“Setelah membangun infrastruktur, kami bangun peradaban”

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

“Setelah membangun infrastruktur, kami bangun peradaban”

ANTARA FOTO

Generasi muda di Banda Aceh dipersiapkan untuk menatap masa depan sesuai dengan syariat Islam

JAKARTA, Indonesia— Warga Aceh mengenang tsunami yang memporak-porandakan tanah mereka hari ini, 26 Desember 2004. Saat bencana tsunami, Aceh dalam status darurat sipil setelah setahun sebelumnya, Pemerintah menetapkan Provinsi Aceh dalam status darurat militer untuk memberantas pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). 

Jakarta dan GAM menandatangani perjanjian perdamaian di Helsinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005 untuk mengakhiri konflik bersenjata hampir 30 tahun yang diperkirakan menewaskan lebih dari 25.000 orang, umumnya warga sipil.

Setelah itu, Aceh bukan hanya berbenah dari segi infrastruktur melainkan juga peradaban yang baru. Aceh mulai menerapkan syariat Islam. 

Setelah 11 tahun pasca tsunami, wajah baru Aceh mulai dikenali. Aceh kini bukan hanya dikenal sebagai asal muasal pejuang perempuan Cut Nyak Dien, tapi juga daerah istimewa yang menerapkan hukum Islam di Bumi Nusantara. 

Perubahan apa saja yang sudah terjadi di Aceh, terutama Banda Aceh sebagai ibukota provinsi setelah 11 tahun bencana tsunami berlalu? 

DULU DAN SEKARANG. Foto ini menunjukkan perbedaan Banda Aceh pada 2004 dan 2014. Foto oleh Joel Saget (atas) dan Chaideer Mahyuddin (bawah)/AFP

Berikut wawancara singkat Rappler dengan Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal:  

Apa perbedaan peringatan bencana tsunami tahun lalu dan tahun ini? 

Masyarakat Aceh secara rutin setiap tahun memang memperingatinya dengan berdzikir bersama, kemudian ziarah ke makan syuhada tsunami. 

Tapi tahun ini, Kami juga mengadakan seminar nasional tentang pembangunan berkelanjutan dengan menghadirkan Walikota Bandung Ridwan Kamil dan Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto 

Mengapa Ridwan Kamil dan Bima Arya? 

Ridwan Kamil dulu yang membangun museum tsunami. Beliau arsiteknya. 

Acara launching buku oleh fotografer Aceh di museum tsunami dalam rangka memperingati 11 tahun tragedi tsunami nanti juga menghadirkan beliau (Ridwan Kamil). 

Sementara itu Bima Arya, dulu ia pernah aktif sekali membangun generasi muda di sini dengan pelatihan. 

Kami ingin beliau datang lagi dan melihat hasil yang telah dilakukan. 

Acara peringatan 11 tahun tragedi tsunami nanti juga menghadirkan beliau (Ridwan Kamil) 

Setelah 11 tahun tsunami berlalu, mau dibawa ke mana Aceh? 

WALIKOTA ILLIZA. Walikota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin Djamal. Foto oleh Wikimedia

Kita bangun peradabannya, setelah infrastrukturnya. Peradaban dengan syariat Islam. 

Tapi penerapan syariat Islam menuai kritik dari luar Aceh? 

Penerapan syariat Islam itu amanah konstitusi, secara resmi dan secara legal dilaksanakan di Aceh, mau tidak mau, suka tidak suka, semua sudah diatur. Butuh proses panjang juga untuk sampai di sini (diterapkan). 

Bagaimana dengan hukuman cambuk, penerapannya juga mendapat banyak kritikan? 

Saya pikir Islam tidak identik dengan kekerasan. Cambuk itu kan butuh proses sampai ke sana, enggak mudah. Misal harus ada saksi. 

Cambuk ini lebih ke pencegahan. Selesai dicambuk, dia bisa beraktivitas. 

Kalau dipenjara, dia tidak bisa bekerja, menafkahi keluarganya, dan melakukan aktivitas seksualnya. 

Tergantung sudut pandangnya. Kalau hukum Allah pasti lebih baik. Insyaallah

Bagaimana dengan anak muda, pendidikannya mau diarahkan ke mana? 

Kita bangun kreativitas mereka di semua bidang. Itu butuh waktu. Kami ingin mereka sibuk di kegiatan positif, seperti olahraga, kesenian, budaya, keagamaan. Kami sedang terus upayakan agar mereka punya kegiatan positif untuk membangun kualitas hidup mereka. 

Di masa depan mereka bisa menjadi entrepreaneur, olahragawan, semua pokoknya yang sesuai dengan syariat Islam. 

Bagaimana mengajari mereka tentang toleransi beragama dan menerima perbedaan? 

Soal toleransi, Banda Aceh itu terkenal sangat rukun, terutama kehidupan beragamanya. Gereja dan Masjid hanya dibatasi sungai. 

Kami menjadi contoh untuk masyarakat nasional dan internasional. 

Walaupun kami menerapkan syariat Islam, kami menghargai perbedaan agama. 

Perayaan Natal misalnya, kami ikut mengamankan. rappler.com

BACA JUGA

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!