Jose Mourinho, solusi kebuntuan Manchester United?

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jose Mourinho, solusi kebuntuan Manchester United?
Beberapa fans Manchester United mulai berharap Louis van Gaal akan dipecat. Sebagai gantinya, nama Jose Mourinho mulai disebut

JAKARTA, Indonesia — Tuntutan fans Manchester United untuk mengganti manajer Louis van Gaal semakin besar. Terutama setelah tim berjuluk Setan Merah itu kembali takluk atas tim kecil Norwich City 1-2 pada Sabtu, 19 Desember. 

Kekalahan itu semakin memalukan karena terjadi di tempat sakral, Old Trafford.

Sebelumnya, jawara 20 kali Liga Primer Inggris itu juga kalah atas tim papan bawah Bournemouth dengan skor yang sama pekan lalu. Praktis, sepanjang 6 laga di semua ajang, United belum sekalipun meraih kemenangan.

Kali terakhir mereka meraih kemenangan adalah saat melawan Watford dengan skor 2-1, tepat sebulan yang lalu, 21 November.

Situasi Van Gaal jauh berbeda dengan Mourinho. Manajer berjuluk Si Tulip Besi itu tidak menghadapi “pemberontakan” para pemain. Dia hanya tidak mendapatkan kepercayaan dari fans.

Sebaliknya, Mourinho pergi dari Chelsea dengan diiringi tangis para fans The Blues — sebutan Chelsea. Tapi justru dengan “kegembiraan” para pemain yang menggilas Sunderland 3-1 di Stamford Bridge, tepat di laga perdana tanpa The Special One.

Pemberontakan pemain agaknya bukan isapan jempol. Direktur Teknik Chelsea Michael Emenalo juga mengakui bahwa keputusan memecat Mourinho adalah karena konflik antara dia dan para pemain.

“Ini adalah pemain yang sama yang memenangi juara liga dan Piala Liga musim lalu. Mereka melakukannya dengan darah dan air mata. Para pemain hanya menjalankan instruksi, sangat tidak tepat jika menimpakan kepada mereka. Klub tidak bisa menerimanya,” kata Emenalo dalam wawancara dengan Chelsea TV. 


Memimpikan ‘Theatre of Dreams’

TIM SETAN MERAH. Chris Smailing (kanan) merayakan golnya ke gawang Wolfsburg saat Manchester United unggul 2-1 dalam laga Liga Champions di Old Trafford pada 30 September 2015. Foto oleh Peter Powell/EPA

Belakangan, sejumlah media Inggris menyebut bahwa Mourinho adalah kandidat kuat pengganti Van Gaal. Apalagi, dia sempat mengidolakan posisi tersebut sejak masih diduduki Sir Alex “Fergie” Ferguson.

Ketika Chelsea dan United bertanding pada periode pertama jabatannya di klub London Barat (2004-2007) itu, Mourinho kerap berdiskusi dengan Fergie. Mereka sangat akrab.

Bukan rahasia pula bahwa Mourinho memang sangat menginginkan bisa berlabuh di Theatre of Dreams — sebutan Old Trafford — jika Fergie pensiun. Sayangnya, manajer asal Skotlandia itu justru digantikan rekan senegaranya, David Moyes, saat dia memutuskan pensiun di akhir musim 2012-2013.

Manajemen United sebenarnya terbelah saat hendak menunjuk pengganti Fergie. Semua memang mengakui kecerdasan Mourinho dalam menganalisis pertandingan. Tapi, beberapa pejabat tidak suka dengan kontroversi yang kerap dia bawa. Bahkan, legenda United Sir Bobby Charlton dengan tegas menolaknya saat itu.

“Dia adalah manajer yang hebat di klub yang dia tangani. Saya tak bisa berkata lebih dari itu. Saya tidak bisa membayangkan seorang manajer United akan melakukan hal-hal seperti itu,” kata Charlton menyinggung insiden Mourinho saat “menyolek” mata pelatih Barcelona Tito Villanova di Piala Super Spanyol 2011.

Mourinho yang sudah memutuskan pergi dari Real Madrid pun banting setir. Tetap kembali ke Premier League, tapi berlabuh ke klub lamanya, Chelsea.

Meski musim ini performa Chelsea “terjun bebas” hingga berujung pada pemecatan dirinya, salah satu manajer tersukses di Eropa itu tidak akan berhenti dari dunia sepak bola atau melakoni cuti seperti yang dilakukan Josep “Pep” Guardiola setelah melakoni musim tersuksesnya di Barcelona pada musim 2011-2012.

Sumber ESPN menyebutkan bahwa dia kini mengincar kursi Van Gaal. Sejumlah orang dekat lelaki kelahiran Setubal itu sudah melakukan sejumlah langkah penjajakan. Proses tidak bakal terlalu sulit karena executive vice chairman United Ed Woodward adalah kolega dekat agen Mourinho, Jorge Mendes.

Namun, apakah Mourinho bakal cocok dengan fans United?

Karakter kepemimpinan yang sama dengan Fergie

Mantan pelatih Chelsea Jose Mourinho melambaikan tangan saat pertandingan melawan FC Porto dalam laga Liga Champions, pada 9 Desember 2015. Mou dipecat klubnya pada 17 Desember. Foto oleh Andy Rain/EPA

Mourinho adalah tipikal pelatih yang menginginkan kendali penuh terhadap tim. Bahkan pemilik klub tidak bisa mencampuri urusannya. Sama seperti Arsene Wenger di Arsenal atau Fergie di United.

Kepemimpinan kuat tersebut membuat dia mendapatkan loyalitas penuh. Mereka yang tidak tampil bagus tahu konsekuensi buruknya. Tidak “ngambek” saat ditekan pelatih seperti para pemain Chelsea.

Hal ini sudah pernah diungkapkan striker Chelsea Demba Ba yang akhirnya dijual ke klub Turki Fenerbahce. “Tuntutannya sangat tinggi. Sangat melelahkan bermain di bawahnya,” kata Ba seperti dikutip Guardian

Ironisnya, Mourinho justru tidak pernah bekerja dengan para pemilik klub yang rela begitu saja menyerahkan semuanya kepada sang manajer. Selama ini dia justru bekerja di klub dengan owner atau presiden yang “rewel”. Mulai dari Massimo Moratti (Inter Milan), Florentino Perez (Real Madrid), hingga Roman Abramovich (Chelsea).

Jika dia benar-benar berlabuh di United, Mourinho bakal menemukan tempat yang cocok dengan karakternya. Kursi manajer bakal leluasa memberi dia ruang untuk memimpin pasukannya.

Kebijakan transfer United selama ini memang memeercayakan penuh kepada manajernya. Semua pemain anyar United musim ini adalah permintaan Van Gaal. Mulai dari Memphis Depay, Anthony Martial, hingga Matteo Darmian.

Bahkan, pecahnya rekor transfer Premier League dengan kehadiran Angel Di Maria dari Real Madrid juga karena permintaan Van Gaal. Meskipun akhirnya winger Argentina itu dijual ke Paris Saint-Germain — juga karena permintaan Van Gaal sendiri.

Lantas, bagaimana dengan gaya permainan?

Salah satu keluhan fans United terhadap Van Gaal adalah kurangnya daya dobrak tim. Mereka lebih banyak menguasai bola tapi tidak mampu menghadirkan serangan berbahaya ke gawang lawan.

Di tangan Van Gaal, pertahanan mereka memang terbaik kedua di Premier League. Tapi fans ingin gaya lama United. Memainkan sepak bola menyerang dan terus menghajar lawan dengan banyak gol.

Jika itu yang diharapkan fans, Mourinho jauh dari itu. Bahkan hubungan Van Gaal dan Mourinho adalah “guru” dan “murid”. Mourinho berguru kepada manajer asal Belanda itu saat masih menjadi asistennya di Barcelona.

Sama seperti Van Gaal, Mourinho mendasarkan permainan dari kekuatan pertahanan. Dia juga lebih menyukai tim yang mengendalikan permainan. Bukan tim yang menyerang terus-terusan dan berisiko kebobolan karena serangan balik.

Namun, bukan berarti dia anti sepak bola menyerang. Mourinho lebih banyak memainkan sepak bola “negatif” di Porto, Inter Milan, dan Chelsea karena pemain tidak berada di level yang mumpuni untuk memenuhi tuntuntannya dalam memainkan sepakbola menyerang.

Musim kedua dia di Real Madrid (2011-2012) membuktikannya. Di raksasa Spanyol yang bertabur bintang tersebut dia menciptakan rekor gol terbanyak dalam semusim (121 gol), selisih gol terbaik dalam semusim, (surplus 89 gol), dan poin terbanyak dalam semusim (100 poin).

Bersama Mourinho, fans mungkin tidak akan melihat banyak gol seperti di era Fergie. Tapi, rasio kemenangan bakal meningkat. Dengan sendirinya gelar akan datang. Melanjutkan sejarah penuh gelar raksasa Inggris tersebut sepanjang 113 tahun. —Rappler.com

BACA JUGA: 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!