Menelisik jaringan pelaku teror Sarinah

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menelisik jaringan pelaku teror Sarinah
Siapa Bahrun Naim? Dan apa hubungannya dengan kelima pelaku teror Sarinah?

SOLO, Indonesia — Suara ledakan beruntun terdengar dari kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis pagi, 14 Januari. Ledakan pertama terdengar sekitar pukul 10:40. Lalu menyusul ledakan kedua hingga keenam. 

Satu di antara enam ledakan tersebut dilakukan oleh dua orang pelaku yang terjebak di depan kedai kopi Starbucks di Menara Cakrawala.

Tujuh orang dilaporkan tewas, termasuk lima orang pelaku peledakan. Jepretan kamera Aditia Noviansyah, fotografer majalah Tempo, berhasil merekam wajah seorang pelaku saat hendak melepaskan tembakan ke arah petugas polisi.

Dalam foto itu, tampak seorang laki-laki bersarung tangan dan mengenakan Nike menodongkan pistol ke arah kerumunan warga yang mendekat untuk melihat lokasi peledakan. Wajahnya terpotret dengan jelas.  

Dari identifikasi korban dan foto tersebut, dalam waktu yang tak lama Polisi langsung menelisik jaringan pelaku peledakan dan penembakan di kawasan Sarinah tersebut. 

Polisi mengklaim telah mengantongi informasi terkait jaringan di belakang pelaku. Menurut Kepala Polda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian, kelima pelaku teror terhubung dengan Jamaah Anshor Khilafah Nusantara (JAKN).

Kelompok ini dipimpin oleh seorang warga negara Indonesia di Suriah, Bahrun Naim. Bahrun merupakan anggota Negara Islam Irak dan Suriah asal Solo. Ia dianggap sebagai otak di balik peledakan dan penyerangan brutal Kamis kelam itu. 

Kepala Polisi RI Jenderal Badrodin Haiti membenarkan dugaan ini. Polisi semakin yakin bahwa Bahrun berada di balik aksi teror tersebut.

“Perintahnya datang dari sana (Bahrun kini berada di Suriah), beberapa dari mereka mendapat telepon dari sana,” kata Badrodin pada Rappler, Jumat pagi, 15 Januari.  

Polisi belum mengetahui bagaimana Bahrun mengenal dan merekrut lima pelaku ini. Namun Badrodin menyebut, ada perantara Bahrun dan kelima pelaku tersebut. “Sekarang kami cari siapa tokohnya (yang jadi perantara) tersebut,” ujarnya. 

Tidak menutup kemungkinan, tokoh yang dimaksud berasal dari Solo, tempat Bahrun berasal. 

Siapa Bahrun Naim? 

Informasi yang dikumpulkan Rappler dari orang-orang yang mengenal Bahrun di Solo, ia awalnya adalah anggota jamaah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Ia bergabung dengan HTI saat duduk di bangku kuliah di Universitas Sebelas Maret, Solo. 

Selain menyandang sebagai status mahasiswa yang aktif di jamaah, pria kelahiran 1979 ini punya usaha penyewaan komputer dengan fasilitas Internet. Tak heran jika Bahrun sudah terkenal di komunitas IT (informasi dan teknologi) di Tanah Air. Ia bahkan disebut sebagai salah satu peretas handal. 

Namanya memang harum di dunia IT, tapi kata sumber Rappler, Bahrun termasuk “aktivis gerakan” yang biasa saja di Solo.

“Dia tidak memiliki kemampuan untuk berperang,” kata sumber yang tak mau disebutkan namanya itu. Keahlian Bahrun di dunia pelaskaran, menurutnya, masih di bawa rata-rata. 

Namun aktivitas di jamaah HTI dan IT itu tak membuatnya puas. Ia kemudian bertemu dengan beberapa orang dari jamaah lainnya. 

“Ada perubahan pemikiran saat itu,” kata sumber tersebut. Bahrun ingin tak sekadar berperang wacana, ia ingin naik kelas dengan ber-amaliyah, alias beraksi. 

Karena tak lagi sepemikiran dengan HTI, maka Bahrun “dipecat” dari organisasi tersebut.

Lalu ia sempat menghilang sejenak. Namanya kembali muncul pada 9 November 2010, saat Detasemen Khusus (Densus) 88 menangkapnya. Saat itu ia ditangkap bersama sejumlah barang bukti berupa ratusan butir amunisi ilegal dan soft gun

“Dia memang suka bermain soft gun,” kata sumber itu lagi. 

Bahrun tidak diproses di pengadilan di Jakarta, melainkan di Solo. Meski ditangkap oleh Densus 88, ia tak dijerat dengan Undang-Undang Terorisme, melainkan Undang-Undang Darurat No. 12 tahun 1951 tentang senjata tajam dan bahan peledak. 

Majelis hakim di Pengadilan Negeri Surakarta kemudian menjatuhkan vonis 2 tahun 6 bulan penjara padanya. 

Namun di antara rekan-rekan Bahrun, peristiwa itu masih menjadi misteri. Bahrun diduga tak memiliki ratusan butir amunisi ilegal tersebut. Dalam persidangan, Bahrun juga membantah kepemilikan tersebut. Kasus itu akhirnya menguap dan tak pernah diberitakan lagi. 

Senjata dan bahan peledak teror Sarinah yang diamankan kepolisian pada 14 Januari 2016. Foto oleh EPA

Seusai divonis, Bahrun kemudian kembali ke masyarakat dan mendirikan usaha penerbitan. Ia membuat sebuah majalah berjudul Independent Post. Majalah itu hanya terbit tiga kali, dan tak terdengar gaungnya lagi. 

Usai menggarap majalah itu, nama Bahrun kembali tak terdengar. Ia menghilang lagi dan muncul pada akhir 2014. 

Kemunculannya kali ini mengagetkan rekan-rekannya di Solo, karena ia sudah berada di Suriah dan mendeklarasikan dukungan terhadap ISIS. Foto-foto Bahrun bersama senapan dan amunisi dipajang di Facebook. 

“Agak berlebihan sebenarnya,” kata salah seorang yang mengenal Bahrun di Solo.

Setelah itu, ia mulai aktif bergerilya dan berkoordinasi dengan simpatisan ISIS di seluruh Tanah Air dan di ASEAN. 

Dua kejadian yang dikaitkan dengan Bahrun pada 2015 adalah peristiwa penangkapan empat orang simpatisan ISIS di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, pada medio Agustus 2015. 

Salah satunya adalah Ibad, yang menurut pemberitaan merupakan penerima dana dari Bahrun di Suriah. Yang lain hanya diketahui inisialnya, yaitu YK, yang disebut spesialis perakit bom; dan G yang disebut sebagai orang yang menyiapkan bahan peledak.  

Yang terakhir adalah seorang pemuda bernama Andika, yang dianggap terlibat namun kemudian diakui sebagai salah tangkap.

Penangkapan ini dilakukan terkait dugaan rencana peledakan kantor polisi dan bom di gereja. 

Peristiwa kedua, penangkapan dua orang simpatisan ISIS di Bekasi, yakni Nur Hamzah dan Andika. Andika, yang diduga salah tangkap tersebut, kini ditangkap kembali. Keduanya juga ditangkap karena diduga memiliki hubungan dengan Bahrun.

Satu pelaku terhubung dengan pemimpin spiritual ISIS Indonesia

Seorang terduga pelaku peledakan dan penembakan teror Sarinah tertangkap kamera. Foto oleh Alfian/EPA

Kapolri Badrodin mengatakan polisi baru menemukan hubungan Bahrun dan kelima pelaku teror Sarinah sebatas sambungan telepon. Ada permintaan dari Bahrun pada kelimanya. Tapi Badrodin enggan menyebut permintaan yang dimaksud. 

Penelisikan kepolisian pada hubungan mereka pun masih dilakukan. 

Di Solo, nama-nama pelaku teror Sarinah sempat beredar. Satu dari lima orang teridentifikasi. Pelaku pertama disebut terlibat pelatihan “jihadis” di Aceh berinisial AF asal Karawang. 

Ia divonis 7 tahun penjara dan mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. 

AF disebut sangat dekat dengan pemimpin spiritual Aman Abdurrahman yang mendekam di penjara Nusakambangan saat ini. 

Namun nama ini belum terkonfirmasi dengan kepolisian, sebab hingga saat ini pihak kepolisian masih belum mengeluarkan data resminya. 

“Kemungkinannya terhubung dengan Aman Abdurrahman ada,” kata Badrodin. Tapi sekali lagi, polisi masih mengidentifikasi jenazah pelaku hingga saat ini. 

Sumber Rappler di Solo membenarkan tentang hal ini. Identitas AF diyakini adalah anggota ISIS yang masih berhubungan dengan Bahrun. Nama AF langsung dikenali oleh komunitas di Solo. Ia dikenal sebagai simpatisan ISIS. 

Lalu apakah Bahrun berhubungan dengan Aman terkait aksi kelima pelaku di Sarinah? Informasi ini masih belum bisa dipastikan hingga saat ini, sebab orang-orang yang mengenal Bahrun yang tak mau disebutkan namanya ini pun tak yakin pria asal Solo ini berada di mana saat ini. 

“Bisa di Suriah, bisa di Indonesia,” katanya. Keberadaannya masih sumir. Gerakan Bahrun masih sulit dideteksi, baik oleh orang yang mengenalnya, maupun pihak kepolisian.—Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!