Petugas pemadam kebakaran: Bertaruh nyawa memadamkan bara

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Petugas pemadam kebakaran: Bertaruh nyawa memadamkan bara
Api terus bergerak, lebih cepat dari air yang mereka semprotkan ke semak belukar

 

PALANGKARAYA, Indonesia—Sekelompok anak muda ini seharusnya duduk manis di bangku kuliah. Tapi sejak Juni lalu, mereka tak bisa belajar dengan tenang. Hutan yang terbakar dan kabut asap menjadi santapan sehari-hari.

Menurut Komandan Tim Pemadam Kebakaran Serbu Api Kelurahan Bukit Tinggal, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, I Wayan Bimo Seno mahasiswa serbu api mengabdikan diri mereka untuk membantu memadamkan api. 

“Umur mereka masih 20-an,” kata Wayan saat ditemui Rappler, Selasa, 27 Oktober di lahan yang masing mengepulkan asap tebal di Palangkaraya. 

Photo by Febriana Firdaus/Rappler

Ia sibuk memantau sekumpulan anak muda tersebut menggunakan alat komunikasi HT. “Awas itu masih nyala,” katanya berteriak di depan HT. 

Ia seperti seorang bapak yang cerewet pada anak-anak laki-lakinya. “Bukan apa mbak, anak buah saya pernah terjerambab kakinya di lahan gambut dan terbakar, jadi saya harus ingatkan mereka,” kata Wayan. 

Untuk menjadi seorang pemadam kebakaran, kata Wayan, mereka harus dibekali dengan pengamanan khusus, selain kondisi yang prima. 

Photo by Febriana Firdaus/Rappler

Misal memakai sepatu bot. “Sepatu itupun masih bisa terbakar,” katanya. Karena itu, sepatu tersebut diisi air. 

Lalu kapan mereka beristirahat? “Hanya waktu tidur saja. Bagaimana kami bisa istirahat? Tiap jam ada panggilan kebakaran,” kata dia. 

Tapi anak-anak muda ini, kata Wayan, tak pernah mengeluh. Mereka terus bekerja memadamkan api dan berganti lokasi tiap jam. Sejak pagi hingga malam. “Ya beginilah kami, tidak istirahat,” katanya.

Sementara itu, sekelompok anak muda tersebut menentang selang yang berukuran lebih dari 500 meter. Selang tersebut mengalirkan air hingga 5000 liter. 

Seorang pemadam tak akan bisa menentengnya sendirian. Pekerjaan ini butuh kerjasama. 

Photo by Febriana Firdaus/Rappler

Saat Rappler mengamati sang petugas, selang tersebut ditenteng oleh setidaknya tiga petugas pemadam kebakaran. Mereka tidak sendiri, didampingi dua orang tentara yang juga berkomunikasi lewat HT dengan komandan tim damkar. 

Keringat membasahi dahi mereka, tangan dan kaki mereka bukan lagi berwarna coklat sawo matang, tapi hitam seperti dilukis arang. 

Mereka harus hati-hati melangkah, karena lahan gambut yang empuk dan masih bertabur ranting yang hangus bisa menyimpan api yang tak kelihatan. 

Photo by Febriana Firdaus/Rappler

Di sisi lain, api terus bergerak, lebih cepat dari air yang mereka semprotkan ke semak belukar. Panas dan pengap karena asap. 

Mereka bertaruh nyawa. 

Sesekali mereka berseloroh dan tertawa. Entah apa yang mereka tertawakan, mungkin api yang tak kunjung padam. —Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!