SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia – Ketika ajang grand slam Amerika Serikat Terbuka (US Open) hendak digelar, Serena Williams dianggap sudah separo memegang piala.
Dia memiliki sekian banyak keuntungan. Selain karena dianggap sedang kuat-kuatnya, pertandingan juga bakal digelar di kampung halamannya sendiri.
“Skenario” itu semakin kuat karena bahkan saat dia belum sekalipun bertanding, 10 petenis unggulan sudah bertumbangan. Baik karena cedera maupun kalah oleh petenis lainnya. Padahal, beberapa dari mereka berpotensi menghadangnya di ajang paling bergengsi tenis dunia itu.
Unggulan ketiga Maria Sharapova, misalnya. Petenis jelita Rusia itu mundur karena cedera kaki kanan. Unggulan ketiga Caroline Wozniacki bahkan sudah out di babak kedua. Unggulan kedua Simona Halep lebih mendingan karena baru gugur di semi final.
Publik tenis dunia pun semakin yakin, dengan banyaknya nama-nama besar yang tumbang, Serena terus melenggang tanpa lawan. Ternyata, yang bisa menghentikannya justru Roberta Vinci, petenis yang bahkan tak diunggulkan sama sekali. Dia menumbangkan Serena dengan skor 6-2, 4-6, dan 4-6, Sabtu, 12 September, dini hari WIB.
Serena memang sempat menguasai set pertama, tapi dia kalah di dua set berikutnya. Kekalahan tersebut membuat ambisi Serena meraih 22 grand slams, menyamai rekor Steffi Graf, pupus. Termasuk upayanya untuk meraih 4 grand slams dalam setahun juga kandas. Sebelumnya, dia sudah memenangi Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan Wimbledon.
For the 1st time in 4 years we will have a new #usopen champ. Congrats to @serenawilliams on a great season. pic.twitter.com/ARni52gmfE
— US Open Tennis (@usopen) September 11, 2015
Padahal, Vinci di atas kertas bukan lawan yang sepadan bagi Serena. Karir terbaiknya di grand slam, sebelum di US Open 2015, hanya sampai perempat final. Dia juga paling banter mencapai ranking 11 dunia. Karena itu, kemenangan ini membuat dia tak bisa berkata-kata.
#Vinci on the win: “It’s the best moment of my life.” #usopen pic.twitter.com/n0AvI0VNPa
— US Open Tennis (@usopen) September 11, 2015
“Hari ini saya bangun dan saya tahu saya harus menghadapi Serena. Saya bilang kepada diri saya sendiri, yang penting saya bermain tenis. Saya tidak mau memikirkan Serena,” kata Vinci usai pertandingan dalam wawancara di ESPN.
Vinci tak berharap banyak dalam pertandingan tersebut. Dia juga tidak percaya bisa melewati hadangan petenis 33 tahun tersebut. “Saya tidak pernah mau memikirkan Serena. Yang saya pikirkan hanya bagaimana bola agar tetap menyeberang net,” katanya.
This will be the 1st Grand Slam final for both #Vinci and #Pennetta. This will be their 10th meeting. #usopen pic.twitter.com/n2p1atkicV
— US Open Tennis (@usopen) September 11, 2015
“Saya berusia 32 tahun dan saya di ambang akhir karir. Tapi saya justru mencapai final grand slam pertama dalam karir saya. Saya tidak pernah mengharapkan ini,” kata petenis Italia tersebut.
This will be the first Grand Slam final between two Italians as well as 2 women over thirty in the open era. #usopen pic.twitter.com/KXMiIFS8QH
— US Open Tennis (@usopen) September 11, 2015
Hasil tersebut membuat laga final dikuasai para petenis Italia. Vinci akan bertemu kompatriotnya, Flavia Pennetta. Pennetta yang juga petenis non unggulan mengalahkan unggulan kedua Simona Halep 6-1, 6-3 pada Jumat, 11 September.
Laga final akan digelar Minggu, 13 September, dini hari waktu Indonesia. —Rappler.com
BACA JUGA:
- Kembali ke Old Trafford, United menaikkan gaji David De Gea 5 kali lipat
- Pacquiao ingin tanding ulang lawan Mayweather
- Piala Presiden 2015: Klub yang bertanding di 8 besar
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.