Doa Asep sedunia untuk korban asap di Indonesia

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Doa Asep sedunia untuk korban asap di Indonesia
Malu punya nama Asep? Jangan, karena ratusan pria bernama Asep memiliki tujuan mulia untuk bantu korban bencana asap

BANDUNG, Indonesia — Ratusan orang bernama Asep memanjatkan doa bagi para korban asap yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, bahkan hingga ke negara tetangga. 

Hal itu dilakukan di tengah penyelenggaraan Konperensi Asep-Asep (KAA) di sebuah kafe di Bandung, Minggu, 25 Oktober.

Doa yang dipimpin oleh motivator Asep Ridrid Karana itu diikuti oleh seluruh peserta dengan penuh kekhusyu’an. Mereka berdoa agar asap segera pergi.

“Semoga seluruh korban asap dibebaskan dari bencana asap yang menyakitkan,” kata Asep Ridrid Karana.

Presiden Paguyuban Asep Dunia (PAD), Asep Kambali mengatakan doa itu dipanjatkan sebagai tanda keprihatinan terhadap kabut asap yang masih terjadi.

“Tadinya malah mau melakukan penggalangan dana, tapi nantinya malah blunder karena kami belum siap, belum punya rekening atas nama Paguyuban Asep, masih rekening bersama,” kata Asep Kambali.

Namun sesuai visi dan misi di bidang sosial kemasyarakatan, PAD telah menyiapkan sejumlah program yang namanya mengambil dari dunia pewayangan. Terkait dengan kabut asap, ada program Arjuna yang merupakan singkatan dari Asep Rescue Terjun ke Bencana.

“Kebetulan saya sendiri terakhir ini fokus ke lokasi bencana asap. Rencana ke depannya Paguyuban Asep ini akan turun melawan asap,” kata Ketua Program Sosial PAD Asep Beny yang memakai kaos hitam bertuliskan “Asep melawan Asap”.

Meski belum menjadi program resmi PAD, namun Asep Beny menuturkan relawan bernama Asep telah banyak yang turun ke lokasi kabut asap.

“Ada tujuh nama Asep yang menjadi relawan di Dompet Dhuafa,” kata Asep Beny yang juga menjabat sebagai Director Disaster Management Center Dompet Dhuafa.

Selain Arjuna, program sosial yang akan dijalankan PAD adalah Kurawa (Kurban Asep untuk Warga), Badranaya (Bantuan Darurat Keur Asep Jeung Baraya), dan Pandawa (Pendidikan dari Asep untuk Warga).

“Yang Kurawa dan Badranaya udah running dari 2012,” ujar Asep Beny.

Menurutnya, Konperensi Asep-Asep yang digelar pertama kalinya ini menjadi momentum untuk mengampanyekan kegiatan sosial dan mengingatkan kepada semua untuk peduli terhadap korban asap.

KAA demi lestarikan nama Asep

Dua orang bernama Asep berfoto di photo booth yang disediakan panitia. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Sedikitnya 150 orang bernama Asep dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul untuk menghadiri Konperensi Asep Asep (KAA) di Bandung. 

Mereka datang tidak hanya dari Bandung, tapi Bali, Palembang, Bontang, dan Pangkal Pinang. 

Acara itu dihadiri oleh Asep Uneng Mas’ud (72 tahun) yang merupakan perserta dengan nama Asep tertua dan Asep Riyadi (17) sebagai peserta termuda. 

Selain itu, hadir pula Asep Sugiarto dari Tegal dan Asep Yulianto warga Palembang. Uniknya, kedua orang itu tidak bisa berbahasa Sunda, padahal nama Asep identik dengan suku Sunda.

“Ini sebagai bukti nama Asep menyebar dari Sabang sampai Merauke,” kata Perwakilan Original Record Indonesia (ORI) Budi Rustandi.

“Saat ini nama Asep sudah jarang diberikan oleh orang tua sebagai nama kepada anaknya. Untuk itu nama Asep perlu dilestarikan.”

Karena itu, ORI memberikan penghargaan untuk tiga kategori, yakni pertemuan dengan nama Asep terbanyak, paguyuban terunik, dan memainkan angklung dengan nama Asep terbanyak.

Asep Kambali menyatakan tujuan dibentuknya Paguyuban Asep Dunia bukan untuk mengeksklusifitaskan orang-orang bernama Asep, melainkan agar nama yang diambil dari kata kasep (ganteng) itu tidak punah. Saat ini, orang tua lebih memilih nama yang kebarat-baratan atau kearab-araban untuk anaknya.

“Kami, para pendiri PAD, menyadari bahwa saat ini nama Asep sudah jarang diberikan oleh orang tua sebagai nama kepada anaknya. Untuk itu nama Asep perlu dilestarikan, karena tidak saja identik dengan nama orang Indonesia tapi juga menunjukkan identitas Sunda,” kata Asep  Kambali.

Ia juga melihat banyak yang tidak percaya diri dengan nama Asep. Terbukti banyak yang menyingkat namanya.

“Disingkat jadi A titik apa. Saya harap dengan adanya paguyuban ini akan terjalin komunikasi antara Asep dan akan menumbuhkan sikap kepercayaan diri,” ujarnya.

Paguyuban Asep Dunia berawal dari sebuah grup di Facebook “How Many Asep Are There In Facebook?” yang dibuat oleh Asep Iwan Gunawan pada 2008. Saat ini grup tersebut telah beranggotakan 3.000 orang bernama Asep di seluruh dunia.

“Anggota kita ada di mana-mana. Sampai Kairo juga ada yang bernama Asep Rival Munawar, dia ketua Paguyuban Asep di sana,” ungkap Asep Iwan Gunawan, yang saat ini menjabat sebagai Pembina PAD.

Pada 1 Agustus 2010, grup di Facebook itu diresmikan menjadi sebuah komunitas yang berlanjut pada diselenggarakannya Konperensi Asep-Asep di 25 Oktober 2015 ini.

“Konperensi ini terinspirasi dari Konferensi Asia Afrika yang telah membawa perubahan bagi dunia. Oleh sebab itu Konperensi Asep-Asep ini diharapkan dapat membawa perubahan positif seperti Konferensi Asia-Afrika,” kata Asep Kambali yang berharap akan menjadikan acara Konperensi Asep Asep rutin digelar setiap tahun.

Komunitas yang menyatukan orang dengan nama yang sama tidak hanya Paguyuban Asep Dunia, tapi juga ada Paguyuban Sugeng yang anggotanya telah mencapai 5.000 orang, Paguyuban Endang di Yogyakarta, dan Wanoja yakni paguyuban perempuan dengan nama Euis.

“Ini luar biasa keberagaman itu harus kita jaga, warna itu harus dipelihara, karena pelangi itu indah,” ucap Asep Kambali. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!