3 alasan untuk datang ke pameran Jalur Rempah di Museum Nasional

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

3 alasan untuk datang ke pameran Jalur Rempah di Museum Nasional
Pameran Jalur Rempah diadakan di Museum Nasional 18-25 Oktober 2015

 

JAKARTA, Indonesia — Sejarawan JJ Rizal menjelaskan bahwa masyarakat dunia lebih dulu mengenal mengenal istilah Jalur Sutera untuk menjelaskan jalur perdagangan utama dunia yang menghubungkan negara-negara di timur dengan barat.  

Padahal, sutera hanya salah satu komoditas, dan justru rempah-rempah yang menjadi komoditas utama dalam jalur perdagangan tersebut. 

Kemashyuran rempah-rempah Indonesia sudah tercatat di banyak manuskrip kuno sebagai bagian penting dalam pembentukan peradaban dunia. Rempah-rempah Indonesia juga menjadi salah satu komoditas penting dalam jalur perdagangan bahkan sejak zaman kejayaan kerajaan-kerajaan besar di dunia. 

Pekan lalu, rempah-rempah asal tanah air dipamerkan di Frankfurt Book Festival 2015 dan membuat pengunjung antri untuk mencicipinya lewat masakan. 

Kali ini ada acara serupa yang menggali potensi rempah tanah air. Tepatnya di Museum Nasional, Jakarta Pusat, diselenggarakan pameran Jalur Rempah selama sepekan, dari 18 hingga 25 Oktober 2015. 

Apa saja yang bisa ditemui di pameran Jalur Rempah?  

Sejarah rempah dari Sabang sampai Merauke

Sejarah Rempah yang ditulis oleh Jack Turner yang mengutip katalog seorang saudagar dari Florence, Italia, Fransesco Balducci Pegolotti yang mencatat 188 jenis rempah.

Di antara semuanya, cengkeh (Syzgium aromaticum) dan pala (Myristica fragans) — termasuk bunganya — adalah rempah-rempah yang memiliki daya tarik tinggi dan bernilai lebih dari emas.

Hingga abad ke-18, dua jenis rempah ini hanya tumbuh di pulau-pulau kecil di barat Halmahera: Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan. Cengkeh dan Pala juga tumbuh di pulau Banda. 

Jalur rempah di Indonesia bisa ditelusuri dari Barus, sebuah kota kecil di pantai barat provinsi Sumatera Utara, yang memproduksi Kaput atau Kampur, yang kerap disebut di banyak manuskrip kuno. 

Kemashyuran rempah-rempah Indonesia berlanjut ketika Kerajaan Sriwijaya dan Banten mencapai puncak kejayaannya sebagai pusat perdagangan rempah-rempah.

Kejayaan perdagangan di pulau Jawa dan Sumatera kemudian mendengungkan Maluku sebagai pusat penghasil rempah dan telah berperan penting dalam arus perdagangan rempah-rempah dunia.

Rempah-rempah Maluku pula yang telah memberikan kesejahteraan bagi para pedagang Arab pada masa kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, Irak, yang juga menginspirasi cerita Sinbad and His 7 Seas Adventures.

Tak hanya pedagang Arab, bangsa Eropa — termasuk Portugis, Spanyol dan Belanda — masuk ke Nusantara untuk mencari rempah-rempah. Akhir dari pencarian rempah-rempah oleh bangsa Eropa ini adalah kolonisasi Belanda di tanah air. 

Pendiri Yayasan Bina Museum Indonesia Yusuf Wanandi mengatakan, pameran Jalur Rempah ini akan menangkap semua jejak sejarah dan perdagangan rempah-rempah di Indonesia dan dunia.

Sekaranglah saatnya mempelajari warisan rempah dari Sabang-Merauke. 

Perahu Rempah 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan melubangi bagian kapal yang akan dijadikan sebagai pusat kendali kapal pada pembukaan Jalur Rempah di Museum Nasional, Minggu, 18 Oktober. Foto oleh panitia Jalur Rempah

Perahu nusantara marak digunakan di zaman perdagangan rempah atau sebelum abad ke 17. Perahu ini dibuat di Desa Pembusuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Jenisnya adalah Padewakang.

Hasil riset ilmiah tentang perahu nusantara, relief di Candi Borobudur, temuan bangkai perahu yang berasal dari ratusan tahun yang lalu, dan pengetahuan pembuatan perahu menjadi dasar menyusun desain perahu ini. 

Kapal ini dibawa ke Jakarta khusus untuk dipamerkan selama pameran Jalur Rempah di Museum Nasional.

Mau tahu lebih jauh? Datang dan pelajari bentuknya di pameran ini. 

Mendatangkan koki Rahung Nasution 

Bagi penggemar kuliner nusantara, pasti sudah tak asing dengan Rahung Nasution. Ia bukan koki biasa, ia adalah tukang masak yang mengagungkan cita rasa Indonesia terutama rempah. 

Temuan-temuannya tentang resep masakan nusantara bisa dilihat di Instagramnya.  

Tapi kalau bisa mencicipi masakannya kenapa tidak?

Karena selain pameran, pagelaran ini juga akan menyuguhkan beberapa diskusi seputar rempah, pertunjukan seni dan fine dining bertemakan masakan Indonesia bersama koki Rahung. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!