Bingung, jemaah haji Indonesia curhat ke Menag

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bingung, jemaah haji Indonesia curhat ke Menag

EPA

Jemaah mengeluhkan tidak ada tempat melaporkan keluarga mereka yang hilang dan informasi simpang siur tenang jumlah jemaah yang wafat

JAKARTA, Indonesia—Jemaah haji asal Indonesia di Mina, Arab Saudi, mengungkapkan kegelisahannya pada Menteri Agama Lukman Saifuddin pasca tragedi yang merenggut nyawa 3 peserta haji dari tanah air, Jumat, 25 September. 

Mayoritas jemaah yang berasal dari Kloter 61 Jakarta-Bekasi, menyampaikan kebingungan terkait informasi yang simpang siur terkait korban. Sampai Jumat pagi, 225 jemaah haji asal Indonesia dilaporkan belum kembali ke tendanya di Mina. 192 di antaranya berasal dari kloter JKS 61 ini.

Apa saja keluhan mereka? 

Keluarga hilang, kepada siapa melapor?

“Pengalaman yang traumatik, serba ketidakjelasan, informasi yang simpang siur, dan lain sebagainya, menjadikan mereka butuh tempat orang yang bisa dijadikan tempat untuk curhat. Saya memang dalam posisi seperti itu,” kata Lukman.

Oleh karena itu, Kementerian Agama telah membentuk tim yang bekerja selama 24 jam untuk bisa mendapatkan informasi keberadaan anggota keluarga mereka yang masih hilang.

Berita jemaah wafat simpang siur 

Jemaah kemudian mengeluhkan tentang status wafat dari jemaah yang lain. Kenapa belum ada kepastian hingga hari ini? 

“Untuk menyatakan seseorang itu wafat, harus berdasarkan kesaksian yang bisa dipertanggungjawabkan. Tentu pertanggungjawaban secara medis bahwa seseorang itu memang betul-betul telah wafat,” kata Lukman. 

Menurutnya, informasi terkait jemaah meninggal  tidak cukup mengandalkan pengakuan pihak keluarga bahwa dirinya menyaksikan keluarganya wafat di pangkuan atau di pelukannya tanpa disertai informasi tentang indikasi bahwa yang bersangkutan wafat.  

“Selama tidak bisa dijelaskan indikasinya, maka itu sulit bagi kami untuk mengatakan bahwa yang bersangkutan wafat,” ujar Lukman. 

Data jemaah wafat menurutnya  harus didasarkan pada hasil pemeriksaan petugas kesehatan atau tim medis. 

“Oleh karena itu, pemerintah harus menahan diri menunggu sampai adanya pihak yang memiliki otoritas menyatakan bahwa seseorang wafat atau tidak.” 

Dia menambahkan bahwa kesulitan lainnya disebabkan karena lokasi kejadian di luar negeri, di mana Pemerintah Indonesia tidak memiliki otoritas penuh untuk melakukan langkah-langkah yang dikehendaki. 

“Bagaimanapun juga Pemerintah Saudi Arabia mempunyai regulasi sendiri, punya tradisi, budaya, serta tata caranya tersendiri dalam mengatasi hal-hal seperti ini. Inilah yang menyebabkan kami tidak cukup leluasa, misalnya untuk mengakses informasi di rumah sakit. Itu tidak bisa seperti kalau kita mengakses rumah sakit di tanah air. Ada hal-hal yang menyebabkan prosesnya butuh waktu,” ujar Lukman.

“Kita tetap berupaya semaksimal dan seoptimal mungkin untuk melakukan penyisiran dan penelusuran terhadap sejumlah jemaah kita yang memang belum kembali ke kloternya masing-masing.” —Rappler.com

Ikuti perkembangan tragedi Mina di LIVE BLOG dan dengan like Facebook kami dan follow Twitter @rapplerid.

BACA JUGA

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!