Keluar dari rumah sakit, aktivis tolak tambang Tosan khawatir keselamatan di rumah

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Keluar dari rumah sakit, aktivis tolak tambang Tosan khawatir keselamatan di rumah
Menurut LPSK, pengamanan terhadap Tosan akan lebih sulit di rumah. Tak menutup kemungkinan ada pihak yang sengaja ingin celakai aktivis tolak tambang ini

MALANG, Indonesia – Kondisi aktivis tolak tambang Tosan yang dianiaya beberapa waktu di Lumajang lalu kini sudah membaik dan diizinkan keluar dari rumah sakit. Namun ia khawatir akan keselamatan dirinya jika kembali ke rumahnya.

Sejak Senin, 12 Oktober, Tosan dinyatakan telah membaik dan diperbolehkan keluar dari Rumah Sakit Saiful Anwar di Malang. Namun, pihak dokter masih menunggu rekomendasi dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) serta kepolisian tentang jaminan keamanan bagi Tosan saat perjalanan pulang dan ketika berada di kediamannya di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

“Kondisi saya sehat. Saya hanya ingin pulang,” kata Tosan, Senin.

Pada Senin siang, ia keluar dari ruangan ICU dan dipindahkan ke kamar rawat inap. Mengenakan kaos hitam dan sarung, ia menebar senyum kepada awak media yang menunggu di luar ruangan.

Kepada wartawan ia mengaku masih mengkhawatirkan keselamatannya. “Saya hanya mau dalam perjalanan pulang aman. Sampai di rumah juga aman,” katanya.

Ia mengatakan dirinya tak sabar untuk segera pulang dan bertemu dengan aktivis-aktivis lain di kampungnya. Ia berharap kejadian yang menimpa rekannya, Salim alias Kancil yang dibunuh pada 26 September, tak menyurutkan semangat pemuda desa lain dalam memperjuangkan kebenaran.

“Saya pantau terus karena perjuangan ini tak boleh sia-sia. Kasihan Salim Kancil. Saya harus bimbing pemuda dan membuang pemikiran yang kolot,” kata Tosan.

Sebelumnya Tosan dan Salim dianiaya oleh sekelompok orang yang mendukung penambangan ilegal di Desa Selok Awar-Awar. Naas bagi Salim, ia tewas di Balai Desa dan mayatnya ditinggalkan di jalan menuju depan pemakaman. Sedangkan Tosan harus menjalani perawatan di ICU selama berminggu-minggu.

Pria berusia 52 tahun itu berharap kejadian serupa tak terulang lagi dan penambangan liar di daerahnya segera dihentikan karena merusak lingkungan.

“Inginnya tambang kayak di rumah itu jangan sampai ada lagi. Itu merusak lingkungan,” kata Tosan.

Meski demikian, ia meminta maaf kepada media dan kepada warga desa lainnya bahwa hasil perjuangannya selama ini belum mencapai maksimal.

“Saya terima kasih atas dukungan semua. Saya minta maaf ini kemampuan saya membela negara. Saya bangga ada sampeyan semua,” ujarnya. 

Ditakutkan masih ada orang yang ingin mencelakai

TETAP SEMANGAT. Tosan menyapa wartawan di ruang rawat inap di rumah sakit di Malang, 12 Oktober 2015. Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

Menurut tim dokter rumah sakit, kondisi Tosan sudah membaik. Saat ini ia tak lagi diharuskan mengenakan alat bantu pernafasan dan alat bantu makan.

“Masih sedikit lemah, tetapi fisiknya sudah bagus. Obat hanya yang dimakan, tidak ada injeksi,” kata Kepala Instalasi rawat inap RSSA dr. Muhammad Niam, Senin.

Saat dilarikan ke rumah sakit, lambung Tosan robek sepanjang 10 cm. Namun setelah menjalani operasi, dokter mengatakan fungsi tubuh Tosan sudah berfungsi baik kembali.

Sementara itu, LPSK masih merumuskan rekomendasi perihal kepulangan Tosan.

“Kami masih menunggu kepastian tentang keinginanTosan pulang atau tidak,” kata Wakil Ketua LPSK Lili Pintauli, Senin.

Lili mengkhawatirkan kondisi Tosan yang akan lebih lelah ketika berada di rumah. Ditakutkan kunjungan tamu atau wartawan akan berdampak buruk bagi kesehatannya.

“Kalau pulang dia dilarang menerima tamu, teman, saudara, termasuk wartawan. Kesehatan lebih penting, ini bukan apa-apa, demi kesehatan dia dan kepentingan memberikan keterangan pada penyidik,” kata Lili.

Menurutnya, pengamanan pada Tosan akan lebih sulit dilakukan ketika di rumah. LPSK juga tidak menutup kemungkinan akan ada pihak yang sengaja ingin mencelakai Tosan. 

“Kalau di rumah tidak tahu memilah siapa teman, orang asing atau jangan-jangan ada orang yang ingin menghilangkan nyawa dia,” ujar Lili.

Polisi telah menetapkan 38 orang menjadi tersangka dalam kasus penganiayaan terhadap Tosan dan Salim Kancil, dan keterlibatan mereka dalam penambangan ilegal di Lumajang. Kepala Desa Selok Awar-Awar Haryono merupakan salah satu tersangka.

—Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!