SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Raut muka Ny. Nurul tampak muram. Suaranya bergetar. Kesedihan jelas sedang menyelimuti suasana hati ibunda Faradina Ilma itu.
Fara, panggilan Faradina, adalah anak tunggal Nurul. Otak Fara dikenal encer. Lulus sarjana dari Universitas Diponegoro Semarang dengan predikat cum laude. Kini ia tercatat sebagai mahasiswa pasca sarjana dengan beasiswa di kampus yang sama.
Anak tunggal, cerdas, dan lebih membanggakan lagi, Fara diterima menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Surabaya. Menghilang tanpa jejak sejak 1,5 bulan terakhir, membuat Nurul seperti kehilangan semangat hidup.
Fara sudah ikut Gafatar sejak 2012. Setelah diberi pengertian, Farah sempat menjauh. ”Tapi enggak tahunya malah masuk Gafatar lagi,” kata Nurul saat ditemui di rumahnya Jalan Tugurejo A12, Kecamatan Tugu, Semarang, Kamis (14/1).
Intens dengan Gafatar membuat Nurul berjarak dengan anaknya. Interaksi semakin jarang. “Sampai-sampai saya tegur dia. Tapi dia malah ngajak berdebat,” kata Nurul.
Dalam pandangan Nurul, kegiatan Gafatar telah disusupi ajaran yang menyimpang dari kaidah agama Islam. Bahkan mirip Negara Islam Indonesia (NII). “Karena ada penarikan iuran juga,” kata Nurul.
Fara, lanjut Nurul, bergabung ke ormas terlarang itu setelah diajak oleh lelaki bernama Eko Siswandoyo. Keduanya sudah saling kenal sejak Juli 2015. Pria asal Jember sudah keluar dari pekerjaannya sebagai pramusaji di Restoran Noodle Wok dua bulan terakhir.
Nurul kini kebingungan mencari anaknya yang hilang sejak November. Mulai markas Gafatar di Lamper Tengah, Semarang, Surabaya hingga ke Jember sudah ia jelajahi. Hasilnya, nihil.
Selain Fara, tiga warga Semarang juga menghilang yakni Yunita (20) dan sepasang suami istri, Dian Purwandari dan Arif Setiawan. Ketiganya merupakan anggota Ny. MT. “Awalnya yang hilang Yunita. Berikutnya mantu saya Arif yang pergi bersama Dian. Mereka bilang mau pindah kerja ke luar Pulau Jawa,” kata Ny.MT.
Sama dengan Nurul, Ny. MT sudah mengerahkan segala upaya melacak kepergian mereka. Mulai melapor kepada Polda Jateng dan Polrestabes Semarang hingga menghubungi telepon genggam anaknya.
“Semuanya nihil. Polisi justru ragu-ragu untuk memproses kasus anak saya,” katanya.
Sanksi dari Kampus
Sejumlah mahasiswa yang menghilang, membuat kampus terpaksa mengambil tindakan. Rektorat Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengancam akan mengeluarkan dua mahasiswi Fakultas Teknik, Silvi Nur Fitriani dan Finda Amalia.
Mereka menghilang dan diduga kuat bergabung Gafatar. “Kalau terbukti terlibat, dikeluarkan. Mahasiswa tidak boleh mengikuti organisasi terlarang,” kata Wakil Rektor III UNS, Darsono, Rabu, 13 Januari.
Hilangnya Silvi pertama kali dilaporkan orangtuanya asal Banjarnegara, Jawa Tengah. Mereka datang ke kampus, berusaha mencari tahu keberadaan Silvi karena tidak bisa dihubungi sejak 6 Desember 2015.
Berdasarkan keterangan dari orangtua Silvi yang disampaikan ke fakultas, anaknya diajak Finda bergabung dengan Gafatar tahun lalu. Finda, belakangan diketahui anak Fiyanto, pengurus aktif Gafatar Wonogiri, yang juga menghilang bersama 10 warga lainnya.
Hingga kini, ada 12 orang dari tiga keluarga di Wonogiri yang dilaporkan menghilang Desember lalu. Sementara itu, siswa SMK Negeri 5 Surakarta, Krisma Fitri Arta, yang ditemukan Polda DIY di Pangkalan Bun bersama kakak sulung, ipar, dan dr Rica, Senin lalu, kini sudah kembali bersekolah.
“Sejak 4 Januari tak masuk sekolah. Hari ini sudah masuk kembali, tetapi masih dalam pembinaan internal sekolah,” kata Wakil Kelapa SMKN 5 Sukidi, Rabu. Krisma bersama dua kakaknya menghilang sejak Desember lalu. — Dengan laporan dari Fariz Fardianto dan Ari Susanto/Rappler.com
BACA JUGA
- Sebuah rumah di Sleman diduga pusat aktivitas Gafatar
- Buat resah publik, Jokowi minta pergerakan Gafatar dipantau
- Dituding aliran sesat, 6 anggota Gafatar di Aceh terancam 5 tahun
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.