Philippine volleyball

Percayalah hidup itu indah: Sebuah pesan untuk kaum LGBT di Indonesia

Amahl S. Azwar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Percayalah hidup itu indah: Sebuah pesan untuk kaum LGBT di Indonesia
Penulis ingin membantu teman-teman LGBT yang tengah perjuangkan hak-hak mereka di Indonesia

 

Ketika Rappler pertama kali meminta saya untuk secara rutin mengirimkan tulisan untuk kolom LGBT, jujur diri ini sempat merasa enggan.

Bukan apa-apa, belakangan ini saya memang sempat memutuskan untuk “menarik diri” dari jejaring sosial sekaligus “puasa” membaca segala berita yang hanya membikin depresi.

Posisi saya sekarang mungkin sedikit beruntung karena di Tiongkok tempat saya bermukim sekarang, media-media sosial seperti Twitter dan Facebook diblokir pemerintah Negeri Tirai Bambu sehingga saya tidak perlu “setiap hari” menengok Internet.

Benar saja. Begitu saya menyalakan VPN untuk kembali membaca berita-berita mengenai LGBT di Tanah Air, saya langsung ingin mematikan laptop dan berjemur di pantai — yang mana sedikit utopis mengingat sekarang memasuki musim dingin.

Kabar-kabar yang ada, mulai dari serial CONQ yang kini “hilang” dari peredaran setelah muncul berita-berita miring tentang karya Lucky Kuswandi, ribut-ribut pernikahan pasangan gay di Bali, sampai Aceh yang kini melegalkan hukuman cambuk bagi mereka yang tertangkap basah berhubungan sesama jenis — berita yang terakhir benar-benar mengurut dada sebab saya dilahirkan di provinsi tersebut (sekalipun tidak besar di sana).

Belum lagi berbagai kalimat-kalimat negatif tentang LGBT yang berseliweran di dunia maya yang membuat saya semakin capai dan malas untuk ikut bersuara. Saya tahu apa pun yang saya katakan pada nantinya tetap akan menuai komentar sumbang.

Namun, setelah mempertimbangkan masak-masak, saya kemudian menyadari: Apa yang saya tuliskan barangkali juga akan dibaca teman-teman LGBT yang kini tengah memperjuangkan hak-hak mereka.

Percayalah, kepada teman-teman LGBT di Indonesia, untuk tetap tenang dan tidak terbawa suasana yang keruh. Hak-hak kalian sebagai warga negara Indonesia juga akan dihormati.

Mereka yang terus berkarya sekalipun apa yang mereka lakukan mendapat cibiran dan tidak diapresiasi sama sekali. Mereka yang terpaksa memakai topeng pada keseharian mereka supaya dapat menjalani hidup dan, pada prosesnya, semakin kehilangan jati dirinya sendiri.

Mereka yang harus membaca unggahan-unggahan dari teman atau bahkan keluarga mereka sendiri di laman Facebook tentang betapa kaum LGBT merusak moral bangsa dan dilaknat Tuhan.

Mereka yang tidak bisa berdiskusi tentang LGBT di ruang publik sebab dilarang oleh pihak-pihak tertentu dan pihak-pihak tertentu yang seharusnya mampu membela hak-hak mereka tidak berbuat apa-apa selain melakukan pembiaran.

Mereka yang tidak bisa bersuara lantang sebab apa yang terkonsumsi setiap hari hanyalah cacian, makian, dan hinaan yang membuat mereka merasa diri mereka kecil dan tidak berarti.

Saya berkata kepada diri saya sendiri: Kenapa saya tidak memusatkan perhatian saya kepada mereka?

Apabila saya bisa rutin menulis tentang LGBT dan dibaca oleh segelintir orang dan mereka bisa memperoleh keteduhan walaupun sedikit, bukankah itu lebih penting daripada saya membuat tulisan yang “marah” dan membuat suasana semakin keruh?

Maka, di tulisan saya yang “pertama” ini, saya ingin menyampaikan beberapa pesan yang barangkali terdengar klise, tetapi saya rasa ini penting untuk kembali dikatakan.

Percayalah, kepada teman-teman LGBT di Indonesia, untuk tetap tenang dan tidak terbawa suasana yang keruh. Percayalah, pada akhirnya, hak-hak kalian sebagai warga negara Indonesia juga akan dihormati.

Percayalah, pada akhirnya, karya-karya kalian akan dikenang dan tidak seorang pun, termasuk pembenci LGBT, yang dapat membuat orang-orang melupakan karya kalian. Apalagi apabila karya kalian memang datang dari hati.

Percayalah, pada akhirnya, akan lebih baik untuk melepas topeng kalian dan menjadi diri kalian sendiri. Sebab mereka yang berarti tidak akan peduli tentang siapa diri kalian yang sebenarnya, dan mereka yang peduli tidaklah berarti bagi diri kalian yang sebenarnya.

Percayalah, pada akhirnya, kita beruntung sebab kita dapat memilih sendiri keluarga kita yang sebenarnya. Kita dapat memilih orang-orang untuk berada di sekeliling kita. Dan itulah yang terpenting.

Percayalah, hidup itu indah, termasuk untuk kaum LGBT. Keep calm and be fabulous. —Rappler.com

Amahl S. Azwar adalah penulis lepas yang kini tinggal di Shanghai, Tiongkok.

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!