Manchester City v Juventus: Momen tuan rumah akhiri kutukan

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Manchester City v Juventus: Momen tuan rumah akhiri kutukan
Manchester City akan berhadapan dengan Juventus Rabu dini hari, 16 September, pukul 01:45 WIB. Apakah mereka akan kembali 'terkutuk'?

Setiap kali Manchester City tampil di Liga Champions, setiap kali itu pula mereka dirudung kemalangan.

Sejak tampil kali pertama di Liga Champions pada musim 2011-2012, tak pernah sekalipun mereka menjejakkan kaki di perempat final. 

Penyebabnya beragam. Tapi yang selalu mereka hadapi adalah pertemuan dini dengan klub-klub besar di grup neraka. 

Di musim perdananya di Liga Champions, The Citizens — julukan City — berada dalam satu grup dengan Bayern Munich dan Napoli. Dengan dua klub tersebut, City yang masih ditangani Roberto Mancini itu harus keok di fase grup. 

Begitu juga saat mereka berkiprah di musim keduanya di kompetisi paling bergengsi di Eropa tersebut. Belum-belum City sudah bersua dua klub besar Jerman dan Spanyol, Borussia Dortmund dan Real Madrid. Mereka pun langsung out di ronde pertama.  

Di partisipasinya yang ketiga (2013-2014), City beruntung tidak lagi dalam grup neraka. Mereka pun lolos ke babak selanjutnya. Namun, surprise, surprise, di 16 besar mereka harus berhadapan dengan favorit juara Barcelona. Dan kalah. 

Musim lalu, City mengulangi prestasi yang sama: mentok hanya sampai 16 besar.

Dengan banyak sejumlah kemalangan tersebut, banyak yang mulai menyebut bahwa City memang terkutuk di Liga Champions. Mereka tak memiliki DNA Eropa. Padahal, mereka sangat dominan di kompetisi domestik.

Sejak dibeli konglomerat Arab Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan pada 2008, City dua kali menjuarai Premier League, satu Piala FA, dan satu Piala Liga. Tapi, dominasi itu tak berbekas di Eropa. Apa yang salah dengan Vincent Kompany dkk? 

Menunggu mentalitas baru City

Salah satu kekuatan City adalah memiliki kedalaman skuat. Klub asuhan Manuel Pellegrini itu mempunyai pemain pengganti di setiap posisi dengan selisih kualitas yang tak jauh.

Foto dari Twitter/@JuventusFC

Apalagi, musim ini mereka kedatangan salah satu gelandang serang terbaik di Bundesliga, Kevin De Bruyne, yang diboyong dari dari Wolfsburg. 

Itu belum termasuk winger Raheem Sterling yang diboyong dari Liverpool. 

Beberapa pihak menyebut ada dua faktor penyebab rekor buruk City di Liga Champions. Satu, nasib buruk. Dua, mentalitas. 

Soal nasib buruk sudah kita bahas di awal tulisan. Hasil drawing, baik fase grup maupun 16 besar, selalu merugikan mereka.

Musim ini nasib buruk juga masih bernaung. City kembali masuk grup neraka bersama juara Italia Juventus dan juara Europa League Sevilla. Praktis, tim terlemah hanya Borussia Muenchengladbach.  

Lantas, bagaimana dengan faktor kedua? 

Kapten tim Vincent Kompany mengakui itu. Menurut dia, Liga Champions selalu membawa ketakutan tersendiri. Faktor itulah yang membuat mereka kerap tergelincir melawan klub-klub yang di atas kertas seharusnya bisa mereka kalahkan. Musim lalu, misalnya, City justru kalah 1-2 di kandang melawan CSKA Moscow. 

“Jika kami tidak percaya diri, setelah apa yang semua sudah kami alami di Liga Champions, kami takkan pernah bisa melakukannya,” kata Kompany seperti dikutip Guardian

Kompany menganggap, City tak pernah bisa mengatasi tekanan Liga Champions dengan baik. “3-4 tahun belakangan ini sudah terlihat bagaimana kami melakukannya,” kata bek asal Belgia tersebut. 

Namun, saat ini situasinya berbeda. Memang, lawan mereka adalah Juventus. Finalis Liga Champions musim lalu. Tapi, raksasa Italia itu sedang terseok-seok di kompetisi domestik. Mereka belum pernah sekalipun meraih kemenangan. 

Dalam tiga laga perdana Serie A, Juve hanya meraih angka satu! Hasil dari dua kali kalah dan sekali seri. Dalam sejarah kiprah mereka di Serie A, dua kekalahan beruntun tersebut adalah start terburuk Juve sejak 1912-1913. 

Si Nyonya Tua — julukan Juve — memang sedang limbung pasca hengkangnya tiga pemain kunci: Arturo Vidal, Andrea Pirlo, dan Carlos Tevez. 

Padahal, tiga pemain itu, terutama Andrea Pirlo, adalah kunci dari permainan Juventus empat musim terakhir.  

Situasi sebaliknya terjadi di City. Mereka sedang on fire di Premier League dengan menyapu bersih kemenangan di lima laga. Tanpa sekalipun kebobolan. Total gol yang mereka produksi mencapai 11 gol atau rata-rata 2 gol per laga.  

Ujung tombak Sergio Aguero memang absen setelah mengalami cedera saat melawan Crystal Palace pada 12 September lalu. Tapi, mereka masih bisa mengandalkan ketajaman lini kedua seperti Raheem Sterling, David Silva, dan Kevin De Bruyne.

Mereka harus mampu membawa atmosfer kompetisi domestik ke level Eropa. “Selama kami tidak menampilkan performa dan kualitas kami di Liga Champions seperti di Premier League, selalu akan ada yang kurang dengan kami,” kata Vincent Kompany.  

Jika itu mampu mereka wujudkan dalam laga dini hari nanti, bukan tidak mungkin City bisa mulai mengakhiri kutukan. Sebab, tiga poin bakal sangat berharga. Jika tidak, berarti mereka memang tak pernah diciptakan untuk Liga Champions.

Dan kita masuk faktor ketiga penyebab kegagalan City: takdir.

Prakiraan susunan pemain

Manchester City (4-2-3-1)

Hart; Sagna, Kompany, Mangala, Kolarov; Fernandinho, Toure; Bruyne, Silva, Sterling; Bony. 

Pelatih: Manuel Pellegrini

 

Juventus (4-3-1-2)

Buffon; Caceres, Bonucci, Chiellini, Sandro; Cuadrado, Pereyra, Pogba; Hernanes; Dybala, Morata.

Pelatih: Massimiliano Allegri

—Rappler.com

BACA JUGA:

Transfer Arturo Vidal: Bayern semakin dominan, Juventus merana

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!