kecerdasannya memutuskan yang terbaik untuk bangsa dan mengerdilkan pendapat lain yang berseberangan membuat saya mempertanyakan ke mana perginya kebebasan berpendapat dan berbicara.
  • Makhluk sosial sejati. Saking berjiwa sosial, teman saya ini senang berbagi tulisan maupun kabar dari website provokatif yang belum tentu jelas sumbernya. Saya memutuskan untuk menghindari mereka daripada diberi tahu kalau menonton Doraemon itu haram hukumnya menurut agama.
  • Pebisnis MLM sukses. Mungkin sudah menjadi SOP dari para anggota bisnis ini untuk mengabarkan semua kesuksesannya lewat social media. Saya iri (atau tidak) melihat buku tabungannya dengan transaksi debit ratusan juta per minggu, mobil mewah keluaran Eropa yang ia dapat dari jabatannya, atau bagaimana ia berwisata keluar negeri berkat keberhasilannya menjaring seluruh teman lamanya menjadi anggota.
  • Orangtua bahagia. Kehadiran buah hati merupakan peristiwa yang patut dirayakan. Tapi … saya jadi bingung sedang berteman dengan siapa saat foto profil, posting, hingga koleksi albumnya berubah menjadi gambar si buah hati dalam berbagai pose.
  • Founder startup e-commerce. Teman yang ini mengubah akun social media miliknya menjadi sarana berjualan secara online. Foto profilnya berubah menjadi barang dagangan dan semua posting yang dia lakukan adalah untuk mempromosikan usahanya. Tak jarang ia mengirimprivate message yang isinya menawarkan produk terbaru yang ia miliki.
  • Atlet amatir masa kini. Saya tahu banyak godaan untuk senantiasa hidup sehat di tengah-tengah lifestyle serba instan masa kini. Oleh sebab itu, mungkin cara mereka untuk tetap termotivasi agar tetap giat berolahraga adalah dengan menyebarkan berapa jauh ia telah berlari hari ini, pose yoga apa yang ia bisa lakukan, sepeda gunung apa yang baru ia beli, atau gunung mana yang telah ia daki.

Keenam jenis di atas adalah orang-orang yang sayangnya mendapatkan demosi dari status teman karena perilakunya di social media. Apakah kamu juga punya pengalaman serupa? —Rappler.com

Tulisan ini sebelumnya diterbitkan di situs berita teknologi dan startup TechinAsia.

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!