Latin America

Cerita di balik bebasnya Filep Karma: Ia dipaksa keluar tahanan

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Cerita di balik bebasnya Filep Karma: Ia dipaksa keluar tahanan
Pidato perdana Filep Karma usai bebas dari penjara: Kita harus berjuang secara damai dan andalkan Tuhan karena kebenaran

JAKARTA, Indonesia — Filep Jacob Samuel Karma dibebaskan setelah mendekam selama 10 tahun di penjara Abepura, Jayapura, Papua, pada Kamis, 19 November, kemarin. Tapi alih-alih bergembira, ternyata mantan tahanan politik itu tak puas dengan keputusan pemerintah yang telah membebaskannya. 

“Bapak sangat shock, kaget. Bapak tahunya dia bebas pada tahun 2019. Tapi kemarin disadari, dipaksa untuk keluar Lapas,” kata salah seorang staf Filep, Ruth Ogetay, pada Rappler, Jumat, 20 November.  

Filep sebelumnya divonis 15 tahun penjara karena pidato politiknya pada 1 Desember 2004. Ia ditahan setelah mengibarkan bendera Bintang Kejora saat demonstrasi hari itu.

Filep berpikir dia akan dibebaskan pada 2019. Tapi kepala Lapas memaksanya untuk keluar dari hotel prodeo itu. “Bapak dipaksa tidak boleh tinggal lagi dalam Lapas,” ujar Ruth. 

Penolakan terhadap pembebasan atas dirinya ini sudah dilakukan oleh Filep beberapa waktu yang lalu ketika sejumlah tahanan politik di Papua menerima grasi pada hari kemerdekaan, 17 Agustus 2015.

Tapi mengapa Filep menolak? “Saya ini bukan orang krimimal. Saya ini orang politik. Kalau saya menerima remisi tersebut sama saja mengkriminalkan diri,” kata Filep. 

Filep memang tak pernah punya catatan kriminal, ia adalah tahanan politik. Di Papua, ia dikenal sebagai pembela hak-hak penduduk Bumi Cendrawasih tersebut.

Ruth membenarkan Filep bukan tahanan kriminal, tapi tahanan politik sebagai aktivis gerakan Papua Merdeka. 

Lalu apa dasar untuk membebaskan Filep? “Bapak dipaksa tidak boleh tinggal lagi di dalam Lapas. Ya, dipaksa! Bagaimana orang kalau dipaksa,” katanya. 

Awalnya, Filep tidak menerima, tapi toh ia harus hengkang dari penjara yang sudah ia anggap sebagai rumah sendiri itu. 

Filep dapat remisi dasawarsa

TAK MAU CAP JEMPOL. Tahanan politik Filep Karma sesaat setelah bebas dari lembaga pemasyarakat Papua, ia menolak memberikan cap jempol. Foto diambil dari Facebook Papua adalah Kita

Sementara itu, berdasarkan laporan Media Papua Jubi, Filep dibebaskan karena mendapat remisi dasawarsa. 

“Beliau dapat remisi dasawarsa,” ujar Kepala Lembaga Pemasyarakatan Abepura Bagus Kurniawan. 

Remisi ini pun sempat ditolak mentah-mentah oleh Filep. Ia minta pembebasannya yang seharusnya Rabu, 18 November, ditunda hingga Kamis. 

“Yang bersangkutan meminta untuk melaksanakan hari ini. Atas pertimbangan kemanusiaan, kami mengizinkan bersama Kadinpas (Kepala Divisi Permasyarakatan) untuk dilaksanakan pada hari ini (Kamis) pembebasannya,” kata Bagus. 

Pada Kamis saat bebas pun, Filep tak mau memberikan cap jempolnya.

Filep mengatakan, keberatannya mengikuti protap petugas negara itu karena ia bukan dijerat dengan undang-undang politik, melainkan kriminal.

“Saya dipaksa masuk di sini, padahal bukan dijerat dengan UU Politik, tapi UU Kriminal. Makanya, saya bilang, ‘Saya tidak mau dibuat-buat begitu. Saya jalan, jalan saja’. Kalau mau perlu, ya buat saja berita acara bahwa yang bersangkutan tidak mau cap jempol dan semacamnya,” kata Filep. 

Pidato perdana

PENDUKUNG. Tokoh Papua Merdeka Filep Karma disambut Komite Nasional Papua Barat, Kamis, 19 November 2015. Foto diambil dari Facebook Papua adalah Kita.

Keluar dari penjara, Filep langsung dielu-elukan pendukungnya. Salah satunya adalah aktivis Komite Nasional Papua Barat (KNPB). 

Pada hari yang sama, KNPB berulang tahun, Filep pun langsung diundang dan didapuk untuk memberikan pidato. 

Pidato Filep perdana setelah bebas dari penjara pun digelar. Apa isinya? 

“Ya, kita tetap semangat untuk berjuang. Kita harus berjuang dengan cara damai, kita harus terus berjuang dan tetap mengandalkan Tuhan karena kebenaran,” kata FIlep.

“Dan jangan pernah takut, tetap semangat untuk berjuang.” 

Setelah pidato, menurut Ruth, Filep ingin istirahat. Tokoh Papua itu mengaku lelah dengan peristiwa yang menimpanya beberapa waktu terakhir. Termasuk keputusan pemerintah untuk membebaskannya. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!