Menganggur di usia 20an? Tak selamanya itu buruk

Ayu Meutia Azevy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menganggur di usia 20an? Tak selamanya itu buruk
Ekonomi terpuruk dan kamu sulit mencari kerja? Menganggur bisa menjadi anugerah buatmu

Usia dua puluhan adalah ibarat usia pertaruhan. Mengapa? Karena masa-masa ini adalah saat di mana kita mencari jati diri dan menentukan pilihan hidup yang kita ingin jalani. 

Di usia ini kita memantapkan pilihan dan mengejar apa yang kita inginkan, baik itu peruntungan dalam percintaan atau karir. Namun, dalam meraih mimpi-mimpi itu akan terdapat segala bentuk kegagalan, yang sifatnya menguatkan.

Ibu kota memang menawarkan banyak peluang bagi tenaga kerja muda yang mau bekerja keras untuk meniti karir dari bawah. Namun di tengah keadaan ekonomi hari ini, dimana satu dollar Amerika menembus kisaran Rp 14.000, beberapa bisnis pun mengurangi jumlah tenaga kerja dan dengan mendepak karyawan-karyawan yang terbilang baru, kemudian menutup pintu peluang bagi calon pekerja. 

Lantas apa yang kalian lakukan apabila terjebak dalam posisi seperti ini?

Menyebalkan memang. Harus memulai dari titik nol dan menjawab pertanyaan seperti, “Sudah dapat kerja di mana? Kegiatan kamu apa?” dari teman-teman, apalagi dari saudara. 

Kadang pertanyaan mereka terdengar subliminal, memberi kesan mengucilkan dan sengaja menonjolkan prestasi mereka — yang mungkin sudah mendapat posisi trainee di perusahaan tambang dan perminyakan, atau calon pendamping hidup yang sukses seperti dokter dan pengacara yang sepuluh tahun lebih tua. 

Kini, pertanyaan “Sudah dapat kerja di mana” terasa jauh lebih menohok dari pertanyaan “Kapan kawin? Mana jodohnya?” 

Lalu, apakah kamu hanya bisa pasrah dengan keadaan ini dan mencap dirimu sebagai “pengangguran”? 

Ini adalah masa liburmu! Kenali dirimu! 

Tidak seharusnya kamu merasa kecil dan mencap dirimu sebagai pengangguran atau “pengangguran banyak acara”. Kenapa kamu harus memberi label buruk terhadap dirimu yang sudah mempunyai prestasi dan pendidikan yang layak? Banyak orang di luar sana yang tidak berkesempatan sama denganmu dan perjuangan hidup mereka lebih berat. 

OK, akan ada orang yang langsung menghakimimu dan memberi gambaran bahwa kamu adalah pengangguran menyedihkan yang cuma bisa menghabiskan uang orangtua. Maka dari itu, kalian harus menujukkan sikap yang benar, bahwa “nganggur” bukan berarti duduk di sofa sambil nonton televisi dan ngemil junk food.  

Tapi “nganggur” adalah sebuah kebebasan yang tidak mereka miliki. 

Ini adalah masa liburmu. Masa sabatikal di mana kamu bisa mencoba sesuatu yang berbeda dan kamu suka untuk menjadi dirimu sendiri, karena sekarang kamu tidak sedang terikat apapun.

Yakinlah, di luar sana di atas gedung-gedung bertingkat ada jiwa yang kebosanan bekerja. Ada jutaan kepala dan energi yang berkoordinasi untuk menuntaskan sebuah tujuan (yang katanya adalah milik) bersama. 

Pasti ada satu-dua teman-temanmu yang terus merengek tentang pekerjaan mereka setiap kali kalian berjumpa — ingin sekali mereka keluar, namun mereka memutuskan untuk bertahan karena satu dan dua hal.

Kebebasan ini adalah hal yang seharusnya kalian syukuri. Namun kebebasan ini jangan dihabiskan begitu saja. Kalau tidak, kamu akan menjadi pengangguran yang benar-benar menghabiskan waktu berjam-jam di depan televisi dengan perut kembung berisi soda.

Isi dengan kegiatan bermanfaat dan tetaplah produktif 

Kalau kamu suka menulis dan ada impian untuk menerbitkan novel, mulailah menabung kata tiap hari. Untuk yang senang berolahraga, tidak perlu takut curi-curi waktu untuk memaksimalkan gym membership kamu, karena kamu bisa jadi sehat sepanjang waktu. Mau hobi mendesain, melukis, menari, mendandani orang lainasah terus kemampuanmu. 

Jangan lupa untuk sering bertemu orang untuk menghilangkan kejenuhan dan membangun jaringan persahabatan. Hadirilah acara-acara atau diskusi publik yang kamu sukai agar kalian selalu termotivasi. 

Jangan mengurung diri di kamar dan memikirkan bagaimana kelanjutan hidup ke depan. Dijamin, yang ada hanya rasa galau dan tidak ada jalan keluar. Murung berlebihan enggak ada gunanya.

Terus bagaimana dengan uang? 

Usiamu sekarang sudah menginjak kepala dua. Itu artinya kamu bukan anak kecil lagi yang bergantung kepada orangtua. Ya, ada beberapa orangtua yang terlalu kaya sehingga uang bukan masalah bagi keturunan mereka — itu cerita berbeda. Tapi, bagaimana pun kondisi keuangan keluargamu, jadilah mandiri dan raih kemapanan sendiri. 

Tidak munafik, kita butuh uang untuk hidup. Namun, kondisi seperti sekarang mengharuskan kita untuk kembali atau lebih bergantung kepada orangtua. Jangan sungkan untuk berkomunikasi dengan mereka dan menceritakan rencana hidupmu selanjutnya — apa yang sedang kamu lakukan sekarang dan prospek-prospek yang ada di pikiranmu. 

Coba dengarkan saran mereka dan berkomunikasi dengan kepala dingin. Mungkin orangtuamu ada gambaran berbeda di kepala mereka, seperti ingin anaknya kerja di perusahaan besar atau mempunyai calon menantu yang kaya raya dan mapan agar masa depan anak kesayangannya terjamin. 

Kalau kamu punya visi dan bertanggung jawab, orangtua pasti akan mendengarkanmu. Intinya, semua orangtua ingin melihat anak mereka sukses dan jadi “orang” — dan yang paling utama, selalu bahagia. Di sini kalian akan belajar bahwa dukungan keluarga sangat kuat, oleh karena itu kalian harus menghargainya dan menjadikan keluarga tempat bersandar…. ketimbang curcol di media sosial. 

Oh, jadi bagaimana kalau traveling? Aku bosan dan mau cari inspirasi… 

Pelajar mancanegara kebanyakan menghabiskan masa sabatikal mereka setelah lulus kuliah dengan berkelana ke penjuru dunia. Mungkin sesuatu hal yang awam untuk dianut sarjana dalam negeri. Bahkan sebelum lulus pun, sudah berburu pekerjaan dan ancang-ancang melamar untuk masuk perusahaan BUMN atau asing yang prestisius. 

Selagi ada minat dan masih punya tabungan, maka berkelanalahuntuk membuka mata kalian dan membawa pulang semangat atau bahkan ide baru.Namun sadar akan penghasilan kalian masih minim atau bahkan non-eksistensial alias kosong! Jadi gunakan uang kalian sebijaknya. Atau kalau kalian mampu, ciptakanlah peluang kalian dengan cara mandiri. Mulai dengan sedikit-sedikit menambah uang saku dengan kerja sambilan. Lagipula semakin banyak pekerjaan yang bisa dilakukan lewat Internet dan dari rumah. 

Cocoknya pekerjaan itu karena kompromi 

Di zaman ini peluang kerja bertaburan, namun kita juga harus dengan cermat menilai mana yang layak untuk kelangsungan karir. Tidak semua memberikan penawaran yang sesuai untuk kebutuhan. Namun, setidaknya kalau mereka belum bisa menawarkan gaji yang wow, pilih perusahaan yang memiliki kontrak ketenagakerjaan yang formal dan jelas, agar kelangsungan karir kalian terjamin. 

Meskipun kita masih muda, kita juga berhak menilai juga tawaran yang diberikan kepada kita. Bukan berarti sombong dan selektif, namun cermat. Karena yang kita inginkan adalah stabilitas. Selain itu kita harus pandai melihat ke dalam diri sendiri untuk menemukan jenis pekerjaan yang cocok untuk minat dan bakat.

Kalau sudah mengincar pekerjaan impian, maka kejarlah atau bersabar sampai ada kesempatan. Tunggu sambil mengisi waktu dengan aktivitas bermanfaat dan berdisiplin. 

Satu lagi… be proud of yourself! 

So no one ever told you life is gonna be this way

Your job’s a joke, you broke, your love life D.O.A

Penggalan awal dari lagu I’ll be There For You dari The Rembrandts yang dikenal juga sebagai soundtrack serial TV Friends ini memang ikonik dan ya, memang betul, kadang kita tidak bisa memprediksi hidup. 

Jadi jangan takut dengan ketidakpastian, justru ini adalah kesempatan untuk menciptakan hari yang lebih baik. Acuhkan dulu prestasi orang lain yang bikin kamu gigit jari, dan sindir-sindiran di luar sana. Jadilah dirimu sendiri dan semua akan baik-baik saja. 

Welcome to adulthood! —Rappler.com

Ayu Meutia adalah penulis independen dan penggiat puisi spoken-word. Kalau tidak berburu buku dan tato temporer, ia menuliskan lamunan di www.adjoemoetia.com danwww.ayumeutia.com.

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!