Saatnya menonton film ‘Senyap’ di rumah

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Saatnya menonton film ‘Senyap’ di rumah
Peringati Hari HAM Sedunia, film dokumenter 'Senyap' dapat diunduh gratis

JAKARTA, Indonesia — Mereka yang hidup semasa Orde Baru hampir dipastikan akrab dengan film Pengkhianatan G30S/PKI.

Film ini, menurut mendiang Wijaya Herlambang, penulis Kekerasan Budaya Pasca 1965, adalah upaya propaganda anti-komunisme yang dilakukan oleh pegiat film dan sastrawan, yang didukung penuh oleh pemegang tampuk kepemimpinan Orde Baru saat itu, Presiden Suharto.

Isinya mengenai pembantaian enam jenderal yang diduga dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Namun kebenarannya belum pernah diungkap hingga saat ini.

Pada November kemarin, peristiwa 30 September itu kembali diperbincangkan di Indonesia People’s Tribunal (IPT) di Den Haag. Tapi keputusan final dari hakim IPT baru bisa diketahui tahun depan. Sejarah mengenai tragedi pembantaian massal pada 1965 ini masih abu-abu. 

(BACA: LINI MASA: International People’s Tribunal tragedi 1965 di Den Haag)

Sementara itu, selama berpuluh tahun, film ini pun tak punya versi tandingan hingga Joshua Oppenheimer, sutradara asal Amerika Serikat, meluncurkan film berjudul Jagal.

Jagal yang menuturkan kesaksian pelaku pembantaian 1965-1966 di Sumatera Utara diluncurkan pada 2013 dengan versi berbahasa Inggris berjudul The Act of Killing.

Sekuelnya, Senyap, dirilis tahun ini. Film ini berkisah tentang keluarga korban pembantaian. 

Dalam Senyap, tokoh protagonis Adi Rukun diceritakan berusaha untuk menyingkap kembali peristiwa pembantaian 1965 dengan menemui beberapa pembunuh kakaknya, Ramli, di kampung halamannya di Deli Serdang, Sumatera Utara.

(BACA: Korban 1965: Bergerak dalam senyap untuk memecah kesenyapan)

Ketika kakaknya dijagal, Adi belum lahir. Ia mengetahui dari ibunya yang masih mengenang anak sulungnya dengan sedih.

Adi bertekad meretas kepompong kesenyapan yang menyelimuti masa lalu bangsa ini — kalau bukan di Deli Serdang.

Adi menemui para jagal dan bahkan keluarga para jagal yang sudah meninggal untuk menggali ingatan mereka tentang peristiwa 1965 di desa tersebut.

Film Senyap mendapat apresiasi dari berbagai pihak sebagai sebuah pencerahan atas sejarah kelam di tanah air selama era transisi antara Sukarno dan Suharto. 

Tapi pemutaran film Senyap masih terkendala izin. Beberapa kali pemutaran tersebut disatroni aparat dan kelompok Islam konservatif. 

Namun reaksi dari aparat dan pihak-pihak yang kontra terhadap film ini tidak membuat masyarakat Indonesia berhenti mencari tahu tentang Senyap dan sutradaranya. 

Apalagi film ini masuk daftar potensi menjadi nominasi di Piala Oscar di kategori dokumenter. (BACA: Film ‘Senyap’ berpeluang masuk daftar nominasi Piala Oscar 2016)

Terakhir, Museum Rekoleksi Memori yang diselenggarakana oleh Partisipasi Indonesia, Komnas HAM, dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) membagikan gratis salinan film ini hari ini, Kamis, 10 Desember 2015 hingga pukul 21:00 nanti. 

Setiap 10 Desember diperingati sebagai Hari Peringatan Hak Asasi Manusia Sedunia.

Bagaimana cara mendapat salinannya?

“Langsung datang saja ke Kineforum di Taman Ismail Marzuki. Teman-teman menyiapkan satu komputer untuk menyalin film Senyap,” kata Yulia Evina Bhara, salah seorang panitia, pada Rappler.

Jangan lupa, siapkan flashdisk

Jika kamu tak sempat, kamu juga bisa mengunduh film ini di sini secara gratis. Tak perlu lagi sembunyi atau menunggu pemutaran filmnya di kota kamu, kini, saatnya menonton film ini di rumah bersama keluarga dan teman. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!