CCTV rusak, pengungkapan kasus bom Bandung makin rumit

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

CCTV rusak, pengungkapan kasus bom Bandung makin rumit

ANTARA FOTO

Kini polisi berharap pada data di ruang pantau Bandung Command Center

BANDUNG, Indonesia    Kepolisian masih kesulitan mengungkap pelaku pengeboman di depan rumah dinas Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, saat malam tahun baru lalu. Salah satu kendalanya adalah tidak berfungsinya kamera pengawas Closed Circuit Television (CCTV) di sekitar lokasi ledakan.

Meski demikian, polisi berupaya mencari petunjuk di lokasi lainnya, termasuk mencari tambahan data melalui ruang pantau Bandung Command Center (BCC) yang terintegrasi dengan sejumlah CCTV yang tersebar di Kota Bandung.

“CCTV di sana rusak, tapi kami coba cari di tempat lain,” kata Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol. Sulistyo Pudjo Hartono di Mapolrestabes Bandung, Senin 4 Januari 2016.

Untuk mengungkap kasus teror tersebut, Pudjo mengatakan telah dibentuk sebuah tim khusus yang anggotanya merupakan gabungan dari Polrestabes Bandung, Polda Jabar dan Densus 88 Mabes Polri. Tim akan mengumpulkan data dan fakta sesuai tugas masing-masing.

“Kita mengumpulkan semua data lapangan menyangkut kinerja masing-masing. Jadi pada pagi ini kita dari Polda, Polrestabes dan Mabes juga Densus kumpul untuk sharing informasi, ini namanya mengumpulkan data atau informasi yang dapat dikembangkan dari lokasi kejadian termasuk informasi dari masyarakat juga,” kata Pudjo.

Pudjo mengajak masyarakat umum untuk ikut terlibat mengungkap kasus bom tersebut dengan mengirimkan foto atau video yang mungkin diambil dari tempat kejadian dua jam sebelum kejadian. Pihaknya juga memantau informasi yang mungkin saja disebar melalui media sosial.

“Umpamanya ada info dari twitter kita saring. Ini serius, ini guyonan, ini kita kumpulkan. Jika punya rekaman atau data pada pukul sekitar 01:20 ke belakang atau dua jam sebelumnya, atau (pukul) 10,11,12, baik rekaman gambar, foto, atau video silahkan hubungi kita,” himbaunya.

Untuk menampung informasi dari masyarakat, lanjut Pudjo, Polda Jabar membuka posko 1×24 jam setiap harinya. Sejauh ini, polisi sudah cukup banyak mendapatkan data.

Namun data masih perlu diseleksi sehingga tidak salah dalam menyimpulkannya. Proses itu  butuh waktu tak sebentar, namun prosedur tersebut harus dilakukan agar tepat dalam menangkap pelaku. 

“Dalam penanganan kasus teror, biasanya pekerjaannya minimal tiga bulan, karena kita tidak boleh salah. Kita harus menghubungkan saksi, TKP, dan hal lainnya. Kita juga harus pelajari dari berbagai kasus sebelumnya, termasuk info dari masyarakat juga coba kita klasifikasikan,” kata pudjo.

Sejauh ini, polisi mengaku serius mengungkap kasus yang diketegorikan terorisme ini. Kasus teror ini menyangkut Polri, menyangkut kemaslahatan masyarakat juga dan nama baik Jabar dan Indonesia.

“Ini menyangkut semua, tidak hanya kasus ini dampak pada keamanan saja, tapi semua, politik, sosial budaya. Teror ini serius, tapi kita perlu lihat motif apa, kita harus cari, kita kumpulkan semua data dari semua. Kita kumpulkan terus, semakin banyak semakin bagus,” ungkapnya. —  Rappler.com

BACA JUGA

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!