Wasit dan klub keluhkan keterlambatan honor Piala Kemerdekaan

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Wasit dan klub keluhkan keterlambatan honor Piala Kemerdekaan
Tim Transisi yang menggagas Piala Kemerdekaan kinerjanya mendapat sorotan. Itu setelah masih tersisa banyak masalah terutama terkait finansial meskipun turnamen sudah selesai

 

JAKARTA, Indonesia – Gelaran Piala Kemerdekaan 2015 telah mencapai babak akhir pada Minggu, 13 September lalu. Juaranya pun telah lahir, PSMS Medan yang mengalahkan Persinga Ngawi 2-1. 

Tapi, setelah turnamen, banyak hal yang belum rampung. Pertama, honor wasit. Belum semua wasit mendapatkan bayarannya. Salah satunya wasit asal Jawa Barat Dadan Suhandra.

Itu terungkap sehari jelang final. Dadan mengatakan bahwa mereka harus keluar biaya sendiri untuk memimpin pertandingan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Kami menunggu, tapi belum dikasih. Ya, harapannya Tim Transisi lebih baik ternyata sama saja, mana katanya perbaikan tata kelola,” kata Dadan.

Belum selesai masalah honor, muncul lagi soal match fee yang belum terbayarkan. Kali ini klub Kalteng Putra, klub yang mencapai perempat finali Piala Kemerdekaan, buka suara.

Melalui salah satu pengurus klub yang meminta tak disebut namanya, terungkap ada utang Rp 125 juta. Uang tersebut seharusnya sudah mereka terima sebagai hak pasca menjalani pertandingan.

Rinciannya, Kalteng Putra belum menerima Rp 50 juta match fee di pertandingan babak penyisihan. Kemudian match fee di perempat final sebesar Rp 75 juta.

“Kami tanyakan, katanya nanti-nanti. Kalau tidak bisa komitmen menyelesaikan jangan gembar-gembor di depan soal profesionalisme. Mana perbaikan tata kelola yang mau dilakukan Tim Transisi? Kasihan pak menteri memilih orang yang salah untuk membantunya memperbaiki sepak bola Indonesia,” jelas dia.

Berdasarkan penelusuran Rappler, ternyata bukan hanya Kalteng Putra yang mengalami masalah seperti ini. Ada juga klub lain yang lolos ke perempat final seperti Perserang, Persiba Bantul, bahkan Persinga juga merasakan hal yang sama.

Ini diperparah dengan belum cairnya hadiah untuk juara milik PSMS Medan yang mencapai Rp 1,5 miliar. Jika membayar Rp 125 juta saja kesulitan, bagaimana membayar kewajiban yang nilainya miliaran?

Meski demikian, saat ini PSMS melalui manajernya, Andry Mahyar, mengaku tak mau pusing dengan cair atau tidaknya hadiah dalam waktu dekat. Yang terpenting, saat ini PSMS menikmati euforia juara yang telah lama dirindukan masyarakat sepak bola Medan.

“Semoga bisa terselesaikan apa yang menjadi kewajiban Tim Transisi, semoga mereka bisa lebih profesional,” tandasnya.

Uang sponsor belum cair

Menjawab semua keluhan itu, anggota Tim Transisi Zuhairi Misrawi mengatakan ada kasus yang berbeda di setiap terlambatnya pembayaran.

Wasit, misalnya. Zuhairi mengklaim sudah membayarkan uang honor kepada asosiasi mereka, AWAPI (Asosiasi Wasit Profesional Indonesia).

“Sudah kami transfer ke asosiasinya,” ucapnya.

Kebijakan tersebut cukup membingungkan. Tim Transisi tidak konsisten. Kepada klub, mereka meminta klub punya nomor rekening sendiri agar mudah mengontrol sudah atau tidaknya uang match fee ditransfer ke klub. Mereka dilarang menggunakan nomor rekening pengurus.

Tapi, untuk wasit, uang malah ditransfer ke rekening asosiasi, bukan wasit yang bertugas. Ini bisa berpotensi korupsi karena harus melalui rangkaian birokrasi asosiasi.

Untuk match fee, Zuhairi meminta klub bersabar selama dua pekan ke depan. 

“Kami uang sponsor belum cair semua. Katanya mau cair setelah event. Kami menunggu pencairan itu,” ujarnya.

Melihat kinerja Tim Transisi, Menpora Imam Nahrawi melalui pesan singkat dari Turkmenistan menegaskan, akan ada evaluasi besar terhadap kinerja tim transisi dan penyelenggara pertandingan.

Apakah sampai nantinya melakukan pergantian Tim Transisi? Informasi yang beredar di lingkungan Kemenpora, ada kemungkinan bongkar pasang anggota Tim Transisi.

“Mereka akan dievaluasi, kami akan terus memonitor. Secepatnya kami lakukan evaluasi menyeluruh,” ujar Imam.—Rappler.com

BACA JUGA: 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!