Menghitung hari-hari terakhir Jose Mourinho di Chelsea

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menghitung hari-hari terakhir Jose Mourinho di Chelsea
Jika tak ada perubahan, dalam sikap dan permainan, mungkin Jose Mourinho akan menjadi korban ketiga panasnya kursi pelatih di Premier League setelah Dick Advocaat dan Brendan Rodgers

JAKARTA, Indonesia — Pelatih asal Italia Carlo Ancelotti pernah diwawancarai majalah Inggris FourFourTwo. Salah satu pertanyaan membahas tentang gaya kepemimpinan seorang pelatih. Ancelotti, yang saat itu manajer Chelsea, mengatakan bahwa pemain tidak bisa terus-terusan ditekan.

“Ibarat kuda, kamu tidak bisa selalu mencambuk mereka. Sebab, suatu saat kamu yang akan mereka tendang,” kata Ancelotti kepada FourFourTwo.

Ancelotti mengatakan itu setelah dia menjuarai gelar juara Premier League pertamanya bersama Chelsea pada musim 2009-2010. Saat itu, Jose Mourinho, manajer Chelsea sekarang, baru menangani Real Madrid.

Tidak ada yang tahu apakah Ancelotti bermaksud menyindir dengan kata-kata itu. Sepanjang karirnya, pelatih yang akrab dipanggil Don Carletto itu juga tak punya musuh. Yang jelas, sekitar tiga musim setelah pernyataan Carletto, Mourinho dipecat dari Real. 

Penyebabnya tak hanya kegagalan di final Copa del Rey 2013 dan finis di posisi kedua Primera Division, tapi juga pemberontakan dari sejumlah pemain. Bahkan, ada pemain yang sampai membocorkan strategi tim ke media.

Beberapa dari mereka menemui Presiden Real Florentino Perez dan meminta pelatih pergi. Pilihannya jelas: pilih Mourinho atau kami.

Perez bersama para pemain. Pelatih asal Portugal itu akhirnya “ditendang” oleh pasukannya sendiri. Para pemain yang kerap dia “cambuk”. 

Di Chelsea, tanda-tanda pemberontakan memang tidak kentara. Tapi Mourinho memang tak berubah. Metode yang sama masih dia terapkan. Dia masih menekan para pemain habis-habisan. Bagi Mourinho, seorang pemain harus mengakui kesalahan dan belajar darinya. Bukan terus menerus mentoleransi performa buruknya. 

Rapor merah para pemain 

Hal itu tampak setelah laga melawan Newcastle United yang berakhir 2-2, pada Sabtu, 26 September lalu.

Pelatih 52 tahun itu menuding sejumlah pemain tampil di bawah standar. “Dari skala 1-10, nilai mereka minus satu!” katanya seperti dikutip The Guardian.

Dia bahkan menuding ada 6 pemain yang bermasalah dalam sikap, komitmen, dan hasrat untuk tampil baik.

”Tidak ada primadona di sini. Semua pemain harus tampil bagus dan jika bermain buruk harus siap dikritik jika berbuat salah.”

Meski dia tidak menyebut nama 6 pemain tersebut, di laga selanjutnya pasca hasil buruk di Newcastle itu, Mourinho tidak membawa 3 pemain saat bertandang ke Porto, yakni Loic Remy, Oscar, dan Radamel Falcao.

Di pertandingan yang berakhir 1-2 tersebut, Mourinho juga mencadangkan Eden Hazard dan Nemanja Matic. Padahal, dua pemain itu hampir pasti selalu sebagai starter di semua laga Chelsea musim lalu.

Puncaknya, di laga melawan Southampton akhir pekan lalu, Nemanja Matic yang masuk menggantikan Ramires di babak kedua, diganti Loic Remy 27 menit kemudian. Ini jelas pukulan telak bagi kredibilitas salah satu pilar utama Chelsea tersebut.

“Saya tidak bermaksud mempermalukan Matic. Dia bermain dan berbuat kesalahan, saya harus langsung menggantinya,” kata Mourinho seperti dikutip Daily Mail

Tak hanya para pemain itu yang menjadi korban disiplin garis keras Mourinho. Kapten John Terry juga ikut dipinggirkan. Dia diganti di babak kedua melawan Manchester City, 16 Agustus lalu, segera setelah Chelsea kebobolan gol Sergio Aguero.

Sejak saat itu, Terry tak lagi dijatah starter.

Dua laga Premier League berturut-turut, melawan Newcastle dan Arsenal, dia dicadangkan. Begitu juga saat Chelsea kalah 1-2 melawan Porto di Liga Champions.

Mourinho baru luluh saat para fans membawa spanduk, “Kembalikan kapten kami.” Dia akhirnya bermain sejak menit awal melawan Southampton, 3 Oktober. Hasilnya, Chelsea tetap kalah 1-3.

Bagaimana reaksi Mourinho?

“Tidak ada primadona di sini. Semua pemain harus tampil bagus dan jika bermain buruk harus siap dikritik jika berbuat salah. Kamu tahu apa ini namanya? Dalam sepak bola, ini yang disebut ‘melatih’,” kata Mourinho seperti dikutip The Guardian.

Bermain api dengan para pemain senior

Gelandang Chelsea Cesc Fabregas (kiri) dan pemain belakang Gary Cahill (kanan) setelah gawang timnya kebobolan gol oleh Southampton dalam pertandingan Liga Inggris di Stamford Bridge, London, pada 3 Oktober 2015. Foto oleh Will Oliver/EPA

Mourinho tidak merasa sikapnya mengkritik habis-habisan pemain senior seperti Terry dan Branislav Ivanovic sebagai sebuah kesalahan.

Dia mengakui, mereka adalah para pemain yang jadi “loyalisnya”. Tapi, bukan berarti mereka tak bisa dikritik. Bahkan di depan para pemain lainnya yang junior.

“Tidak ada pemain yang tak bisa dikritik di depan orang lain. Sebab, tugas saya adalah ‘melatih’,” katanya.

“Ketika saya mengkritik kesalahan bek kanan Ivanovic dan menggantinya dengan Ola Aina, ini adalah pelajaran. Ketika saya mengkritik Gary Cahill dan John Terry dalam rapat tim, mereka jadi tahu keinginan saya. Bahkan saya juga mengkritik Pedro Pedro Rodríguez, pemain yang baru datang beberapa minggu di sini,” katanya.

Di tengah situasi krisis internal tersebut, manajemen Chelsea masih mempercayai Mourinho. Mereka percaya tim akan kembali ke jalur kemenangan di tangan mantan pelatih Inter Milan tersebut. “Kami punya manajer yang tepat untuk mengubah situasi ini,” demikian bunyi pernyataan resmi Chelsea. 

Masalahnya, dalam situasi seperti ini, tak hanya kepercayaan klub yang penting. Kepercayaan dari pemain kepada sang pelatih jauh lebih penting. 

Mourinho bisa jadi bakal terus leluasa menghukum pasukannya yang bermain buruk. Sampai mungkin suatu saat ada beberapa orang yang mengetuk ruangan Roman Abramovich, owner Chelsea, dan memberi pilihan sulit: Anda memilih kami atau Mourinho. —Rappler.com

BACA JUGA: 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!