Duka keluarga Iti Rasti, jemaah haji yang meninggal saat crane jatuh

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Duka keluarga Iti Rasti, jemaah haji yang meninggal saat crane jatuh
Iti meninggal diduga karena serangan jantung saat crane jatuh, bukan tertimpa crane

BANDUNG, Indonesia — Rumah di Desa Cibogo, Lembang, Bandung Barat itu nampak dipenuhi para pelayat yang ingin menyampaikan rasa dukanya terhadap  keluarga Iti Rasti Darmini, warga negara Indonesia yang tewas saat sebuah crane jatuh menimpa para jemaah haji yang sedang melaksanakan ibadah di Masjidil Haram Mekah, Jumat, 11 September 2015.  

Tampak di antara para pelayat, Arbani Sodiq, anak kedua Iti. Pria 31 tahun itu terlihat tegar saat menerima ucapan bela sungkawa dari para tamu yang datang, meski kedua matanya tampak sembab. 

Gak ada firasat atau tanda apapun terkait kematian ibu. Hanya di malam sebelum keberangkatan, kami sekeluarga berkumpul dan saling memaafkan,” kata Arbani kepada wartawan, Sabtu, 12 September 2015.

Kabar kematian ibunya diterima Arbani dari pihak Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Toyiba. Ia lalu menelepon bapaknya, Duskarno bin Dasta Kartamiharja (65) untuk memastikan kabar tersebut. Kedua orang tuanya itu berangkat menuju tanah suci pada 30 Agustus 2015.

“Bapak membenarkan kalau ibu sudah gak ada. Alhamdulillah bapak selamat dan dalam keadaan sehat,” tuturnya.

Saat kejadian, ujar Arbani, bapaknya sedang berada di hotel selepas melaksanakan ibadah salat Jumat. Sedangkan, ibunya beserta rombongan ibu-ibu lain berada di Masjidl Haram untuk melaksanakan salat ashar dan menunggu waktu salat maghrib tiba, sampai terjadi badai pasir dan hujan es yang menyebabkan crane jatuh.

Arbani bercerita, ibunya sangat bergembira dan bersemangat bisa berangkat haji tahun ini setelah menunggu selama 5 tahun. Ia juga sempat mendengar ibunya merasa khawatir batal berangkat karena masalah visa yang sempat mencuat di awal keberangkatan haji.

“Tapi ibu berangkat sesuai jadwal,” katanya.

Selain Arbani, Iti memiliki dua anak lainnya, yakni si sulung Wiwi Widiani (35) dan si bungsu Iman Nugraha (25). Iti menjalani kesehariannya sebagai ibu rumah tangga. Suaminya, Duskarno adalah pensiunan pegawai negeri sipil.

“Ibu ini rajin ke masjid dan aktif di beberapa pengajian,” cerita Iman.

Iman tahu persis bagaimana ibunya sangat berharap bisa menjalankan rukun Islam yang kelima itu.

“Ibu sering berdoa biar bisa pergi haji. Doanya juga panjang-panjang. Pas pergi juga ibu lebih semangat dibanding bapak,” kata Iman.

Saat pergi, kata Iman, ibunya berpesan agar ia dan saudara kandungnya bisa rukun dan saling menjaga. Ia berjanji akan menjalankan amanat ibunya tersebut.

Iman mengaku ikhlas dengan kematian ibunya. Menurutnya, kejadian itu sudah takdir Yang Maha Kuasa. Ia berdoa semoga ibunya bisa senang di alam sana.

“Ini musibah.  Siapa yang mau peristiwa ini terjadi. Karena jalannya sudah begitu. Kalau ibu gak pergi haji, mungkin (meninggalnya) di sini. Tapi ketika pergi haji, ibu senang banget. Mungkin ibu juga senang meninggalnya di sana.  Sekarang waktunya ibu  senang-senang di (alam) sana,” ujar Iman dengan mata berkaca-kaca.

Meski ikhlas, Iman masih menyimpan satu penyesalan.

“Sebagai anak banyak dosa belum bisa bahagiain ibu,” ungkapnya jujur.

Tewas karena sakit jantung, bukan tertimpa crane

FOTO KELUARGA. Iman menunjukkan foto ibunya (kiri duduk) Iti Rasti Darmini yang meninggal saat crane jatuh di Masjidil Haram. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Pihak Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Kabupaten Bandung Barat (KBB) mendatangi rumah Iti untuk mengabarkan sekaligus mengonfirmasi kematian ibu tiga anak tersebut ke pihak keluarga.

“Kami ingin mengabarkan sekaligus mengkonfirmasi kepada pihak keluarga. Apakah betul identitas korban sesuai,” ” kata Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag KBB, Rahmat Hidayat, saat mengunjungi rumah korban, Sabtu.

“Karena informasinya simpang siur, ada yang menyebut namanya Siti, ada yang Ati. Tapi yang betul Iti Rasti Darmini dari KBIH Toyiba dengan nomor urut 353 Rombongan 8 Regu 32 porsi 1000411806 dan nomor paspor B0716645.”

“Ini kan berita duka, jadi menyampaikannya harus hati-hati.”

Pihak Kemenag, kata Rahmat, akan membantu keluarga dalam pengurusan pencairan asuransi. Namun saat ini, pihaknya masih berkoordinasi dengan pihak terkait mengenai pengurusan jenazah di Arab Saudi. Menurut informasi yang diterima Rahmat, Jenazah Iti akan dimakamkan di Syaraya.

“Kaitan dengan pengurusan jenazah langsung oleh pemerintah di sana jadi tidak diurus disini.  Jenazah tidak bisa dipulangkan ke tanah air.  Mohon keikhlasan dari pihak keluarga,” kata Rahmat. 

Sementara itu, pihak Kemenag KBB memastikan bahwa Iti tewas diduga karena penyakit jantung, bukan karena tertimpa crane yang jatuh.

“Menurut informasi dari ketua rombongan Pak Haji Ishak, kemarin Jumat, selepas salat Jumat bapak-bapak pulang, ibu-ibu melaksanakan Sa’i dan Thawaf. Selepas jam 5 ada badai pasir dan hujan besar,” kata Staf PHU Kanwil Kemenag KBB, Ahmad Fikri Firdaus, kepada wartawan. 

“Ibu Iti beserta 6 orang ibu lainnya panik saat kejadian crane jatuh. Ibu Iti sempat pingsan dan dibawa oleh ibu lainnya ke rumah sakit. Jadi Bu Iti tidak tertimpa crane jatuh, tidak berdarah-darah seperti yang ada di foto-foto itu.”

Pihak keluarga membenarkan bahwa Iti mengidap penyakit jantung.

“Iya ibu memang ketahuan menderita penyakit jantung saat medical check up mau berangkat haji, tapi ibu tidak punya track record dirawat atau masuk ICU karena sakit jantung. Selama ini, ibu sehat-sehat aja,” ujar Iman.— Rappler.com

BACA JUGA:

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!