Kisah menghilangnya remaja Yogyakarta diduga ikut bergabung organisasi Gafatar

Mawa Kresna

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah menghilangnya remaja Yogyakarta diduga ikut bergabung organisasi Gafatar
Sejumlah warga di Yogyakarta menghilang dengan cara yang mirip. Polisi masih terus menelusuri

JAKARTA, Indonesia – Maria Resubun tidak menyangka 26 November 2015 menjadi hari terakhir dia melihat cucunya, Ahmad Kevin Aprilio. Remaja yang tinggal di Mlati Sleman, Yogyakarta itu diduga diajak ayah kandungnya, Sanggar Yamin untuk bergabung dengan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Kepada Maria, Kevin mengatakan akan pergi bersama Sanggar untuk menjenguk kakek dari pihak ayahnya di Bima, Nusa Tenggara Barat. Namun, sehari sesudah mereka pergi, telepon seluler keduanya tak bisa lagi dihubungi.

“Mereka bilangnya mau berangkat ke Bima pakai mobil, dari Yogyakarta ke Bali lalu disambung ke Mataram dan baru ke Bima,” ujar Maria yang ditemui Rappler di rumahnya pada Minggu, 10 Januari.

Setelah tidak ada kabar, Ibu Kevin, Olivia Sandra Yunita menemukan surat yang ditulis putranya dan ditujukan kepada pengurus Gafatar.

“Di dalam surat itu, Kevin menulis mau bergabung (dengan Gafatar) dengan Ayahnya. Mereka mau ikut eksodus,” Maria menjelaskan.

Maria menuturkan, Yunita dan Sanggar memang telah bercerai sejak tahun 2008. Namun keduanya masih berkomunikasi baik demi Kevin. Oleh sebab itu, Sanggar masih sering berkunjung untuk bertemu Kevin.

“Kami tidak masalah dan tidak pernah curiga karena ayahnya Kevin sudah sering main ke sini, makan dan menginap. Walau sudah berpisah, tetapi (hubungannya) tetap baik. Dia juga sering mengajak Kevin pergi tapi selalu kembali,” kata perempuan berusia 65 tahun itu.

Menurut Maria, keluarga sejak awal sudah tahu jika Sanggar merupakan salah satu pengurus Gafatar. Bahkan, Kevin menuntut ilmu di home schooling yang dimiliki Gafatar. Namun, mereka tidak tahu jika Gafatar sudah dinyatakan oleh pemerintah sebagai organisasi terlarang.

“Kevin sudah sejak SMP bersekolah di sana. Itu atas permintaan ayahnya. Kami lihat sekolahnya juga bagus yang tidak hanya mengajarkan pelajaran semata, tetapi juga ada kegiatan sosial,” ujar Maria.

Usai Kevin menghilang, Yunita mendatangi sekolah tersebut. Tetapi, dia terkejut ketika tahu gedung sekolah yang berlokasi di Maguwoharjo itu berubah menjadi gudang alat pertanian. Dua teman Kevin yang menuntut ilmu di sekolah tersebut dan sering bermain ke rumah ikut menghilang.

Sikap Kevin berubah

Maria mengenang sebelum menghilang, sikap Kevin tiba-tiba berubah. Pemuda yang semula rajin salat, tiba-tiba enggan menunaikan kewajiban lima waktu tersebut. Ketika diingatkan, Kevin menjawab salat itu tidak wajib.

Keluarga kemudian mencari informasi mengenai organisasi Gafatar di dunia maya. Mereka terkejut, karena Gafatar telah dilarang keberadaannya sesuai dengan surat Ditjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri Nomor 220/3657/D/III/2012 tanggal 20 November 2012.

Keberadaan organisasi Gafatar sempat mengundang kontroversi di masyarakat. Beberapa pihak mengaitkan organisasi itu dengan paham aliran yang disebar oleh Ahmad Musadeq. Musadeq menahbiskan diri sebagai mesiah atau nabi terakhir. Sementara, Gafatar mengakui Musadeq sebagai salah satu guru spiritual mereka.

Ibu Kevin kemudian memutuskan untuk melapor ke Polda Yogyakarta, tetapi ditolak karena Kevin menghilang bersama Ayahnya. Tak putus asa, Yunita kemudian kembali melapor ke Polsek Mlati.

Bukan kasus pertama

Kasus menghilangnya sejumlah warga Yogyakarta secara misterius bukan terjadi kali pertama. Sebelumnya, sudah ada Dian Ayu Yulianingsih, warga Perumahan Candi Gebang Permai, Sleman.

Dian menghilang bersama putrinya, Raina Ayranica Calya Putri. Keduanya menghilang usai rumahnya didatangi orang tak dikenal.

Kasus lainnya menimpa keluarga Dr. Rica Tri Handayani. Rica menghilang bersama anaknya yang balita, Zafran Alif Wicaksono usai dijemput sepupunya. Dia meninggalkan sepucuk surat berisi pesan keinginannya untuk memperbaiki ajaran Islam dan berjuang di jalan Allah.

Hal yang sama juga menimpa satu keluarga ES, pegawai negara di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta. ES tiba-tiba menghilang bersama suami dan anak-anaknya sejak Oktober 2015.

Namun Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Yogyakarta, Thoha Abdurahman, menepis dugaan penyebab sejumlah orang menghilang akibat bergabung dengan Gafatar. Sejak dilarang oleh pemerintah tahun 2012 silam, kata Thoha, Gafatar sudah tak lagi eksis.

“Itu bukan karena ikut gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) atau Gafatar. Gafatar sudah tidak ada lagi di Yogyakarta,” tegas Thoha.

Dia menilai apa yang menimpa Dr. Rica dan beberapa orang lainnya, karena tidak mampu mengendalikan hawa nafsu. MUI sudah mengimbau agar masyarakat tidak mudah terpancing.

“Jangan mudah terpancing. Seharusnya, kita bisa menjaga hawa nafsu, khususnya perempuan. Sebab, nafsu itu menurut Al-Quran adalah bagian dari setan,” Thoha menjelaskan.

Kabid Humas Polda Yogyakarta, AKBP Anny Pudjiastuti mengatakan hingga saat ini, polisi masih mencari sejumlah orang yang dilaporkan hilang tersebut. Tetapi, mereka tidak bisa menduga ke mana dan penyebab mereka pergi.

“Kami tidak bisa menduga-duga, apalagi jika mereka dituduh terlibat ormas tertentu,” kata Anny. – Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!