Mengenal penerima Bung Hatta Anti-Corruption Award 2015: Yoyok Riyo Sudibyo

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengenal penerima Bung Hatta Anti-Corruption Award 2015: Yoyok Riyo Sudibyo
Yoyok dikenal keras dan suka mendamprat bawahannya

JAKARTA, Indonesia—Tak banyak yang mengenal Bupati Batang, Jawa Tengah, Yoyok Riyo Sudibyo. Tapi namanya cukup tenar di Provinsi Jawa Tengah. 

Menurut data penyelenggara Bung Hatta Anti-Corruption Award, ibunda Yoyok adalah pedagang di Pasar Bawang yang memiliki rumah di depan pasar. 

Ketika terpilih menjadi Bupati Batang pada 2012, Yoyok berjalan kaki dari Batang ke Bawang yang jaraknya sekitar 20 kilometer. Sepanjang perjalanan dia bersalaman dengan seluruh pendukung yang setia menanti di pinggir jalan. 

Perjalanan dimulai malam hari dan beliau baru tiba di Bawang jam 7 pagi. Beberapa jam kemudian, Yoyok berbicara kepada masyarakat Batang dan pendukungnya di atas panggung yang didirikan di depan rumah ibunya. 

Di Pemilu Kepala Daerah 2012, Yoyok menang telak dengan perolehan di atas 90 persen, mengalahkan dua pasang kandidat. 

Yoyok yang pensiun dini dari karier militernya, menjadi pedagang baju yang sukses dan memiliki banyak distro di beberapa kota, seperti di Bandung, Jakarta, Pekalongan, Purwokerto, dan Papua. Kota terakhir merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar yang menjadikan Yoyok sukses sebagai pengusaha jual beli baju. 

Ia dikabarkan, sebelum menjabat sebagai bupati, sudah memiliki rumah di Jakarta hasil dari usahanya tersebut.

Prestasi birokrasi Yoyok

Di awal kepemimpinannya Yoyok melakukan beberapa terobosan, yaitu:

  • Membuat Surat Pertanyaan Bupati Batang tidak meminta proyek dengan mengatasnamakan pribadi, keluarga, atau kelompok
  • Membuat Pakta Integritas Pelaksana Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pencegahan dan pemberantasan Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) serta transparansi dan akuntabilitas penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
  • Melakukan kerja sama dengan Transparency International Indonesia
  • Melakukan reformasi birokrasi bersama Lembaga Swadaya Masyarat dan masyarakat
  • Mengadakan Festival Anggaran. Seluruh perencanaan anggaran secara transparan dipajang selama pameran tiga hari, termasuk menanyakan sisa anggaran di rekening tiap suku dinas. 
  • Sistem satu pintu dalam pembuatan perizinan tanpa pungli 
  • Pengadaan lelang dan tender tanpa pungutan
  • Eksperimen Pilkada ala Yoyok. Yoyok melakukan eksperimen di tiga desa, yakni: Desa Kemiri, Kecamatan Subah; Desa Surjo, Kecamatan Bawang; Desa Kalasari; Kecamatan Blado. Kabupaten memfasilitasi desa untuk melakukan pemilu kepala daerah yang bebas politik uang. Secara umum eksperimen ini bisa dikatakan berhasil, namun hanya satu desa yang melakukan pilkada dengan dua calon kepala desa. Dua desa lain hanya memiliki satu calon.
  • Yoyok juga membentuk Tim Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di lingkungan Pemerintah Kabupaten Batang. Tim ini berfungsi seperti UKP4 (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan ) yang dibentuk mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tim yang berada di bawah pengawasan bupati langsung ini terdiri dari sekretaris daerah, kepala bagian yang merupakan satuan kerja perangkat daerah, asisten III bupati, dan wakil bupati.
  • Berhubungan langsung dengan masyarakat. Di bawah tim UKP4 ala Yoyok terdapat unit yang terjun langsung di lapangan. Keluhan masyarakat terhadap pelaksanaan pemerintahan kabupaten dapat disampaikan dan ditindaklanjuti secara langsung oleh tim ini. Baik melalui pesan singkat, telepon, maupun website. Hal yang biasa menjadi permasalahan mereka adalah mengenai kesehatan, pendampingan masyarakat berkasus, pendidikan. 
  • Menolak membeli mobil dinas. Penghematan yang dilakukan Yoyok antara lain dengan tidak mau membeli mobil dinas dan menggunakan mobil pribadi, tidak menggunakan patroli pengawal, tiap acara pemerintahan konsumsi yang diberikan selalu singkong dan kacang rebus. Pada tahun pertama anggaran penghematan tersebut mencapai Rp 5 – 6 miliar. Tiap pagi, bupati lari pagi di sekitar rumah dinas atau menaiki motor bersama ajudannya dan berkeliling Batang.

Dikenal keras dan disiplin

Menurut temuan Bung Hatta Award, Yoyok sering dikritik karena sikap dan kata-katanya yang kasar, karakter yang tersisa dari dinas tentaranya. 

Aparat pemerintahan di tingkat kecamatan dan kelurahan juga sering menerima dampratan Yoyok atas kebijakan-kebijakan yang menurut Yoyok tidak efektif dan efisien, tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 

Pintu Yoyok terbuka untuk masyarakat

Di masa kepemimpinannya, rumah dinas Bupati menjadi tempat terbuka yang bisa didatangi siapa saja. Gazebo yang terletak di halaman sering digunakan masyarakat untuk beristirahat dan melakukan pertemuan. 

Masyarakat juga dibebaskan untuk bermain di halaman rumah bupati karena pagar selalu terbuka. Jika ingin bertemu langsung dengan Yoyok, masyarakat juga bisa langsung melakukannya tanpa izin berbelit-belit. 

Tim Bung Hatta Award pun berhasil masuk ke dalam halaman rumah bupati dan memotret mobil yang ada di halamannya tanpa banyak ditanya oleh petugas penjaga. Mobil yang tersedia di sana hanyalah Toyota Avanza.

Efisiensi anggaran

Pada 2012, terjadi lonjakan peningkatan pendapatan daerah sampai Rp 14,4 miliar dibanding tahun sebelumnya. Sementara, efisiensi belanja pegawai berhasil ditekan sampai  Rp 42,4 miliar, dan efisiensi pengadaan barang jasa sampai Rp 21,3 miliar. 

Bahkan, selama satu tahun lebih pemerintahannya, terjadi peningkatan nilai aset Pemkab sampai Rp 347,2 miliar. Dana-dana tersebut dikembalikan lagi untuk pembangunan bagi masyarakat.

“Kami juga berhasil meningkatkan jumlah paket lelang elektronik yang signifikan. Dari 87 paket pada 2011 menjadi 240 di 2012. Atau terjadi efisiensi sampai Rp 9,66 miliar (9,14 persen) dan itu masuk ke kas daerah,” katanya pada tim Bung Hatta Anti-Corruption Award.  

Karena prestasinya itu, Yoyok berhasil mengantarkan Pemerintah Kabupaten Batang meraih penghargaan ISO 27001:2013 dari lembaga ACS Registrars Indonesia untuk Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) lelang barang dan jasa. —Laporan dari tim Bung Hatta Award/Rappler.com

BACA JUGA

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!