Anak-anak Salim Kancil dan Tosan dapat beasiswa puluhan juta

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Anak-anak Salim Kancil dan Tosan dapat beasiswa puluhan juta
Salim Kancil dan Tosan selama ini menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Keduanya adalah keluarga petani tak bertanah

JAKARTA, Indonesia — Anak-anak dari korban penganiayaan dan pembunuhan, Salim alias Kancil dan Tosan, akan diberikan beasiswa dari situs penggalangan dana kitabisa.com.

Hingga hari ini, Kamis, 8 Oktober, dana yang terkumpul sudah mencapai hampir Rp 30 juta, lebih dari yang ditargetkan sebesar Rp 20 juta.

Beasiswa tersebut dibuka pertama kali di laman kitabisa.com dengan narasi, “Mari patungan, memberikan beasiswa bagi anak almarhum Salim Kancil dan Pak Tosan yang masih usia sekolah.” 

Penggagasnya adalah lembaga swadaya masyarakat (LSM) Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).

“Kami berharap kawan-kawan netizen berkenan untuk patungan memberikan beasiswa bagi anak-anak korban. Semoga ini bisa sedikit mengobati rasa duka yang bertubi-tubi dialami keluarga belakangan ini,” tulis Walhi di situs tersebut.

Seluruh dana yang terkumpul akan dikelola oleh WALHI untuk diberikan kepada anak Salim dan Tosan.

Salim meninggalkan satu orang anak, Dio Eka Saputra (13 tahun). Sebelumnya diberitakan Dio mengalami trauma akibat harus menyaksikan ayahnya diseret dari rumahnya menuju Balai Desa di mana ia dibunuh oleh puluhan orang.

Sementara Tosan yang kini masih dalam perawatan intensif memiliki tiga orang anak, dua di antaranya masih sekolah. Masing-masing duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Atas dan kelas 5 Sekolah Dasar. 

Salim Kancil dan Tosan selama ini menjadi tulang punggung bagi keluarga mereka. Keduanya adalah keluarga petani tak bertanah, yang selama ini memanfaatkan lahan pasir pantai untuk bertani sawah. 

Mereka juga aktivis tolak tambang di Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Konflik ini bermula ketika Salim, Tosan, dan sejumlah warga desa lainnya menentang penambangan liar di daerah mereka yang merusak penghidupan.

Sejak pasir besi dibongkar hingga lebih 200 truk per hari, menurut Walhi, keluarga Salim dan Tosan akhirnya tak bisa menanam lagi. Sawah-sawah terisi air asin dan tergenang.

Kini, setelah kepergian Salim, keluarga harus menopang kebutuhan tanpa sang kepala keluarga. Kondisi Tosan juga masih kritis di rumah sakit. 

Kamu ingin ikut membantu? Masih ada waktu 4 hari lagi sebelum penggalangan dana ditutup. Jika berminat, bisa kunjungi laman kitabisa.com di sini.—Rappler.com

BACA JUGA

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!