Wawancara dengan Reinardus, orang Indonesia yang satu kantor dengan Mark Zuckerberg

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Wawancara dengan Reinardus, orang Indonesia yang satu kantor dengan Mark Zuckerberg
Seperti apa Mark Zuckerberg bekerja sehari-harinya?

JAKARTA, Indonesia—Umurnya baru 22 tahun saat Facebook yang bermarkas di California, Amerika Serikat, menerimanya sebagai pegawai baru di kantor Mark Zuckerberg tersebut pada November 2012.  

Reinardus Surya Pradhitya akhirnya resmi menjadi satu dari 30 warga negara Indonesia yang bekerja di kantor media sosial dengan jaringan terluas di dunia tersebut. 

Tapi, menembus kantor Facebook, tak semudah membalikkan tangan. Kepada Rappler, Senin malam, 4 Januari, ia menuturkan tentang awal mula bergabung dengan Facebook. 

Berikut wawancara Rappler dengan Reinardus usai dia mengisi kuliah umum di Universitas Bina Nusantara: 

Bagaimana awalnya bisa menembus Facebook? 

Saya awalnya sudah tertarik sejak SMA, di Kanisius Jakarta, dengan mulai ikut programming club. Beranjak kuliah, saya menyadari bahwa programmers adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan di Amerika, terutama karena Silicon Valley adalah pusatnya IT (Informasi dan Teknologi) di dunia, terletak di California. 

Sejak saat itu, saya dari kuliah — saya kuliah di Nanyang Technological University Singapore — menjadikan itu dream job saya dan saya selalu mencoba untuk internship (magang) di perusahaan Silicon Valley companies seperti Facebook. 

Saya sudah menulis resume sejak saya tahun pertama kuliah, lalu saya mulai apply-apply untuk internship ke Silicon Valley company ,tapi saat itu saya selalu either tidak pernah dibalas, interview lalu ditolak. 

Berapa kali ditolak lamarannya? 

Setiap tahun Silicon Valley punya summary internship, jadi setiap tahun saya selalu mencoba tapi selalu gagal. Lalu setelah tiga tahun, 2009-2012 pertengahan, tahun 2012 saya mempelajari bagaimana saya menggali lebih dalam, apa saja sih yang dilihat oleh interviewer.  

Lalu saya menemukan sumber-sumber bagus tentang how to write resume. Sumbernya dari Internet semua. 

Selama kuliah saya juga demen melakukan software project, my own small project. Misalnya saya tertarik bikin website, saya melihat something yang lucu di Internet, saya mulai coba bikin, saya tiru sedikit yang serupa.

Luckily, it’s giving me a lot of things to write in my resume, and it’s important to help to write things in resume, instead of hanya kuliah. Perusahaan suka melihat yang otodidak. 

Jadi maksudnya tidak hanya textbook ya dari perkuliahan? 

Ya, pengembangan, aplikasi, most of them aku pelajari online jadi enggak banyak yang dipelajari dari kuliah. Sangat sedikit hal yang saya pelajari dari kuliah. Saya tulis di resume saya kebanyakan proyek sendiri. 

Dan saya juga banyak dari teman-teman yang IP (indeks prestasi) jelek tapi mereka punya banyak banget pengalaman internship, mereka have a better chance.  

Saat lulus langsung melamar ke Facebook? 

Saya lulus tahun 2012 akhir. Saya mulai melamar ke FB di akhir tahun semester. Saya juga melamar ke semua perusahaan Silicon Valley untuk full time (pegawai tetap). 

Hanya melamar sekali di Facebook langsung diterima? 

Sebagai full time,iya FB yang pertama. Tapi bukan hanya FB, saya juga melamar ke startup yang lain, dan rencananya FB kalau sudah ada jawaban, saya mau apply ke Google juga (sambil terkekeh). 

Tapi waktu di FB, tidak ingin pindah lagi. 

Mimpi kamu tinggi, bekerja di Facebook, di Google. Apa enggak ada perasaan takut bergabung dengan perusahaan kelas dunia, apa yang membuat kamu percaya diri? 

Luckily beberapa circle (lingkaran pertemanan) saya, ada yang namanya Gogo, dia satu angkatan di atas saya, dan saya dengar dia mendapat internship di FB, dan itu men-trigger (memacu semangat) saya. Saya percaya. Akhirnya dia (Gogo) sekarang kerja di FB. 

Berapa orang Indonesia yang bekerja di Facebook? 

Yang saya kenal 10 orang di markas pusat. Di seluruh dunia ada 30 orang. 

Ketika Facebook menjawab lamaran kamu, rasanya seperti apa? 

Kalau jawabnya itu biasa saja, di resume dibilang kalau mau interview. Saya juga pernah interview. Belum banyak berharap karena interview itu susah. Tapi pada saat itu tiba-tiba interview-interview lolos-lolos, sampai dipanggil di kantor headquarters, interview lagi, lalu pada saat dapat e-mail bahwa aplikasi saya diterima, sangat senang banget. 

Saya langsung telepon orang tua saya di Jakarta. 

Reaksi orang tua?  

Super banget, saya waktu masih interview pun mereka sudah cerita-cerita (sambil tertawa). 

DITERIMA KERJA DI FACEBOOK. Reinardus Surya Pradhitya, 25 tahun, pemuda asal Jakarta mengunggah email dari Facebook saat ia diterima kerja di salah satu perusahaan Silicon Valley terbesar di dunia tersebut. Foto diambil dari FB Reinardus.

Pertama kali menginjakkan kantor di Facebook di California, perasaan kamu bagaimana sebagai orang Indonesia yang berbaur dengan komunitas internasional? 

Saya tidak kaget, saya berbaur dengan international community waktu sekolah di Nanyang. Saya sudah terbiasa. 

Yang nervous, saya selalu having second doubt (ada keraguan) apakah saya benar-benar pantas di level ini, cuma it’s OK, Facebook has a very good learning framework, saya merasa well-received, itu sangat membantu saya. 

Kapan pertama kali bertemu dengan Mark Zuckerberg? 

Saya pertama kali masuk, enggak langsung ketemu Mark. Saya lihat dia dari jauh. Saya kebetulan pindah meja dekat dari Mark itu baru belakangan setelah pindah tim. 

Berarti kamu bisa lihat dia bekerja di mejanya? 

Bisa, cuma saya harus lihat (menoleh) ke belakang. 

Apa pendapatmu tentang Mark? 

Saya sangat menghormati Mark. Saya merasa dia itu really brilliant guy dan saya percaya kalau apa yang dilakukan FB actually making the world. 

Bagaimana rasanya rapat dipimpin Mark? 

Enggak pernah, cuma saya pernah sekali presentasi produk. 

Perasaannya? 

Itu sangat tegang. 

Produk apa yang pertama kali kamu presentasikan? 

Kita ada yang namanya Hackaton. Itu adalah satu hari di mana kami boleh melakukan apa saja selain pekerjaan sehari-hari. Kami boleh melakukan pekerjaan apa saja yang kami tertarik. Itu sekitar 1-2 bulan sekali. 

Waktu itu saya dan beberapa orang bikin tim, kami bikin payment in messenger. Sekarang kayaknya sudah diluncurkan di beberapa negara. 

Kami bisa pakai messenger (kotak pesan) terus bisa kirim duit karena terhubung dengan kartu debit. Seperti cek. 

Saya dan beberapa orang bikin produk itu, perusahaan suka. Waktu itu saya dipanggil untuk menghadap Mark, dan itu once in a lifetime. 

Saya yang presentasi. saya yang pegang Android, saya tunjukkan pada Mark, seperti ini interaksinya. Very excited, very nervous.

The best part, waktu udah selesai, Mark cuma angguk-angguk dan bilang, “I think we should save this”. Itu best moment.  

Seperti apa Mark bekerja sehari-harinya? 

Jadi Mark sehari-harinya lebih sering menghabiskan waktu dengan rapat internal dengan tim produk, membahas produk, eksternal dengan klien. 

A lot of time, saya melihat dia lagi jalan one-on-one dengan pekerja yang lain. Jadi kita ada budaya one-on-one meeting seperti mengobrol berdua. Jadi ada kaya lu kerja dekat dan lu ingin tanya pendapatnya, “Hey, do you have time?”

Apakah ini berarti Mark sangat mengenal orang per orang di Facebook? 

Some people, yes. 

Setelah presentasi Messenger Payment, dia mengenal kamu lebih dekat? 

I don’t know, but people in FB are great. When i am doing this one, I  am sure a lot other engineers will do similar or better in all other places. I think that’s special. 

Banyak anak muda di luar sana yang ingin seperti kamu, ada pesan buat mereka? 

Menurut saya sih jangan takut bermimpi. Mencoba enggak ada salahnya, enggak ada sakitnya, paling yang terburuk adalah tidak mendapat (atau diterima). Sama saja posisinya kalau enggak mencoba sama sekali, jadi coba saja. Kalau ada kesempatan tapi kalau enggak yakin bisa melakukan, just take it over, you can always do it later. 

Apakah harus dari universitas di luar negeri untuk bisa seperti kamu? 

Oh, enggak harus. Teman saya Gogo dari Institut Teknologi Bandung. Teman saya lagi software engineer namanya Hendri dari Universitas Indonesia.  

Harus menguasai bahasa inggris pastinya?

Penguasaan bahasa asing itu penting sangat penting. Bukan masalah TOEFL tapi lebih ke percakapan. TOEFL dibutuhkan. TOEFL saya 104 dari (batas tertinggi) 120. Lumayan tinggi, ya standar. 

Apa sih yang paling kamu cemaskan, takutkan, ketika melangkah ke dunia internasional? 

Saya enggak terlalu takut, menurut saya ke depannya itu, dunia itu bakal lebih globalisasi lagi, lama-lama enggak kelihatan lagi batas negara. 

Apalagi kawasan Masyarakat Ekonomi Asean sudah diberlakukan. Dan Bahasa Inggris totally penting.

Ada trik agar dapat menguasi Bahasa Inggris dengan baik? 

Sangat penting belajar percakapan bahasa inggris, beberapa trik yang saya lakukan saat masih kuliah, kami latihan berpasangan, satu pewawancara, satu pihak yang diwawancarai. 

Pura-pura saya pewawancara, lainnya yang diwawancara, bergantian. Dan banyak sekali feedback dari teman-teman saya.  

//

Ngobrol dengan Reinardus Surya Pradhitya, orang Indonesia yang satu kantor dengan Mark Zuckerberg

Posted by Febriana Firdaus on Monday, January 4, 2016

Kepikiran untuk membuat media sosial dari Indonesia? 

Saya belum kepikiran untuk melakukan start up, saya merasa banyak yang harus saya pelajari. Kedua, i don’t think social media is what Indonesia needs right nowIt doesn’t offer a lot of value. 

Indonesia punya tantangan yang harus diatasi. Saya pikir lebih baik memulainya dari sana, contohnya keuangan. 

Berdasar pengalaman saya di Amerika, saya menyadari kerangka finansial kita belum jelas. Kalau di Amerika ada credit score. Itu hanya salah satu contoh di Indonesia belum ada.

Koneksi Internet, macet, pembayaran online, e-commerce, dan penetrasi credit card kurang lebih 10 persen. Ini hasil saya mengobrol dengan teman-teman startup saya. 

Pesan apa yang ingin kamu sampaikan pada pembaca yang masih duduk di bangku kuliah? Apa yang harus dilakukan sebelum terlambat dan hanya duduk manis di kelas? 

Pertama figure out apa dream job at least next five ten years, apa yang lu enjoy doing. Find out about how to be favorable for that job, and do that, so you can write in your resume. Resume itu pintu masuk. Saya melihat banyak yang gagal cuma dari resume awal. 

Ada bagusnya mikir bagaimana mengisi resume saya untuk dapat pekerjaan impian saya. 

Artinya di resume kita tidak boleh melebih-lebihkan juga ya? 

Makanya kalau enggak punya pengalaman zaman kuliah, cari pengalaman bagus. Lebih baik dicari saat kuliah dibandingkan sudah keja. Saat kuliah itu malah banyak banget waktu luang, ada baiknya bisa diisi dengan hal-hal tersebut,” katanya. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!