Kesenjangan digital antara perempuan dan laki-laki masih tinggi di Indonesia

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kesenjangan digital antara perempuan dan laki-laki masih tinggi di Indonesia
Di Indonesia, belum ada kebijakan TIK, maupun rencana pita lebar nasional, yang menyebutkan secara khusus tentang gender atau promosi akses perempuan kepada internet dan TIK"

  

JAKARTA, Indonesia — Perkembangan teknologi yang pesat dan menjamurnya ponsel cerdas di Indonesia ternyata belum cukup mendorong perempuan untuk mengakses internet dan memberdayakan perempuan dengan teknologi. 

“Masih panjang jalan yang harus ditempuh sebelum seluruh masyarakat Indonesia bisa memanfaatkan potensi TIK (teknologi informasi komunikasi) secara maksimal. Jalan tersebut bahkan lebih panjang bagi anak perempuan dan perempuan warga penghasilan rendah di kota. Di Indonesia, belum ada kebijakan TIK, maupun rencana pita lebar nasional, yang menyebutkan secara khusus tentang gender atau promosi akses perempuan kepada internet dan TIK,” ujar Wakil Direktur ICT Watch, Widuri, dalam rilis yang diterima Kamis, 22 Oktober. 

Kurangnya akses dan penggunaan TIK pada perempuan dapat dilihat dari temuan penelitian, di mana kurang dari 30 persen pengguna internet perempuan menggunakan internet untuk mencari informasi penting tentang hak mereka (hak kesehatan, reproduksi, dan hukum). 

Namun, separuh pengguna internet perempuan telah menggunakan internet untuk mencari kerja. Hal ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki internet untuk membantu pemberdayaan ekonomi perempuan. 

Oleh karena itu, Widuri berharap pemerintah dapat menerapkan target-target konkret untuk akses perempuan terhadap internet dan TIK. 

“Pemerintah perlu terus meningkatkan inisiatif pendidikan publik untuk meningkatkan literasi digital melalui program-program pelatihan dan pembangunan kapasitas,” katanya.

Penelitian ini didasarkan pada survei terhadap ribuan warga miskin perkotaan baik laki-laki maupun perempuan di sembilan negara berkembang, termasuk Jakarta di Indonesia.

Di seluruh kota yang diteliti, para perempuan yang disurvei mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan dan tingginya biaya merupakan dua hambatan terbesar bagi mereka untuk mengakses internet. 

Dibandingkan laki-laki, perempuan berpeluang 1,6 kali lebih tinggi mengatakan bahwa penghambat mereka dalam mengakses internet adalah kurangnya pengetahuan. Selain itu, harga satu gigabyte data setara dengan 76 persen pendapatan bulanan masyarakat di garis kemiskinan di negara-negara yang diteliti. 

Menurut penelitian tersebut, akses perempuan terhadap pendidikan adalah salah satu faktor utama yang menentukan tingkat penggunaan internet oleh mereka. 

Dengan asumsi variabel lainnya tetap, perempuan miskin kota dengan tingkat pendidikan setidaknya SMP enam kali lebih mungkin mengakses internet dibandingkan perempuan miskin kota dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. 

Kota-kota dengan tingkat kesenjangan gender dalam pendidikan yang tertinggi seperti Nairobi (Kenya), Kampala (Uganda), Maputo (Mozambique), dan Jakarta (Indonesia) juga merupakan tempat-tempat di mana terdapat kesenjangan gender tertinggi dalam akses internet, sementara kesenjangan gender dalam akses internet telah berkurang di kota-kota di mana tingkat pendidikan perempuan melebihi laki-laki (New Delhi, India, dan Manila, Filipina).  — Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!