Prediksi perdelapan final Liga Champions: Italia merana, Inggris butuh keajaiban

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Prediksi perdelapan final Liga Champions:  Italia merana, Inggris butuh keajaiban
Undian babak kedua Liga Champions sudah digelar pada Senin, 14 Desember lalu. Beberapa tim besar bertemu lawan sepadan. Siapa yang akan lolos ke perempat final?

JAKARTA, Indonesia — Ada empat big match di undian 16 besar Liga Champions, yakni Juventus vs Bayern Munich, AS Roma vs Real Madrid, Chelsea vs Paris Saint-Germaint dan Arsenal vs Barcelona.

Dari hasil undian terlihat bagaimana klub-klub Italia menghadapi takdir buruk dalam undian Liga Champions. Mereka dihadapkan pada tim-tim favorit juara.

Juventus, misalnya. Klub juara Serie A itu harus berhadapan dengan Bayern Munich. Padahal, finalis musim lalu itu diprediksi tak bisa mengulangi prestasi fenomenalnya musim lalu. Penyebabnya, sejumlah pemain kunci mereka telah hengkang.

Mereka adalah Andrea Pirlo yang merantau ke Amerika Serikat (Major League Soccer), Carlos Tevez yang pulang kampung dan Arturo Vidal yang justru menyeberang ke Munich. Padahal tiga pemain itulah sumber umpan, gol, dan kekuatan lini tengah mereka.

Bukti nyata dari merosotnya performa Juventus tanpa triumvirat itu adalah kiprah mereka di Serie A. Dalam sepuluh laga perdana, klub berjuluk Si Nyonya Tua itu menelan empat kekalahan. Itu adalah salah satu rekor terburuk Juventus sepanjang sejarah klub.

Memang, pasukan Massimiliano Allegri sudah mulai pulih. Perlahan tapi pasti mereka mulai mencapai empat besar klasemen sementara. Mereka kini hanya berselisih enam angka dari capolista (pemuncak klasemen) Inter Milan.

Allegri memang lambat membuat timnya beradaptasi sepeninggal trio pilar itu. Jika di Serie A mereka butuh lebih dari sebelas laga baru bisa bermain baik, Liga Champions tidak bisa sebaik itu mau menunggu para pemain seperti Simone Zaza, Paulo Dybala, Juan Cuadrado, dan Hernanes beradaptasi di panggung besarnya.

Allegri masih beruntung memiliki Sami Khedira, Claudio Marchisio, Paul Pogba dan Alvaro Morata. Ketiga pemain yang disebut terakhir tampil bagus di Liga Champions musim lalu dan kini masih memperkuat skuat Juventus. 

Tapi, mereka tak akan banyak membantu jika yang dihadapi Bayern Munich. Tim yang kini disebut-sebut sudah mencapai level paripurna dalam skema pelatih Josep “Pep” Guardiola.

Situasi yang sama juga dihadapi AS Roma. Mereka melawan tembok besar bernama Real Madrid. Setelah gagal musim lalu, Real tentu ingin menambahkan Si Kuping Besar (sebutan piala Liga Champions) di lemari trofinya, menjadikannya yang kesebelas bagi mereka.

Dengan tipikal permainan cepat Real, Roma bakal sulit menahan gempuran Sergio Ramos dan kawan-kawan. Kekalahan 1-6 melawan Barcelona di fase grup menunjukkan bahwa mereka belum siap melawan klub dengan barisan penyerang yang tangguh dan unggul dalam taktik menyerang.

Kabar buruk untuk Roma, tradisi Italia di Liga Champions berpihak pada Real Madrid. Dalam lima tahun terakhir, lima kali pula kiprah tim asal Negeri Pisa itu digagalkan tim Spanyol. Musim ini, kemungkinan tradisi itu akan berulang.

Inggris butuh keajaiban

Hampir senasib dengan klub Italia, wakil-wakil Inggris juga menghadapi lawan berat. Arsenal harus berhadapan dengan juara bertahan Barcelona. Sedangkan Chelsea untuk kali ketiga berturut-turut harus menghadapi juara Prancis, Paris Saint-Germain (PSG).

Arsenal selama ini kerap tak berkutik menghadapi Barcelona. Dalam tujuh kali bentrok di Liga Champions, pasukan Arsene Wenger hanya mampu sekali meraih kemenangan. Yakni pada 16 Februari 2011 dengan skor 2-1. Sisanya, mereka kalah 4 kali dan hanya sekali seri.

Arsenal kali terakhir menelan kekalahan dari Blaugrana (sebutan Barcelona) pada 8 Maret 2011, juga di babak 16 besar, dengan skor 1-3. Dalam pertandingan tersebut, momen yang selalu dikenang para fans Arsenal adalah saat Robin van Persie diusir wasit hanya gara-gara membuang bola.

Klub berjuluk The Gunners itu tampaknya bakal kembali kalah musim ini. Andres Iniesta dan kawan-kawan sudah banyak berubah setelah kali terakhir mengalahkan mereka. Mereka semakin kuat.

Jika Lionel Messi dulu “hanya” didukung Pedro dan David Villa, kini Messi berkoalisi dengan Neymar dan Luis Suarez. Trio ini yang kerap disebut trio MSN (diambil dari huruf depan nama panggilan mereka) bisa dibilang merupakan barisan penyerang paling berbahaya dalam persepakbolaan dunia hari ini.

Peluang Arsenal semakin kecil karena mereka kerap tak berkutik melawan tim dengan ball possession dominan. Terutama jika mereka harus meladeni pertempuran penguasaan bola lawan. Fase grup sudah membuktikannya, saat kalah 5-1 dari Bayern.

Klub London Utara itu memang sempat menang 2-0 di putaran pertama melawan klub yang sama. Tapi, itu setelah Wenger mengubah gaya menyerang tim dengan bertahan total.

Lantas, bagaimana dengan Chelsea?

Pelatih Chelsea Jose Mourinho dalam sesi latihan jelang laga Liga Champions melawan FC Porto. Foto oleh Facundo Arrizabalaga/EPA

Praktis, Liga Champions menjadi satu-satunya harapan manajer Jose Mourinho untuk mempertahankan kursinya. Lolos ke babak 16 besar adalah faktor yang membuat manajemen mempertahankannya. Tapi, “urusan” Mourinho sangat banyak.

Jangan dulu berpikir soal mengalahkan PSG. Membuat suasana kondusif di kamar ganti Chelsea adalah pekerjaan utama yang sangat berat. Manajer asal Portugal itu kembali memanaskan hubungan dengan para pemain setelah dia menuding mereka “berkhianat” pasca kekalahan 1-2 atas Leicester City di Premier League.

Dengan situasi internal yang tak kunjung membaik, PSG kemungkinan besar bakal mengulangi prestasi mereka musim lalu, lolos ke perempat final setelah menahan Chelsea 1-1 di Parc de Princes dan 2-2 di Stamford Bridge.

Dari tiga tim Inggris yang lolos ke 16 besar, hanya Manchester City yang mendapat lawan relatif lebih ringan, yakni Dynamo Kiev. Ini adalah untuk kali pertama undian Liga Champions berpihak pada pasukan Manuel Pellegrini. Sebelumnya, mereka harus berhadapan dengan Barcelona pada musim 2014-2015 dan 2013-2014—dan dua-duanya gagal lolos.

Tapi, Kiev memiliki tradisi sebagai kuda hitam Liga Champions. City tidak bisa menganggap enteng klub yang membesarkan nama Andriy Shevchenko tersebut. 

Tiga pertandingan lainnya

Dalam tiga laga lainnya, VfL Wolfsburg, Atletico Madrid dan Benfica boleh sedikit kita unggulkan dari lawan-lawannya yaitu Gent, PSV Eindhoven dan Zenit Saint Petersburg.

Namun prediksi kami, mereka tak akan lolos dengan mudah. Gent patut diwaspadai karena bisa jadi akan bermain lepas. Pasalnya lolos ke 16 besar saja sudah melebihi pengharapan mereka. Di babak ini, mereka sudah tak punya beban.

Sementara PSV telah membuktikan di fase grup bahwa mereka memiliki mental juara dan tak mudah untuk dikalahkan. Manchester United dan CSKA Moscow telah menjadi korbannya.

Benfica yang paling tidak aman. Meski Zenit tengah terseok-seok di liga domestik, bisa jadi Liga Champions justru menjadi ajang bagi klub Rusia itu untuk mencari prestasi, seperti terjadi dalam kasus Chelsea. Mereka akan bermain habis-habisan. Padahal, kualitas kedua klub ini tak berbeda jauh. — Rappler.com

 

BACA JUGA: 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!